Mempunyai sebuah perusahaan adalah impian setiap orang. Entah itu perusahaan dalam skala besar, sedang maupun skala kecil sekalipun yang penting perusahaan tersebut dapat dikatakan sukses dan membiayai kehidupan seseorang dalam jangka panjang. Karena perusahaan yang baik yaitu bukan tentang bagaimana sebuah perusahaan mempunyai aset yang begitu melimpah tetapi perusahaan yang baik yaitu perusahaan yang bisa mengelola perusahaan secara baik dengan proyeksi jangka panjangnya.
Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) adalah jumlah kelompok usaha yang paling besar di Indonesia. Jadi tidak heran kalau UMKM menjadi salah satu tulang punggung perekonomian di Indonesia dewasa ini. Karena dengan banyaknya usaha-usaha mikro tersebut kemungkinan kegiatan ekonomi dalam masyarakat lebih berarus serta mengurangi jumlah pengangguran saat ini yang dimana kita tahu bahwa pengangguran adalah salah satu masalah perekonomian Indonesia yang dihadapi saat ini.
Tapi tahukah anda bagaimana pengelolaan keuangan yang dilakukan kebanyakan usaha-usaha mikro saat ini ? Tidak seperti halnya perusahaan-perusahaan besar atau ternama yang kegiatan keuangannya dicatat dengan sangat rapih bahkan sedetail-detailnya. Berapapun besarnya pemasukan dan pengeluaran akan selalu dicatat dalam sebuah pembukuan. Bahkan antara keperluan perusahaan dengan pribadi akan dipisahkan dalam pengelolaan uangnya.
Kebanyakan usaha-usaha mikro saat ini, masih menerapkan sistem keuangan "Gali lubang, tutup lubang". Yaitu dimana sistem pengelolaan keuangannya masih tidak berjalan berkala dan tidaklah sistematis. Tidak adanya pencatatan dalam kegiatan keuangannya adalah salah satu ciri dan dampak dari diadopsinya sistem ini.
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai bagaimana cara mengelola keuangan perusahaan yang baik dan faktor internal dari masyarakat itu sendiri terkait faktor pribadi ataupun lingkungan sekitar adalah penyebab gali lubang, tutup lubang dijadikan patokan dalam menjalankan sebuah usaha. Faktor pribadi disini yaitu mengenai anggapan seseorang yang hanya memikirkan kebutuhan hanya untuk hari ini saja tetapi tidak berarti seseorang itu melupakan kebutuhan-kebutuhan untuk hari-hari selanjutnya. Seseorang hanya menggunakan kalkulasi-kalkulasi pemikiran yang dianggapnya bisa mencukupi kebutuhannya untuk hari selanjutnya.
Kemudian pada puncaknya nanti yaitu biasanya pada akhir bulan, pelaku usaha mikro tersebut akan melakukan peminjaman modal kepada bank ataupun instansi-instansi tertentu. Hal ini dilakukan seakan-akan sebagai modal awalnya lagi dalam meneruskan usahanya itu. Hutang ataupun bentuk atas peminjaman akan dilunasi pada bulan berjalan terkait yang dibayarkan secara berkala nantinya. Dan begitu seterusnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H