Fobia merupakan kondisi keterbatasan karena dorongan kecemasan dan ketakutan akan sesuatu.
Saya yakin, semua orang pasti memiliki Fobia pada sesuatu yang ada di muka bumi ini. Memang tidak semua sama akan rasa ketakutannya. Misalkan, teman saya begitu ketakutan ketika melihat Kecoa. Dia bisa lari terbirit-birit setiap melihat kecoa terbang di sekitaran rumahnya. Ada yang takut dengan Cicak, Tikus serta rasa ketakutan pada benda-benda mati yang terkesan aneh. Misalkan takut sama Balon, Gunting, kertas crayon dan banyak lagi. Ada juga yang takut ketinggian, takut ke dalaman juga takut berada di ruangan sempit. Begitu banyak macam-macam rasa ketakutan yang berlebihan yang disebut Fobia.
Bagaimana dengan saya?
Mungkin saya pernah mengisahkan fobia saya terhadap sesuatu yang membuat saya bisa ketakutan yang teramat sangat. Ya, saya begitu fobia terhadap Ular. Menulis kata Ular saja bulu kuduk sudah merinding disko. Entah kenapa saya begitu takut dengan ular. Tidak hanya ular dalam wujud nyata alias ular hidup. Ular-ularan saja pun saya begitu ketakutan. Melihat ular di tv atau di film atau juga di gambar, bulu kuduk langsung berdiri tegak kayak kena strap guru.
Entah bagaimana awalnya sampai saya begitu ketakutan terhadap ular. Saya mencoba mengingat-ingat alkisahnya tapi tidak juga menemukan jawaban.
”Lo pernah dipatok ular?” Tanya teman yang penasaran dengan rasa ketakutan saya. Saya menggeleng tanda tidak pernah berurusan dengan ular.
“Lalu, kenapa lo sampe fobia berat dengan ular?’ tanyanya lagi. Pertanyaan yang sulit dijawab sampai detik ini. Entah kemana kunci jawabannya sehingga teka teki ini masih belum terpecahkan juga.
Beberapa kali teman-teman mencoba mengakrabkan saya dengan ular. Mulai ngajak therapy dengan ala-ala hipnotheraphy gitu. Gagal. Ada juga memberi ide dengan memberi surprise ular-ularan yang terbuat dari bahan karet. Kemudian mereka dimasukkan ke dalam tas saya. Bukannya senang, saya langsung murka. Marah semarah-marahnya. Tas langsung saya buang jauh-jauh agar jaga jarak dengan ular karet itu.
Begitu juga ketika sedang berada di dalam mobil. Tiba-tiba teman mengeluarkan ular karet dari dalam tasnya dan melemparkannya kepangkuan saya. Sontak saya shock dan langsung membuka pintu mobil yang sedang melaju. Saya reflex lompat dari dalam mobil dan terjatuh dengan sukses ke aspal. Untung kecepatan mobil masih dalam batas yang pelan sehingga tubuh saya tidak mengalami luka parah. Seandainya mobil melaju dengan kencang, mungkin seluruh tubuh saya sudah luka-luka dan cacat.
Akibat ulah teman-teman yang awalnya menganggap guyonan berujung petaka. Saya memutuskan tidak mau berteman dengan mereka. Meski mereks sudah bermohon dan minta maaf namun, ke murkaan saya sudah pada batas klimaks yang sulit untuk memaafkan mereka.