Saat berbicara tentang lovology, mereka selalu bertanya dengan spontan. Apa hubungannya dengan psikologi? Sebagian lagi bertanya, apa hubungannya dengan seksologi?
Jadi perlu kiranya saya menjelaskan perbedaan dan persamaan ketiganya. Termasuk juga hubungan antara ketiganya, meskipun memang tidak berhubungan secara langsung. Psikologi dan seksologi merupakan ilmu sudah menjadi bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan modern sejak lama. Sedangkan lovologi sendiri adalah istilah yang baru saja terpublikasi di 2018.
Ketiganya sebenarnya mempelajari tiga studi ilmiah yang sama. Yaitu tentang seks, seksual dan seksualitas. Namun masing-masing tujuan yang berbeda sebagai goals dalam metode pengajarannya.
Disisi lain, seorang psikolog seringkali menjelaskan dengan berbelit-belit dan tidak masuk pada substansi bahasan seks, seksual dan seksualitas. Tentu saja karena psikologi tidak fokus membahas seks, seksual dan seksualitas. Sedangkan seksolog selalu saja menggunakan bahasa-bahasa akademis dalam dunia kedokteran yang tidak mampu dicerna oleh khalayak umum. Memang tidak ada yang salah dalam setiap penjelasannya, namun kita seringkali tidak mampu memahami. Hingga akhirnya hal baik ini tidak tersampaikan dengan baik. Sayang kah..?
Di era perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin bervariasi ini, lovologi sepertinya mampu membantu psikolog dan seksolog untuk mengajarkan seks, seksual dan seksualitas dengan lebih luwes. Karena lovologi memang fokus mempelajari tentang love and relationship goals management yang selalu berhubungan dengan berbagai aktivitas seks, seksual dan seksualitas. Termasuk hubungan sebab-akibatnya.
Lovology adalah ilmu yang fokus untuk mempelajari tentang love and relationship goals management. Jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti ilmu yang mempelajari tentang manajemen percintaan dan kebersamaan serta berbagai tujuan atas keduanya.
Lovology berasal dari kata Lov yang berarti cinta dan Ology atau Logos (bahasa Yunani) yang berarti ilmu. Para praktisi di bidang lovologi disebut sebagai lovolog yang berusaha mempelajari pola perilaku seks, seksual dan seksualitas serta hubungan sebab-akibatnya dalam pencapaian semua tujuan hidup manusia.
Lovology pertama kali dipublikasikan oleh Bara Susanto pada tahun 2018 setelah melakukan riset selama 9 tahun tentang "Pengaruh Perilaku Seks, Seksual dan Seksualitas Dalam Pencapaian Semua Tujuan Hidup Manusia". Karena ketiga aktivitas ini memiliki hubungan sebab-akibat yang luas dalam semua aspek kehidupan manusia. Sebab yang baik akan berakibat baik dan begitu juga sebaliknya.
Riset inilah yang kemudian bisa membuka khasanah ilmu pengetahuan terpenting dalam siklus kehidupan manusia yang selama ini terkubur dalam-dalam hanya karena dianggap tabu dan penuh pornografi. Karena pada akhirnya, lovology menjadi metode pengajaran tentang percintaan dan kebersamaan tanpa melibatkan unsur pornografi. Juga menjadi ilmu pengetahuan yang bisa dipelajari secara sederhana, jelas, sistematis dan bersifat universal.
Dengan bahasa kekinian yang sederhana dan mudah dimengerti, bahasan tentang seks, seksual dan seksualitas menjadi tidak ada yang tabu dalam lovologi. Bahkan ketiganya sudah mampu diajarkan dengan mudah sesuai usia dan kebutuhannya. Dalam pengajarannya pun, lovologi sudah sangat sistematis dan bersifat universal.
Artinya, lovologi tidak berdiri sendiri. Lovologi bisa menjadi pendukung dari psikologi dan seksologi dalam metode pengajaran kepada khalayak umum. Karena jika ingin fokus berbicara tentang love and relationship, ilmu yang tepat itu adalah Lovology dan kecerdasan yang sesuai itu adalah (SI) sexual intelligence.