Mohon tunggu...
Bang Bara
Bang Bara Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Blogger Ideologis

Hanya Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Saatnya Kita Harus Diam!

1 Agustus 2020   22:31 Diperbarui: 1 Agustus 2020   22:45 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Imam An-Nawawi Al-Bantani mensyarah hadis ini tidak menjelaskan periwayatnya. Katanya, Nabi saw juga pernah bersabda "Banyak sekali kata yang dapat merusak nikmat, dan banyak sekali kata yang dapat merusak kesusahan." 

Jadi sebenarnya banyak sekali keutaman diam. Namun, bukan berarti bicara itu salah dan bicara itu tidak ada baiknya. Mungkin kita pernah dengan hadist yang cukup masyhur ini, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam." (Muttafaq 'alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)

Ibnu Hajar menjelaskan, "Ini adalah sebuah ucapan ringkas yang padat makna; semua perkataan bisa berupa kebaikan, keburukan, atau salah satu di antara keduanya. Perkataan baik (boleh jadi) tergolong perkataan yang wajib atau sunnah untuk diucapkan. Karenanya, perkataan itu boleh diungkapkan sesuai dengan isinya. 

Segala perkataan yang berorientasi kepadanya (kepada hal wajib atau sunnah) termasuk dalam kategori perkataan baik. (Perkataan) yang tidak termasuk dalam kategori tersebut berarti tergolong perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan. Oleh karena itu, orang yang terseret masuk dalam lubangnya (perkataan jelek atau yang mengarah kepada kejelekan) hendaklah diam." (lihat Al-Fath, 10:446)

Imam An-Nawawi rahimahullah menyebutkan dalam Syarah Arbain, bahwa Imam Syafi'i rahimahullah mengatakan, "Jika seseorang hendak berbicara maka hendaklah dia berpikir terlebih dahulu. Jika dia merasa bahwa ucapan tersebut tidak merugikannya, silakan diucapkan. Jika dia merasa ucapan tersebut ada mudharatnya atau ia ragu, maka ditahan (jangan bicara)."

Sungguh Istimewa nian Islam dan para ulama kita mengajarkan saatnya kita diam atau bicara.

Aku jadi teringat dengan apa yang disebutkan oleh li bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu. Dan bisa jadi ini juga menjadi persoalan utama kita hidup bermsyarakat. Ia berkata "Seseorang mati karena tersandung lidahnya, Dan seseorang tidak mati karena tersandung kakinya, Tersandung mulutnya akan menambah (pening) kepalanya, Sedang tersandung kakinya akan sembuh perlahan."

Bukankah baginda Rosulullah juga dikenal bicara yang secukupnya. Tenang dalam berbicara, berbicara dan tidak tergesa-gesa. Bunda Aisyah d menuturkan, "Sesungguhnya apabila Nabi shollallahu alaihi wa sallam membicarakan suatu pembicaraan, sekiranya ada orang yang menghitungnya, niscaya ia dapat menghitungnya"(Muttafaq alaih).

Semoga Allah ta'ala memberikan taufik kepada kita semua agar kita terjauhkan dari dosa karena lisan kita. Betapa banyak manusia yang terjerumus ke neraka disebabkan mereka tidak mampu menahan lisan mereka.

"Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, 'Siapakah orang muslim yang paling baik?' Beliau menjawab, 'Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.'" 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun