Malam itu gue nyaris tidak bisa tidur dikarenakan badai angin yang cukup kencang. Sangkin kencangnya, suara deru angin mirip seperti suara pesawat terbang yang sedang berlalu lalang di atas tenda kami. Kencanggggg banget. Disamping gangguan badai angin, ada juga gangguan-gangguan yang tidak semua teman-teman merasakannya. Bukan bermaksud menakut-nakuti, tapi Gunung Argopuro terkenal dengan mistisnya. Apalagi ditempat kami nge camp, Cikasur. Dan, itu nyata jug ague rasakan. Jika penasaran, anda bisa membaca isah-kisah menyeramkan disana.
Padahal, gue paling ogah mencari info tentang kejadian-kejadian apa yang pernah terjadi di lokasi yang akan gue kunjungi. Ya, supaya gue tidak terkontaminasi dengan cerita pengalaman orang yang sudah pernah mendatangi lokasi tersebut. Gue akan mencari tahu setelah gue mendatangi dan merasakan juga mencocokan apa yang gue lihat pada mereka-mereka yang pernah merasakannya. Ada beberapa kesamaan dengan apa yang guerasakan dan alami tapi banyak juga yang berlebihan dan membumbu-bumbui dengan cerita yang lebih tgragis agar kisahnya lebih menakutkan.
Anyway,
Pagi di hari kedua matahari sangat terang benderang. Padahal jarum jam masih bertengger di angka 6, tapi sinarnya sudah menyamai sinar matahari di jam 10 atau 12. Sinarnya sangat terik. Tapi, teriknya kami manfaatkan untuk menjemur barang-barang kami yang terlanjur basah karena hujan. Mulai dari sepatu, kaos kaki, rain coat, kaos, Â juga carrier yang ikut basah. Semua kami jemur agar bisa kering dan beban tidak menjadi lebih berat.Â
Sambil menunggu waktu untuk check out (cieee, check out. Emang nginap di hotel!) Maksudnya sebelum melanjutkan pendakian k epos berikutnya, pagi itu kami manfaatkan untuk sarapan sekaligus masak makanan untuk bekal  makan siang nanti. Mengingat perjalanan kami masih cukup panjang, jadi sangat mustahil harus berhenti sekedar untuk memasak makan siang. Tentu cukup merepotkan. Jadi, momen di pagi ini kami gunakan semaksimal mungkin untuk memasak bekal makan siang.
Efektif bukan?
Selesai sarapan dan masak-masak, kami mulai berkemas. Mulai melipat sleeping bag, matras, jaket dan printilan lainya. Kemudian melipat tenda masing-masing dan membakar sampah-sampah bekas bungkus makanan. Yang wajib diingat! Jangan pernah membuang sampah sembarangan di Gunung (atau dimana pun). Setelah semua terlihat bersih, baru deh kami melanjutkan pendakian ke tempat yang lebih tinggi lagi. Tidak lupa meninggalkan jejak foto bersama di plang bertuliskan CIKASUR sebagai tanda bahwa kami pernah ngecamp disini.
Dari Cikasur kami menuju Cisentor yang menjadi pos selanjutnya. Â Meski jalur Gunung Argopuro banyak padang sabana, bukan berarti jalan yang dilalui manis manja landai gitu. Anda keliru! Jalur gunung ini hampir sama dengan gunung-gunung lainnya. Banyak tanjakan, banyak turunan dan juga banyak bonus juga. Yang dibutuhkan bener-bener fisik wajib prima. Kalau ngeluh sakit atau capek sudah biasa. Mental yang harus di kokohkan sehingga keluhan yang terlontar dari mulut hanya sekedar ungkapan membunuh kelelahan. Gue yakin, semua pendaki merasakan kelelahan juga. Tapi, jangan sampai suruh mereka membawa bebanmu jika kamu merasa lelah. Semua sama-sama membawa beban kelelahan. So, nikmati saja.