Mohon tunggu...
Imam Aziz
Imam Aziz Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menulis demi birahi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

kebebasan Finansial Itu Bukan Sukses

3 Juli 2014   17:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Lucu juga bertemu kawan lama yang tanpa salam dengan gagahnya berkata,

“Kau sudah punya apa?”

“aku tidak punya apa-apa” timpalku seenaknya.

Jika kalian fikir dia teman baiku disaat masih mengeyam pendidikan di bangku sekolah maka kalian salah. Rival? Musuh? Kawan tak akrab? Bisa jadi semua itu termasuk dan bisa jadi tidak.

Darah muda, tempat dimana anak manusia masih mempunyai fikiran sepanjang dan setinggi menara eiffel prancis. Hanya terlihat panjang dan tinggi tapi sebenarnya hanya berhenti di atas puncak tertinggi dari pemikiran yang dapat ia capai.

Berbeda dengan fikiran yang melekat hari ini, hanya sepanjang ujung kuku, terlihat pendek tapi terus tumbuh sampai malaikat membisikkan kata-kata mari pulang.

Apakah mungkin aku telah salah berucap? Saat emosi menggebu dan akhirnya muncul hujatan dari lidah tajam yang berbunyi, “nanti, aku akan melebihi kesuksesan semua orang yang ada disini.”

Yah mungkin memang pemikiran macam menara eiffel itu ada salahnya, mungkin hanya terlalu egois. tapi tidak semua salah, menurut ku. Kata-kata yang telah aku ucapkan kepada mereka yang suka menghinaku adalah inspirasiku, motivasi ku, dan sekaligus tujuan hidupku.

Mungkin memang terlalu egois membiarkan emosi meledak seenaknya melalui harimau yang ada dalam rahang.

Mungkin jika kalian bertanya-tanya apakah aku sukses? Belum. Apakah aku bisa sukses? Pasti.

Sukses menurutku bukan merupakan hal yang muluk-muluk, bukan berarti orang sukses itu harus kaya, juragan tanah, menguasai pasar saham, investor dengan omset miliyaran, ataupun hidup dengan apa adanya. Sukses adalah disaat aku sudah bisa melebihi apa yang bisa saya capai dan apa yang saya bisa. Dan untuk sekarang ini saya masih belum sukses.

Susah memang melebihi apa yang saya bisa untuk menjadikan kata-kata yang pantas keluar dari harimauku ini.

Tapi rasa optimis dan percaya adalah kunci utama, belum termasuk mimpi yang besar dan segala macam materi pembentukan diri yang lain.

Sama saja seperti halnya ketika kalian bermain judi, jika kalian bertaruh sedikit maka hasilnya akan sedikit. Dan jika yang kalian taruhkan besar maka akan membuahkan hasil yang besar atau setidaknya jika masih ada yang tertinggal maka yang tertinggal itu adalah hal yang besar mmenurut para penjudi dengan modal kecil tadi.

Itulah alasan mengapa saya tak mempermasalahkan materi untuk sebuah kesuksesan, karena kesuksesan tergantung kepada keadaan, impian, pola pikir dan komitmen. Maka banyak mayarakat yang berkata aku sukses dengan keadaan apa adanya, karena mimpinya munkin lebih tinggi satu meter dari hidup apa adanya.

Tapi menurutku kalian yang telah membaca coretan saat ada pemadaman dari PLN ini tak akan terjebak dalam pola pikir dan impian yang sebesar kacang. Kalian yang bisa memahami apa isi dari tulisan ini pasti menjadi orang sukses nantinya, dengan presepsi dan prespektif masih-masing sukses menjalani hidup, sukses menutup mata dan sukses segalanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun