“Pak, bu. Kapan-kapan kalau kita punya uang. Kita bagi-bagi roti lagi untuk anak jalanan yuk”, kata Prana saat kami sedang bersantai. Menurut kami, anak laki-laki kami ini mempunyai empati yang besar. Bahkan pada saat kelas 1 SD, ia memperoleh sertifikat atas kepeduliannya pada sesama temannya.
Kami memang sudah agak lama tidak melakukan “sedekah” roti ini. Dulu, kami berempat dengan menunggang motor sambil jalan-jalan di sekitar Kota Purwokerto membagi roti untuk orang-orang yang mengemis di jalan atau kepada anak jalanan. Tindakan ini kami lakukan atas inisiatif Ibu.
“Pak, orang-orang itu mungkin jarang ngerasain roti. Gimana kalau kita beliin roti di Buntos terus kita bagi-bagi”. Awal mulanya begitu dan kemudian beberapa kali hal itu terjadi lagi. Hanya saja setelah lama tidak dilakukan. Pelajaran action itu, kemudian diingatkan kembali oleh Prana.
Sungguh, ini adalah sebuah hasil dari tindakan sehari-hari yang ditangkap anak sebagai hal yang baik. Alhamdulillah empati itu menjalar pada anak kami. Dan sekarang ini, anak kamilah yang selalu mengingatkan pentingnya berempati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H