Tak ada kecanggungan sedikit pun dari dirinya sejak menjadi Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN). Diakui Eddy Soeparno (ES), bisa dikatakan orang-orang di PAN itu pakar politik semua. Di PAN ada Yandri Susanto (Ketua Dewan Pimpinan Pusat), Mulfachri Harahap (Wakil Ketua Umum), Asman Abnur (Wakil Ketua umum), Viva Yoga Mauladi (Ketua Bappilu) dan lain-lain.
“Jadi saya tidak canggung. Saya serahkan urusan politik ke mereka, tapi beri saya kesempatan memperbaiki sistem dan organisasi di dalam partai,” ujar ES.
Mas Eddy tetap dihormati meski masih terbilang ‘buta’ dalam politik praktis. Ia cepat beradaptasi. Karena profesionalismenya dalam mengelola manajemen Partai, Mas Eddy disegani senior dan pengurus lainnya. Saya yang terlibat dalam Kepengurusan DPP PAN 2015-2020, sebagai Anggota di salah satu Departemen di Badan Pemenangan Pemilu melihat sosok Mas Eddy orang yang enak diajak ngobrol. Ia tak menjaga jarak. Sama seperti Ketum, