Mohon tunggu...
Very Barus
Very Barus Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Writer, Traveler, Runner, Photo/Videographer, Animal Lover

Mantan jurnalis yang masih cinta dengan dunia tulis menulis. Sudah menelurkan 7 buah buku. Suka traveling dan Mendaki Gunung dan hal-hal yang berbau petualangan. sejak 2021 menyukai dunia lari di usia setengah abad. target bisa Full Marathon. Karena sejatinya hidup adalah sebuah perjalanan, maka berjalannya sejauh mana kaki melangkah. Kamu akan menemukan banyak hal yang membuat pikiran dan wawasanmu berbicara. Saya juga suka mengabadikan perjalan saya lewat visual. Anda bisa menyaksikannya di channel Youtube pribadi saya (www.youtube.com/verybarus). Saya menulis random, apa yang ingin saya tulis maka saya akan menulis. Tidak ada unsur paksaan dari pihak mana pun. Selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Apa Kabar Sahabat? (Cerita tentang Sahabat)

8 Maret 2022   10:00 Diperbarui: 8 Maret 2022   10:11 538
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(foto:dokpri Very barus)

                Pernah nggak sih, kamu tiba-tiba kepikiran dengan sahabat yang sudah lama tidak berkomunikasi dengan kamu? Lalu, kamu mencoba menghubunginya tapi sudah kehilangan kontak. Lalu, apa yang kamu lakukan?

                Dua bulan belakangan ini, terhitung bulan Januari 2022 lalu, tiba-tiba aku kepikiran dengan teman-temanku yang sudah lama tidak berkomunikasi atau tiba-tiba tidak ada kabar dari sahabat tersebut. Ini ada 3 kisah yang membuat aku sangat terpukul dan sangat sedih.

Ceritanya begini.

  • Tentang Asep

Sebenarnya berkenalan dengan Asep tanpa disengaja. Waktu itu, aku mengalami kaki keseleo gara-gara olahraga lari. Akibat keseleo kaki menjadi sakitnya minta ampun sampai nggak bisa jalan. Akhirnya, aku memanggil ahli urut keseleo yang sudah direkomendasikan teman-temanku. Datanglah ahli urut namanya Asep. Usianya masih sekitar 30 tahun. Setelah di urut 2 hingga 3 kali. Kaki keseleo lambat laun pulih. Sejak saat itu, setiap kali ada keluhan di kaki atau badan, Asep sering diandalkan untuk memijatnya. Tidak hanya aku, teman-teman yang lain juga sering memanggil Asep sebagai ahli urut yang bukan abal-abal.  Selain anaknya sopan, baik juga ramah, dia memang benar-benar belajar dari orangtuanya atau turunan dari orangtua bisa mengolah urat keseleo kembali normal.

Pertengahan tahun 2021 lalu, disaat Covid masih ganas-ganasnya, Asep pernah bercerita dia terpapar Covid tertular dari teman kerjanya yang ada di mess. Terpapar Covid bukan hal yang tabu lagi di Jakarta juga dimana-mana. Aku juga pernah mengalami hal yang sama di awal 2021 lalu. Asep terpapar Covid ketika varian delta lagi tinggi-tingginya. Kebetulan dia memiliki komorbid Asam lambung (Maag).

Setelah menjalani isolasi mandiri selama 2 minggu, dia berhasil melewati fase-fase berat itu. Tapi, sejak itu dia mengaku sering cepat lelah. Bahkan, nafsu makan berkurang drahtis. Aku sempat sarani agar dia dirawat di RS saja. Tapi, dia takut. Katanya kalau dirawat takut dinyatakan Covid lagi.

Karena merasa sakit yang dia derita adalah asam lambung dan Covid-nya sudah selesai, dia pun memilih pengen pulang kampung untuk dirawat di kampung di Tasik. Aku sempat bilang,"Kenapa harus dirawat di kampung kalau di Jakarta RS lebih mudah dijangkau." Alasannya kalau di tempat kerjanya karyawan yang sakit tidak boleh tinggal di mess. Akhirnya dia memilih pulang ke kampung meski itu bukan good solution.

                "Kabari Sep, kalau sudah di kampung." Dibalas dengan singkat 'Iya, bang."

Sekitar bulan Oktober 2021, kondisi dia ternyata bukannya semakin membaik justru memburuk. Badannya semakin kurus kering. Foto dirinya yang di kirim via WA membuat aku shock." Ha? Itu badanmu kok kurus banget?" ternyata selama di kampung nafsu makannya semakin berkurang. Setiap makan pasti dimuntahkan lagi. Tubuhnya yang sudah kurus semakin habis. Seperti tulang berbalut kulit saja. Menyedihkan.

Aku menyarankan agar dia dirawat di RS Tasik. Katanya jauh dari rumahnya.  Dia cuma bisa beli obat di Apotik terdekat saja. Tapi aku kekeh menganjurkan agar dia harus dibawa ke RS. Aku juga menyarankan agar dia pakai BPJS. Eh, ternyata dia belum memiliki BPJS. Waduh! Kebanyakan orang suka sepele dengan BPJS. Padahal BPJS bisa menjadi pertolong pertama disaat kita dalam keadaan kritis, lho. Aku pernah merasakannya dan BPJS sangat membantu sehingga aku bisa menjalani operasi benjolan di kepala.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun