Mohon tunggu...
Bara ayusman
Bara ayusman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang

Saya adalah seorang mahasiswa semester 1 Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya Gen-Z Memahami dan Mempelajari Teori - Teori Kebenaran, Serta Tips untuk Menghindari Fenomena Berita Hoax

17 Oktober 2024   20:23 Diperbarui: 17 Oktober 2024   20:24 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di zaman yang sangat modern dan maju ini proses kita untuk mendapatkan informasi sangatlah mudah, dikarenakan kita dengan sangat mudah mencari informasi yang kita inginkan dengan cara melihat sosial media atau membaca artikel di platform Google. Nah, maka dari itu, kita sebgai generasi -Z yang cerdas  sangatlah penting kita  memahami konsep teori-teori kebenaran. Agar kita dapat menyaring segala informasi dengan valid dan dapat dibuktikan kebenarannya. Tapi sebelum itu kita harus mengetahui definisi dari "kebenaran" itu, Yuk simak dibawah ini!.

Menurut (Mintaredja 1982), kata 'kebenaran' dapat digunakan sebagai kata benda konkret atau abstrak. Ketika seseorang menyatakan 'kebenaran', itu berarti proposisi yang benar. Proposisi ini mengandung makna dalam sebuah pernyataan atau statement. Jika subyek menyatakan bahwa proposisi yang diuji itu benar, maka itu memiliki kualitas, sifat, karakteristik, hubungan, dan nilai. Kebenaran tidak dapat lepas dari kualitas, sifat, hubungan, dan nilai itu sendiri. Dengan adanya berbagai kategori kebenaran tersebut, setiap subyek yang memiliki pengetahuan akan memiliki persepsi dan pengertian yang berbeda, dan ini menunjukkan sifat-sifat kebenarannya

Setelah kita mengetahui arti dari kata kebenaran, kita juga harus mengetahui dan mempelajari jenis jenis teori  kebenaran, hal ini berfungsi  sebagaai acuan  dalam menjaring apakah suatu hal dapat dianggap kebenaran atau bukan . Antara lain yaitu :

  • Teori Korespondensi
    • Pada teori Korespondensi ini kebenaran tertua yang berdasarkan pada teori pengetahuan Aristoteles, yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang kita ketahui dapat ditegakkan pada kenyataan yang diketahui oleh subyek. (Mintaredja 1982; Atabik 2016). Teori korespondensi menjelaskan  bahwa suatu proposisi bisa dianggap  benar ketika hal tersebut sesuai dengan fakta atau realitas yang ada di dunia ini. Kebenaran juga  dapat dibuktikan langsung dengan  pengalaman dan pengamatan pada dunia nyata. Contohnya,proposisi "air akan menguap jika dipanaskan hingga 100 derajat Celsius" hal tersebut bisa dianggap benar jika kita memanaskan air hingga mencapai suhu 100 derajat Celsius dan melihat apakah air benar-benar menguap. Jika air tidak menguap, maka proposisi tersebut dianggap salah, tetapi jika air menguap, maka proposisi tersebut dianggap benar.
  • Teori Kohrensi
    • Nah, teori koherensi ini sangat  kontras dengan teori korespondensi dalam teori pembuktian kebenarannya. Karena Pada teori korespondensi, kebenaran suatu pernyataan tergantung pada hubungannya dengan fakta yang ada, sedangkan pada teori koherensi, kebenaran suatu pernyataan tergantung pada konsistensinya dengan postulat yang sudah ada sebelumnya. Contoh sederhananya adalah ketika ada seseorang  yang mengatakan bahwa ada seekor ikan hiu yang masih hidup di dalam kolam alun-alun kota, menurut teori korespondensi kebenaran pernyataan tersebut tergantung pada fakta apakah ikan hiu memang ada di kolam tersebut atau tidak. Tetapi,  menurut teori koherensi, kita bisa menyimpulkan bahwa pernyataan tersebut tidak benar karena bertentangan dengan postulat bahwa ikan hiu adalah jenis ikan air asin dan tidak mungkin hidup di air tawar kolam alun-alun kota. Atau dengan kata lain teori kohrensi ini kita dapat menyimpulkan suatu hal itu benar dengan melalui nalar atau logika kita.
  • Teori Pragmatis
    • Pada teori pragmatis ini  memiliki dasar kebenaran yang berbeda dengan dua teori sebelumnya. Sementara teori korespondensi dan koherensi menempatkan dasar kebenaran pada fakta obyektif dan konsistensi logis, teori pragmatis menganggap kebenaran sebuah pernyataan terletak pada manfaat praktisnya dalam memecahkan masalah kehidupan. Teori ini tidak hanya berlaku dalam dunia empiris, namun juga dapat diterapkan pada obyek pengetahuan metafisik. Teori pragmatis muncul sebagai kritik terhadap pandangan kaum positivis yang menyatakan bahwa pernyataan metafisik tidak memiliki makna karena tidak didasarkan pada fakta empiris. Kaum pragmatis menganggap bahwa pernyataan metafisik dapat dianggap benar jika memiliki manfaat praktis dalam kehidupan. Sebagai contoh, pernyataan "Neraka ada bagi manusia yang berperilaku jahat" meskipun tidak memiliki bukti empiris yang bisa dipertanggungjawabkan, namun bisa dianggap benar jika memiliki manfaat dalam menurunkan angka kejahatan.
  • Teori Performatif
    • Teori performatif ini lebih menekankan bahwa suatu kebenenaran dapat dilihat  apakah ujaran tersebut diucapkan secara layak atau tidak oleh penutur. Kebenaran performatif bergantung pada otoritas penutur, yang dapat didefinisikan sebagai kewenangan, keahlian, atau kompetensi sang penutur dalam hal yang diucapkannya. Salah satu contoh yang paling umum dari kebenaran performatif adalah dalam penentuan awal bulan Ramadan. Meskipun penentuan ini didasarkan pada fakta obyektif yaitu munculnya hilal sebagai awal pergantian bulan, tetapi akses orang  awam untuk membuktikan secara langsung melalui pengamatan inderawi terbatas. Oleh karena itu, penentuan awal Ramadan bergantung pada otoritas yang dianggap memiliki kompetensi atau wewenang dalam hal ini, yaitu pernyataan dari Menteri Agama.
  • Cara menghindari Fenomena Hoax
    • Tidak terprovokasi dengan judul ataupun informasi yang mengandung hoax
    • Mencari tahu kebenarannya terlebih dahulu setelah mengetahuinya
    • Tidak menyebarkan kembali

 

Setelah kalian mengetahui teori-teori kebenaran, sebagai gen-Z yang  24/7 membuka media sosial.  menerapkan teori teori kebenaran membuat kita lebih bijak  untuk menyaring berita berita yang ada di media massa agar kalian terhindar dari berita hoax.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun