Wanita memang lemah secara fisik. Namun wanitalah yang ternyata terbukti mengendalikan kehidupan di muka bumi ini. Jadi jangan remehkan wanita ya ...
Sayangnya, banyak sekali wanita yang tidak menyadari kehebatannya. Sehingga tetap menjadi makhluk yang lemah. Atau sebenarnya merekalah yang melemahkan dirinya sendiri dengan sengaja. Akibatnya sungguh bisa ditebak, kaum pria -- bahkan yang tidak hebat sekalipun -- menjadi super hebat dan berkuasa dihadapan wanita dengan mudahnya.
Lucunya, saya yang menulis artikel ini adalah seorang pria. Bukan maksud saya untuk merendahkan diri, tetapi kenyataan ini saya tulis berdasarkan riset tentang "Pengaruh Seks, Seksual dan Seksualitas Dalam Kehidupan Manusia". Saya Bara Susanto, seorang lovolog dan pakar SI (sexual intelligence), penulis buku Sexual Intelligence -- Basic for Relationship Goals Management.
Pada aspek agama, wanita memiliki derajat penghormatan yang lebih tinggi dari pria. Dalam islam -- maaf, agama saya -- seorang anak diwajibkan menghormati ibu sebelum ayahnya dan untuk melahirkan keturunan yang baik pria dianjurkan mencari wanita yang baik pula. Termasuk juga dalam pernikahan, sebaik-baiknya wanita adalah yang masih perawan. Pada aspek biologis, - inilah yang saya maksud - bahwa yang melahirkan keturunan adalah wanita, bukan pria.Â
Pada aspek klinis, wanita yang sehat akan melahirkan anak yang sehat, sedangkan wanita yang tidak sehat akan berakibat pada anakya. Misalnya Ibu pengidap HIV akan menurunkan virus yang sama pada anaknya. Pada aspek psikososial, wanita memiliki pengaruh yang besar pada baik-buruknya lingkungan pergaulan. Misalnya, dalam rumah sebagai lingkungan terkecil, ibu yang baik akan memberikan pengaruh yang baik pada semua keluarga. Namun sebaliknya, ibu yang tidak baik akan memberikan pengaruh buruk pada keluarga, terutama anak. Pada aspek budaya, wanita cenderung dijunjung jika berhasil merubah budaya menjadi lebih baik. Namun sebaliknya, wanita akan dihujat seumur hidupnya jika merusak tatanan kehidupan. Pada aspek finansial, wanita lebih bisa mengendalikan keuangan dariapada pria.
Terakhir pada aspek perilaku yang menjadi fokus dalam buku saya, bahwa semua kebaikan dan keburukan dalam kebersamaan adalah karena wanita menyepakatinya. Karena jika wanita tidak menyepakatinya, maka tidak akan terjadi keburukan dibumi ini. khusunya pasa wanita itu sendiri.
Dalam kasus pelecehan dan pemerkosaan, sebagian besar -- tidak semua kasus - Â berawal dari wanita yang secara sadar atau tidak memberikan kesempatan bagi pria untuk melakukannya. Â Misalnya wanita yang ikut berpesta minuman keras pria yang berujung pada pemerkosaan. Secara logika sebenarnya dia bisa saja pergi dari aktivitas itu, tetapi mengapa dia tidak melakukannya.
Dalam kehamilan pra nikah, wanita bisa saja menolak keinginan pacarnya untuk melakukan hubungan seks yang berpotensi kehamilan diluar pernikahan. Karena sehebat apapun pria menginginkan hubungan seks itu, ketika wanita tidak menyepakatinya, maka hubungan seks itu tidak akan terjadi.
Dalam kekerasan oleh pasangan, wanita seharusnya menyadari karakter pasangannya sebelum menyepakati kebersamaan. Sehingga bisa memutuskan mana pasangan yang terbaik dan mana yang berpotensi untuk menyakiti. Namun, namanya juga cinta buta, banyak yang membuat keputusan untuk hidup bersama sekalipun mereka mengetahui potensi penderitaan yang akan diterima dikemudian hari. Logikannya, jika masih pacaran saja sudah menunjukan banyak keburukan, apalagi jika telah menikah. Â
Berbagai contoh ini menjelaskan mengapa wanita membutuhkan Sexual Intelligence atau kecerdasan seksual ini. Karena SI bisa menjadi pondasi bagi wanita untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Dengan memahami berbagai potensi yang merugikan sebelum terjadi dan membuat berbagai kesepakatan dalam kebersamaan dengan kecerdasan. Bukan hanya dengan perasaan.