Mohon tunggu...
Barbados Bados
Barbados Bados Mohon Tunggu... lainnya -

Berangkat untuk pulang

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sekelumit Penjualan Satelit Indosat…

7 Mei 2014   16:37 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:46 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Hmhh… Dulu ketika satelit terjual saja sudah membuat perasaan marah membakar lalu beberapa saat yang lalu saya sempat mendengar sekilas kejadian penjualan itu…fhhhh..

Sudah lebih dari 10 tahun rupanya Indosat dan saham-saham BUMN strategis dan sehat dilepas ke asing dan sampai detik ini masih menyisakan tanda Tanya yang yang besar di dalam dada saya. Pada saat penjualan itu sayamengingat dengan jelas beberapa tokoh politik yang begitu kerasnya menentang penjualan itu diantaranya Amin Rais yang juga ketua MPR RI namun akhirnya pun tak berdaya karena mayoritas anggotanya adalah partai pemerintah saat itu.

Pak Amien pada saat itu dalam wawancaranya di Metro Tv bercerita bahwa ada beberapa pengusaha nasional dan beberapa pemda siap bergotong royong untuk membeli Indosat biar keuntungan dinikamti di negeri sendiri dan juga tetap menjadi milik sendiri. Sebagian orang berkata bahwa pada saat itu kan krisis dimana Dollar menguat terhadap rupiah sampai menyentuh Rp 17.000 tapi ingat presiden BJ Habibi telah menjinakan dolar hingga ke level Rp 6.000- Rp 8.000 dan sebagian besar pengusaha local juga memiliki Dollar. Jadi ini adalah hal yang sangat rasional dan bukan tidak mungkin kita bisa patungan untuk membeli saham Indosat, tapi ap lacur Indosat tetap di lepas dengan alasan menutupi APBN.

Tanda Tanya besar masih menggelayut dalam benak saya, bukan kah pada saat itu ada pak Kwik ekonom yang handal kenapa tetap terjual? Apakah sebegitu buruknya sampai kita tidak bisa terjual apakah pada saat itu tidak ada satu manusia Indonesia pun yang sanggup berfikir untuk memperoleh penghasilan dari Indosat untuk kemudian menutup hutang negara fhufhhh….

Beberapa hari yang lalu pertanyaan itu sedikit terkuak, seorang pelaku sejarah yang juga seorang guru besar di salah satu universitas terkemuka di Indonesiaitu bercerita sebelum penjualan itu terjadi dia bersama pak Kwik menghadap ibu Megawati lalu memberi penjelasan panjang lebar mengenai jalan lain agar Indosat tidak di jual dan mengatakan dalam jangka waktu tertentu hutang akan dapat tertutup dengan memberadayakan Indosat dan satelitanya. Pada titik tersebut ibu Mega menyetujui untuk tidak menjualnya dan pak Kwik bersama sang profesorpunmelangkah dengan tenang. Namun beru beberapa langkah dari pintu keluar muncul sekelompok orang yang juga orang dekat ibu Mega masuk ke dalam ruangan ibu Mega.Pak Kwik lalu terlihat bingung dan panik, lalu sang professor bertanya ada apa pak? Lalu dijawab oleh pak Kwik sia-sia sudah usaha kita kalau sampai kelompok itu masuk ke ruangan ibu, sang professor bertanya sia-sia bagaimana pak? Ya Indosat dan satelit beserta lintasanya pasti terjual. Dan terbukti!

Dan sekarang Indosat telah berpindah tangan dari singapura ke Qatar yang jumlah penduduknya sekitar 800.000 jiwa yang berarti tiap orang Indonesia pengguna telepon seluler yang berjumlah sekitar 230 juta jiwa itu membayar ke Qatar. Jika keuntungan kita sebut saja 1 rupiah per telpon dan minimal pemakain telpon 2 kali per orang maka jumlah fantastis yaitu 460 juta rupiah untuk dua kali telpon, keuntungan dinikamti penduduk Qatar terhadap penggunaan telpon di Indonesia….hmmppppp…. belum lagi bicara gas murah yang mensubsidi produk China….hmppppp…sakit rasanya. Kenapa KPK tidak memburu kejahatan ini? Kejahatan yang merebut kedaulatan bangsa!!

Pada kesempatan ini saya mau meminta maaf pada pak Kwik karena selama lebih dari sepuluh tahun telah berprasangka bahwa anda tidak berbuat apa-apa tapi kenyataan berbicara bahwa anda tak berdaya.

http://olahraga.kompas.com/read/2008/03/31/2227265/Amien.Rais.dkk.Tuntut.Pemerintah.Kembalikan.Indosat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun