Meski kasus ini sudah dianggap selesai dengan bantuan pihak RT dan orang-orang yang kompeten mendamaikan antar tetangga ini, namun, saya yakin, hubungan mereka sebagai bertetangga tetap tidak akan harmonis sampai kapan pun jika kedua belah pihak tidak bisa memaknai arti bertetangga yang sesungguhnya.
Ada juga kasus baru perseteruan antar tetangga yang lebih sadis. Terpantau dari cctv seorang tetangga tega menyiramkan bensi di depan rumah tetangganya kemudian membakar rumah tersebut dengan sadis lalu si tetangga terlihat langsung berlari. Untungnya niat busuk si tetangga langsung terendus si pemilik rumah dan buru-buru memadamkan api tersebut.
Akibat ulah kejinya itu, si pria paruh baya yang tega membakar rumah tetangganya itu langsung di tangkap dan dijerat hukuman tahanan minimal 15 tahun.
Dan, masih banyak lagi kasus perseteruan antar tetangga yang selama ini terjadi. Kejadian demi kejadian perseteruan antar tetangga membuat saya geleng-geleng kepala. Kok bisa hidup bertetangga tidak saling akur?Â
Saya pribadi, sejak berumah tangga dan hidup bertetangga selalu berusaha menciptakan kerukunan antar tetangga. Karena apa? Ya, karena keluarga terdekat kita sesungguhnya adalah tetangga.Â
Jika kita membutuhkan bantuan, orang pertama yang kita minta bantuan adalah tetangga. Misal lagi, ketika kita mengalami kemalangan atau duka, tetanggalah yang gerak cepat memberi bala bantuan. Kleuarga kita yang sesungguhnya hidup berjauhan akan sulit membantu kita karena terkendala waktu dan jarak.
Oleh karena itu, hiduplah berdampingan dengan tetangga. Saling hormat menghormati, saling menghargai juga saling toleransi. Niscaya perseteruan bisa dihindari.Â
Karena, hidup bertetangga memang sesungguhnya tidak selamanya berjalan mulus. Pasti ada lika likunya. Namun, jangan sampai menimbulkan perseteruan yang dapat merugikan satu sama yang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H