Mohon tunggu...
Irwan Siswanto
Irwan Siswanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mengilhami Kegagalan Abraham Lincoln dan Meroketnya AHY di Pusaran Pilpres 2019

8 Maret 2018   18:59 Diperbarui: 8 Maret 2018   19:04 589
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jauh sebelum dikenal sebagai salah satu presiden terhebat di Negeri Paman Sam, Abraham Lincoln harus melalui berbagai kegagalan dan rintangan sepanjang hidupnya. Tak terhitung kegagalan demi kegagalan yang ia lalui sampai ia bisa duduk dengan manis di kursi presiden negara adidaya tersebut.

Mulai dari gagal duduk di kursi legislatif di negara bagian Illinois, anggota dewan kongres, anggota dewan senat Amerika Serikat, hingga nominasi wakil presiden dari Partai Republik telah ia lalui. Namun itu semua tidak mematahkan semangatnya untuk terus berjuang dan mengembangkan dirinya untuk lebih baik dan pantas menjadi pemimpin.

Menapaki karir politik dari usia yang sangat muda, yaitu 23 tahun, ia terus berkembang menjadi lebih baik. Bahkan, gelar underdog disematkan kepadanya karena karirnya yang mandek di pemilihan negara bagian. Ia juga dinilai tidak akan mampu melangkah lebih jauh apalagi menjadi presiden.

Namun, ia tetap berusaha dan bangkit dari kegagalan. Membawa pesan pembebasan perbudakan pada pemilihan presiden 1860. Ia tetap tegar untuk menyuarakan kesetaraan tersebut, meski mendapat tantangan dari lawan politik. Pada akhirnya, perlahan ia mendapat simpati publik dan melanggeng menuju kursi presiden.

AHY pun begitu. Kegagalan dalam Pilgub DKI Jakarta lalu, banyak yang kemudian meragukannya untuk bisa melangkah lebih jauh. Sentimen negatif, seperti anak ingusan kerap disematkan pada AHY. Namun, itu semua tak semata-mata menghentikan langkah AHY untuk bisa menasbihkan dirinya menjadi salah satu pemimpin potensial di negeri ini.

Ia tak hanya berbekal fisik tampang dan badan atletis. Ada gagasan, visi, dan cita-cita besar yang ia bawa, yaitu Indonesia Emas 2045. Di mana tepat 100 tahun Indonesia merdeka, negeri ini akan naik status menjadi negara maju dan diperhitungkan di dunia. Ia hadir memberikan solusi dan cara untuk meraih cita-cita tersebut. Ia konsisten menebar visi tersebut ke mana pun ia pergi.

Kegagalan yang diiringi sentimen negatif tersebut menjadi cambuk AHY terus memperbaiki diri dan mengenal Indonesia lebih dalam. Ia terus belajar menemui tokoh-tokoh senior. Ia hadir dengan cara yang santun sehingga kesan adem semerta tercipta ketika AHY disebut tengah melakukan safari politik.

Berkunjung ke pelosok daerah di Indonesia untuk menemui masyarakat, perlahan namun pasti dirinya dikenal luas oleh masyarakat. Hasilnya adalah elektabilitasnya terus meroket. Jika petahana stagnan di kisaran 30 hingga 40 persen, AHY mengalami lonjakan yang signifikan hingga bisa menyentuh belasan persen. [http://kabar24.bisnis.com/read/20180218/15/739845/survei-capres-2019-ahy-melesat-tandingi-jokowi]

Artinya adalah AHY bertumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Masyarakat melihatnya sebagai potensi pemimpin masa depan. Bahkan, yang terbaru ada tuntutan publik di mana AHY harus ikut dalam Pilpres sebagai poros ketiga. Seruan tersebut asih bergema hingga hari ini.

Meski demikian, masih ada saja yang menyebut AHY belum pantas jika berbicara presiden dan wakil presiden. Tapi apa mau dikata, nama AHY sudah terlanjut lekat di hati masyarakat. Simpati dan dukungan itu bukan semata-mata karena ia menjual dirinya kepada publik. Ia tak pernah deklarasi, tak pernah menunjukkan ambisi. Dukungan itu datang dari publik dengan sendirinya. Ia dianggap sebagai sosok muda yang menjadi perwakilan generasi milenial di pemerintahan. Artinya publik memang melihat potensi AHY menjadi pemimpin dari kaca mata yang objektif.

Kisah Lincoln dan AHY selayaknya juga menjadi inspirasi bagi kita semua. Untuk meraih kesuksesan selayaknya pengalaman dan kegagalan menjadi cambuk kesuksesan itu sendiri. Kesuksesan juga pada dasarnya tidak diraih dengan cara yang instan. Butuh kerja keras dan dedikasi yang tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun