Mohon tunggu...
barisan rakyat
barisan rakyat Mohon Tunggu... wiraswasta -

berniat, berdoa, berbuat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sekedar Berbagi

10 Mei 2014   08:15 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:39 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Saya memang anak bawang bau kencur  di kompasiana, ,lihat saja di profil saya yang belum terverivikasi, saya masuk ke komunitas ini tanggal 12 April 2014. kenapa saya kemudian “mau maunya” masuk ke kompasiana, menghabiskan sebagian waktu saya membaca artikel teman teman di Kompasiana, mengomentari, dan coba coba juga buat tulisan. Alasannya Cuma karena saya geram, saya sedih, tapi saya gak bisa buat apapun . saya geram karena kenapa ada orang yang sedemikian sehingga dibombardir dengan berbagai serangan tetapi Cuma tersenyum saja, Cuma bilang “RAPOPO”. Saya juga sedih, orang orang yang lupa “berkaca” itu kok semakin hari semakin menjalankan “ kuman diseberang lautan tampak , gajah di pelupuk mata di abaikan” .

#

Isyu negatif semakin lama seakin banyak datang ke BB saya, bahkan dari orang orang yang menurut saya, keimananya dan pemahaman terhadap agamanya, jauhhh melebihi keimanan dan pemahaman saya Islam, agama saya. Saya bingung, kenapa dan ada apa dengan orang orang ini, Status di BB nya selalu mencantumkan ayat ayat Alquran, menasehati, memberikan Tauziah keislaman, namun malah menyebarkan berita yang mereka sendiri tidak tahu kebenarannya.ya karena mereka hanya copy paste atau mem forward broadcast dari orang lain. Dan lucunya ada kata kata, “ maaf ,betul tidaknya Wallahualam” Lha kalau memang tidak tahu kebenarannya kenapa di forward , ini kan sama saja menyebarkan Fitnah.

#

Adalagi sekelompok komunitas teman teman saya yang diantaranya sedang mempersiapkan diri  ke jenjang S2, tapi menelan bulat bulat isyu negatif hanya karena mereka merasa “terganggu” jika apa yang mereka baca dan apa yang mereka dengar (lagi lagi bukan berita valid dan sudah dibantah oleh yang bersangkutan) akan mematahkan keinginan mereka untuk mendapatkan rezeki lebih banyak. Saya tahu mereka rata rata melek internet, dengan mudah mereka bisa browsing dan cari tahu apakah yang mereka baca dan mereka dengar itu, benarkah atau keliru. Mbah Google akan memberitahu mereka apakah benar “SERTIFIKASI Guru  akan di Hapuskan?”.

#

Beberapa teman juga sepertinya lebih mementingkan janji janji yang diucap oleh pemimpin partai tertentu, dibandingkan “Berenergi lebih” untuk mendapatkan “lebih” bagi keluarganya di rumah, saat ketemu teman, mereka pasti berolok pada Capres tertentu dan membanggakan Capres idolanya, dan ujung ujungnya sms dikirimkan ke teman temannya yang diolok olok, “ bisa bantu nggak, anak saya harus bayar sekian di sekolah, saya lagi gak ada duit” . lucu banget kan, kalau untuk rapat, untuk menggalang dukungan mereka dengan mudah bisa meluangkan waktu, tapi untuk mendapatkan rezeki buat keluarganya mereka ogah. Benar benar salah “berprioritas” dalam hidup.

#

Buat saya ,

1.Pilihan adalah hak azazi, mendukung adalah hak azazi, tapi kita harus “bercermin” dulu sebelum kita berkata atau berkoar.

2.Lebih pintar mengelola hidup, Ngapain sih kita seolah bangga bisa diakui di sekitar bahwa kita adalah bolo bolo nya Capres tertentu, menghabiskan waktu untuk rapat sana rapat sini, tapi beras di rumah habis dan anak anak menangis minta makan. Kalau sudah “Mencukupi” keluarga di rumah, silahkan saja mau ngapain. BEBAS.

3.Lebih pandai memilah dan memilih berita, kalau memang gak jelas dan berkonotasi menyerang seseorang ngapain sih ditanggapin, wong kita sendiri gak tahu kebenarannya.

4.Kalau memang gak jelas kebenarannya, gak usah Broadcat, karena itu FITNAH.

5.Manfaatkan “Kepintaran dan Kepunyaan” kita untuk mencari informasi yang lebih jelas kebenarannya.

#

Di akhir artikel ini saya Cuma bisa bilang, artikel ini hanyalah artikel dari anak bawang bau kencur yang lagi belajar menulis, jadi mohon dimaafkan kalau alur atau isinya kurang sesuai dengan cara penulisan artikel yang baik dan benar. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun