Dalam sebuah video berdurasi 34:07 menit dengan judul “Anies Baswedan's Great Speech: Mengapa Jokowi?”, yang diunggah ke Youtube oleh Jakartanicus dan sudah ditonton oleh lebih dari 400 ribu kali, Anies Baswedan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Rene Suhardono di hadapan ratusan pemilih muda Indonesia.[1] Rene Suhardono sendiri adalah seorang relawan Turun Tangan, sebuah gerakan sosial yang salah satu tujuannya adalah membantu Anies Baswedan sebagai peserta konvensi Partai Demokrat untuk bisa menjadi calon presiden. Dalam acara di Soehanna Hall, Energy Buiding, SCBD Jakarta ini, Anies Baswedan, yang untuk pemilu kali ini belum berkesempatan menjadi calon presiden, memakai pin Jokowi-JK di dadanya. Anies Baswedan adalah salah satu juru bicara tim pemenangan capres-cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sebelumnya Anies Baswedan kita kenal sebagai rektor Universitas Paramadina, penggagas Gerakan Indonesia Mengajar, dll.
Setelah menonton video ini, saya sebagai pemilih (merasa) muda, yang tidak berkesempatan hadir langsung di acara tersebut, mencoba tidak langsung melahap semua yang disajikan oleh Anies Baswedan. Saya sendiri mengagumi Anies Baswedan sejak tahun 2008 karena beliau adalah seorang pemikir dan penggerak yang terbukti memiliki pengaruh kuat. Saya tidak mengenal beliau secara pribadi, hanya pernah berada dalam acara-acara yang juga dihadiri oleh beliau sewaktu saya bekerja di sebuah production house di Jakarta yang terlibat dalam acara-acara tersebut di tahun 2008-2010. Saya tidak pernah mengira bahwa beliau akan terjun ke politik, lebih-lebih berlomba menjadi capres, mungkin karena saya hanya mengenal beliau dari jauh. Dalam curhatan ini, saya berusaha menelaah beberapa poin penting yang diutarakan Anies Baswedan dalam jawabannya atas pertanyaan dari Rene Suhardono dan mencoba berpikir tentang pertanyaan-pertanyaan apa saja yang akan saya tanyakan apabila saya hadir dalam acara di Energy Building ini. Saya juga akan mencoba menghubungkan ucapan-ucapan beliau dengan beberapa hal yang saya ketahui berkaitan dengan Anies Baswedan. Apabila ada ketidaksesuaian dalam penjelasan saya, saya mohon koreksi.
Salah satu poin yang diutarakan oleh Anies Baswedan dalam acara di video ini adalah
“…kalau kita berbicara dengan retorik yang nasionalistik, tapi yang dibicarakan hanya sumber daya alam, maka sebenarnya kita meneruskan tradisi berpikir kaum kolonial.”
Maksud dari pernyataan ini menurut beliau adalah bahwa kaum kolonial tidak pernah memikirkan tentang pembangunan manusia, mereka hanya bicara soal eksploitasi sumber daya alam, seperti yang terjadi di Indonesia selama masa pendudukan Belanda. Bicara mengenai sumber daya alam, terutama yang berhubungan dengan energi, kebetulan acara dalam video ini diselenggarakan di Energy Building. Apa hubungannya? Saya pernah terlibat dalam produksi dan kru di belakang layar materi presentasi Kuliah Umum: Merebut Masa Depan, Menyemai Energi, Pangan dan Pendidikan oleh Arifin Panigoro di ITB tanggal 31 Oktober 2008 yang waktu itu juga dihadiri oleh Anies Baswedan.[2] Anies Baswedan memang sering menjadi undangan, bahkan mungkin selalu hadir, dalam acara-acara yang diadakan atau berhubungan dengan pak Arifin Panigoro, seperti ketika acara pengukuhan gelar doktor honoris causa kepada Arifin Panigoro dari ITB, atau di acara-acara lainnya. Pak Arifin Panigoro kita tahu sempat diperjuangkan menjadi calon ketua umum PSSI, beliau juga yang memotori Liga Primer Indonesia, tapi apabila pernah membaca buku Doing Business is (not) Easy atau Berbisnis itu (tidak) Mudah, anda pasti tahu bahwa beliau adalah seorang pengusaha sukses. Pak Arifin Panigoro adalah pendiri Meta Epsi Pribumi Drilling Co yang sekarang menjadi PT Medco Energi Internasional Tbk, perusahaan yang bergerak di bidang energi terintegrasi termasuk dalam bidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. [3] Medco Energi adalah salah satu perusahaan yang dimiliki Medco Group, berkantor pusat di Energy Building, yang juga milik Medco, gedung yang sama di mana Anies Baswedan berbicara dalam acara yang bisa dilihat dalam video yang saya bicarakan sekarang.
