Minggu lalu, gue bertemu langsung dengan teman baik gue yang hampir 10 tahun sudah tidak pernah bertemu secara face to face. Meski tidak pernah ketemu secara langsung tapi kami masih sering bertegur sapa di sosial media juga lewat jalur wa. Yang perlu diingat! Kehidupan di dunia sosmed tidak akan pernah sama dengan di kehidupan nyata. Orang yang terlihat fine-fine saja di sosmed belum tentu di kehidupan nyata dia baik-baik saja. Dan sebaliknya, mereka yang terlihat biasa-biasa saja di sosmed, bisa jadi menjadi luar biasa di kehidupan nyata. Itulah kehidupan sosmed, penghuninya suka manipulatif.
Setelah berkali-kali janjian ketemu tapi selalu gagal dan gagal lagi. Akhirnya, untuk janjian kali ini, gue bener-bener menyediakan waktu kosong untuk bertemu langsung dengan sahabat gue ini. Gue mengosongkan satu hari gue untuk berkunjung ke rumahnya.
Sebelum berkunjung, teman gue sudah share lokasi rumahnya. Ya, mereka tinggal di sebuah apartemen di bilangan Lebak Bulus. Dalam hati gue perfikir kalau kehidupan mereka pasti masih 10 tahun yang lalu. Hidup dalam kemewahan dan penuh kehedonan. Teman gue ini memiliki keluarga yang sangat baik terhadap semua orang. Senang mentraktir orang juga tergolong boros. Sangkin borosnya, gue sering mengingatkan dia serta ibu dan adiknya agar hidup jangan suka menghambur-hamburkan uang. Mending uang ditabung atau menggunakan seperlunya.
Berdasakan pengalaman pribadi, ketika kita memiliki banyak uang maka, kita pun memiliki banyak teman. Semua ingin diakui sebagai teman dengan embel-embel pengen numpang hidup. Ketika kita terperosok dalam kemiskinan alias tidak punya uang, teman yang dulunya bejibun satu persatu akan menghilang. Untuk bertemu sekali pun mereka enggan. Karena sudah tidak ada lagi yang ingin  dimanfaatkan. That's life!
       Pada hari H pertemuan, gue melaju bersama motorku menuju alamat yang tertera di google map. Hanya hitungan 30 menit, gue sudah tiba diarkiran apartment tempat dia dan keluarganya tinggal. Apartemen terlihat tidak terlalu megah. Berbeda dengan apartment yang dulu mereka tempati. Berada di jantung pusat kota Jakarta. Untuk masuk ke area apartemen saja kita harus berhadapan dengan security pelit senyuman. Identitas harus ditinggal di pos security sebagai jaminan selama kita berkunjung. Sangat ketat. Maklum, apartemen mewah dan penghuninya pun bukan orang sembaragan.  Â
       "Gue diparkiran,nih."
       "Langsung naik aja ke lantai 28." Ujarnya via telepon.
Gue masuk ke lobi ,menanyakan arah lift ke petugas, kemudian gue langsung masuk ke dalam lift. Hitungan menit gue sudah berada di lantai 28 dan langsung mencari nomer unit tempat mereka tinggal. Di depan pintu dia sudah menunggu  beserta 3 orang gadis kecil. Wajah mereka begitu excited menyambut kedatangan gue. Â
Kami langsung berpelukan erat melepas rindu. Bener-bener rindu. Ada haru di pelupuk mata sahabat gue yang gampang menangis ini.