Istilah dialog dapat diartikan benturan. Dialog antar agama adalah benturan antar agama. Maksudnya bahwa umat Islam dengan diin dan peradaban mereka dalam satu sisi; Nasrani dan agama mereka, kapitalis dan peradaban mereka ada pada sisi yang lain.
Pada dialog antar agama, dihasilkan persamaan antar agama dan peradaban tanpa adanya agama atau peradaban yang lebih unggul atau lebih baik daripada yang lain. Kemudian, terciptanya suatu peradaban alternatif dengan cari mencari titik temu dan persamaan antar kedua agama. Karena pada dialog tersebut tidak boleh menyanggah dan membuktikan kesalahan dari agama lain. Sehingga wajar dalam urusan Tolikara, pemerintah Indonesia yang selalu mengedepankan dialog antar umat beragama memberikan solusi yang 'parah' tak menyelesaikan masalah.
Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba mengurai betapa bahayanya dialog antar agama. Selain dialog antar agama tidak akan menyelesaikan masalah juga bisa menyebabkan kita meninggalkan Islam sesungguhnya.
Meluruskan persepsi dialog antar agama
Sebagaian umat Islam ada menyerukan dialog antar agama untuk mendapatkan kebahagiaan. Perbedaan dianggab manusiawi dan membiarkan perbedaan-perbedaan dalam perspektif kehidupan dianggab kebaikan/kebahagiaan. Padahal tujuannya hanya sekedar untuk membius kaum Muslimin dari kenyataan adanya benturan. Mereka selalu menyeru kepada kaum Muslimin untuk menyebut diri sebagai “anak-anak Ibrahim” dengan maksud untuk memperkuat keinginan melakukan dialog antara tiga agama semata-mata atas dasar bahwa mereka sama-sama berasal dari keturunan Nabi Ibrahim AS. Ada pula segolongan muslim yang selalu menjadikan ayat Qur’an sebagai dalil bahwa semua Nabi beragama Islam.
Tidak hanya itu, ada pula yang berusaha menggunakan ayat-ayat Al Qur’an sebagai dalil untuk dialog antar peradaban.mengutip firman Allah,
“Dan jika seorang di antara kaum musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah.” (QS At-Taubah: 6),
Ayat ini dimaknai harusnya ada dialog dengan kaum kafir, atau dalil - dalil “Katakanlah, hai orang-orang kafir” (QS Al Kafirun: 1),
atau dialog dengan agama-agama yang ada dan diakui di dunia, “Katakanlah, ‘Hai ahli kitab, marilah menuju suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak ada yang kita sembah kecuali Allah, dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun, dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan.” (QS Ali Imran: 64).
Bahkan yang lebih parah lagi saat mereka mengatakan, mengatakan bahwa kaum Nasrani dan kaum Yahudi adalah orang-orang Muslim. Nauzubillah.. Padahal dengan jelas Allah menyatakan dengan gamblang bahwa kaum Yahudi dan kaum Nasrani merupakan kaum kafir,
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan bermaksud membedakan antara Allah dan rasul-rasulNya dengan mengatakan bahwa ‘Kami beriman kepada yang sebagian (dari rasul-rasul itu) dan kami ingkar terhadap sebagian yang lain’ serta bermaksud mengambil jalan lain di antara yang demikian. Merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan bagi orang-orang kafir tersebut siksaan yang menghinakan.” (QS An Nisa’: 150-151)
Benturan antar Peradaban dan Dialog antar agama
Benturan antar agama dan peradaban adalah Benturan sekumpulan konsep (mafahim) tentang kehidupan. Baik Konsep spiritual ilahiyah atau konsep manusia tentang kehidupan. Mafahim tentang kehidupan spiritual ilahiyah Islam lahir dari akidah Islam. Sedangkan Mafahim buatan manusia muncul dari sebuah ideologi, seperti misalnya peradaban kapitalis Barat, yang merupakan sekumpulan konsep tentang kehidupan yang muncul dari ideologi sekularisme.