Dalam Kuliah Umum: Merebut Masa Depan, Menyemai Energi, Pangan dan Pendidikan, pak Arifin Panigoro memaparkan pengalamannya bersama Medco, pembangunan sumber energi alternatif, program-program CSR Medco yang berhubungan dengan ketahanan pangan dan pendidikan yang akan menjadi kunci keberlangsungan hidup di Indonesia di masa depan. Selain itu, salah satu segmen penting dari kuliah umum di ITB waktu itu adalah pernyataan pak Arifin Panigoro mendukung segala upaya untuk mengantar Pertamina menjadi perusahaan minyak yang lebih besar peran dan pengaruhnya di ranah bisnis energi dunia, mewakili Indonesia. Pak Arifin Panigoro juga menyatakan siap jika suatu saat Medco dan Pertamina mensinergikan kekuatan sehingga menjadi Indonesia Inc. dalam bidang perminyakan/energi.[2] Dua tahun setelah pernyataan ini, Antara News memberitakan bahwa Pertamina batal mengakuisisi PT Medco Energi Internasional Tbk yang 50,7% sahamnya dimiliki oleh Encore Energy Pte. Ltd., perusahaan yang berkedudukan di Singapore. Sinergi yang siap dilakukan Medco dan Pertamina menjadi Indonesia Inc. tertunda.[4]
Poin lainnya yang menjadi perhatian saya dari apa yang diutarakan oleh Anies Baswedan adalah
“..bukan cita-cita, yang kita bawa itu adalah misi, misi itu adalah untuk di-deliver, that’s a mission. Dan kalau kita tidak mendapatkan amanat untuk deliver, maka misi tersebut bisa dititipkan pada orang lain untuk menjalankannya.”
Maksud dari pernyataan ini yang saya tangkap adalah Anies Baswedan memiliki misi untuk pembangunan manusia Indonesia, misi yang akan dijalankannya apabila mendapat amanat menjadi Presiden RI seperti yang diperjuangkan relawan Turun Tangan. Karena Partai Demokrat menyatakan tidak akan mengusung capres sendiri ataupun bergabung dalam koalisi, kesempatan Anies Baswedan untuk menjadi capres tertutup untuk Pemilu 2014. Meski demikian, misi pembangunan manusia Indonesia tersebut tentu bisa dititipkan kepada pasangan capres-cawapres yang diusungnya, yaitu kepada Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Yang terbesit dalam pikiran saya, apakah hanya misi itu yang akan dititipkan. Adakah misi-misi lainnya yang akan dititipkan?
Pada hari Selasa 14 Juli 2009, pak Arifin Panigoro menyatakan “Perubahan politiknya kita tunggu saja nanti di 2014, ketika pemegang perannya bukan yang “4L” – lu lagi lu lagi,” dalam pidato kunci seminar Tantangan & Peluang Bisnis dan Keuangan dalam Gelombang Krisis Ekonomi Global di Universitas Paramadina, Jakarta.[5] Sekali lagi kita bisa lihat hubungan kedekatan antara pak Arifin Panigoro dan Anies Baswedan di seminar yang diadakan di kampus yang dipimpin oleh Anies Baswedan sebagai rektor. Melihat perjuangan Anies Baswedan berlomba menjadi capres di konvensi Partai Demokrat, melihat ke belakang pada pernyataan pak Arifin Panigoro, yang paling mungkin dimaksud pemegang peran yang bukan 4L itu adalah Anies Baswedan. Walaupun nyatanya sekarang pemegang peran politik adalah dua capres dari PDIP dan Gerindra, dan cawapres yang dulu pernah menjadi wapres serta mantan menteri di kabinet pemerintahan sebelumnya yang masing-masing diusung juga oleh partai peserta Pemilu lainnya. Pak Arifin Panigoro sendiri juga pernah menjadi politisi PDIP sejak 1999 hingga mengundurkan diri di tahun 2005 dan mendirikan Partai Demokrasi Pembangunan bersama Sophan Sophiaan, Laksamana Sukardi, Roy B.B. Janis, Sukowaluyo Mintohardjo, Noviantika Nasution, Didi Supriyanto, Tjiandra Wijaya, Postdam Hutasoit, dan R.O. Tambunan.[6] Kembali ke penitipan misi, sebagai juru bicara tim pemenangan Jokowi-JK, apakah Anies Baswedan juga membawa misi lain titipan dari pak Arifin Panigoro yang dekat dengannya? Mungkin titipan misi yang berhubungan dengan energi dan sumber daya alam seperti sinergi Medco dan Pertamina yang tertunda. Apabila ada, tidak bisakah misi tersebut dititipkan kepada capres-cawapres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang muncul dipikiran saya yang mungkin muncul karena saya hanya mengenal Anies Baswedan dari jauh dan mungkin akan saya ajukan apabila saya berada di Energy Building dalam acara di video di atas.
Lebih jauh menelaah ucapan Anies Baswedan tentang hanya membicarakan sumber daya alam dalam retorik nasionalistik adalah tradisi berpikir kaum kolonial, saya malah berpikiran bahwa maksud pak Anies Baswedan adalah biarkan sumber daya alam kita di urus oleh orang lain, asalkan manusia Indonesia pintar, karena kekayaan Negara yang sebenarnya adalah manusianya.
Poin lainnya yang menjadi perhatian saya dalam sajian Anies Baswedan dalam video di atas adalah
“Anda harus memiliki 'comprehensive understanding' tentang angka, ini penting. Kalau mau jadi CEO sebuah perusahaan, you really need to know the size of your company. Jadi ketika kamu menerima laporan, you can make sense of it, you can make sense of it.”
dan
“It uncovers the other side, bahwa sebenarnya dibalik retorik itu, adakah pengetahuan yang mendalam? That's a question.”
Dalam poin ini, Anies Baswedan cenderung menyindir, more like making fun of, pernyataan Prabowo Subianto dalam debat capres sebelumnya yang menyebutkan kebocoran 1000T dan mengutip pidato ketua KPK yang menyebutkan potensi kebocoran hingga 7000T. “Bocor dari mana?” sindir Anies diikuti tertawaan dari audiens. Saya membayangkan apabila bukan Jokowi, melainkan Anies Baswedan yang berhadapan dengan Prabowo saat itu, akan terjadi perdebatan sengit, karena mereka akan memperdebatkan apakah yang dimaksud dengan kebocoran itu. Yang saya tangkap dari pernyataan Prabowo Subianto mengenai kebocoran itu adalah seperti, misalnya, saham Medco Energi dikuasai 50,7% oleh perusahaan yang berbasis di Singapura, apabila salah satu pendapatan Medco berasal dari kekayaan alam Indonesia, maka 50,7% keuntungannya akan mengalir ke Singapura. Secara bisnis, itu seperti pipa yang mengalirkan minyak ke Singapura, tidak ada kebocoran, tetapi apabila kita mengacu pada UUD 1945, bukankah ini sebuah kebocoran?
Bicara mengenai “comprehensive understanding” tentang angka dan pemahaman yang dalam, sayang sekali pak Anies gagal mempersiapkan “comprehensive understanding” kepada Jokowi dalam debat capres mengenai berat tank Leopard yang mencapai 60 ton sehingga Jokowi beranggapan bahwa tank Leopard tidak cocok digunakan di Indonesia dengan alasan dapat merusak jalan-jalan dan jembatan di Indonesia padahal tank Leopard didesain dengan wheel track yang dapat mendistribusikan berat 60 ton dengan prinsip yang sama seperti saat kita dapat mengapung di atas rakit. Secara tidak langsung, Anies Baswedan juga telah menyindir mengenai kemampuan “comprehensive understanding” tentang angka yang dimiliki capres yang diusungnya, Jokowi.
Dalam penyampaian jawaban atas pertanyaan yang diajukan Rene Suhardono, Anies Baswedan memberikan sajian (presentasi) khas dengan sempurna layaknya seorang master chef menyajikan sajian andalannya, walaupun diberi cita rasa Jokowi-JK, sajian tersebut adalah karya beliau. Karena audiens di acara tersebut sudah mengenal Anies Baswedan sebagai seorang master, maka apapun yang disajikan oleh beliau akan dilahap. Bahkan Rene Suhardono sebagai relawan Turun Tangan setelah melahap sajian khas Anies Baswedan merasa makin sulit move on (merelakan Anies Baswedan tidak menjadi capres), dalam hal ini, Rene mengatakan bahwa dia sudah memikirkan 2019 secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa dia menyayangkan Anies Baswedan tidak dapat maju sebagai capres dalam pemilu 2014, tapi berharap di tahun 2019 beliau mendapat kesempatan.
Bagi saya yang tidak menyantap langsung (hanya dari youtube) sajian dari Anies Baswedan secara fresh-from-the-oven, hanya bisa mengira-ngira apakah ada di antara pemilih muda yang hadir di Energy Building hari itu yang memikirkan pertanyaan-pertanyaan sama yang ingin ditanyakan kepada sang master chef? Atau apakah ada di antara mereka yang bisa berikan pencerahan kepada saya sehubungan pertanyaan-pertanyaan yang saya utarakan di atas?
[1] “Anies Baswedan's Great Speech: Mengapa Jokowi?” http://www.youtube.com/watch?v=r0iVrQXveOM
[2] “Kuliah Umum: Merebut Masa Depan, Menyemai Energi, Pangan dan Pendidikan.” http://www.itb.ac.id/news/2236.xhtml
[3] “Medco Energi Internasional” http://id.wikipedia.org/wiki/Medco_Energi_Internasional
[4] “Pertamina Batal Akuisisi Medco” http://www.antaranews.com/berita/235792/pertamina-batal-akuisisi-medco
[5] "Arifin Panigoro: Perubahan Politik Nanti 2014" http://politik.news.viva.co.id/news/read/75100-arifin_panigoro__perubahan_politik_nanti_2014
[6] “Arifin Panigoro” http://id.wikipedia.org/wiki/Arifin_Panigoro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H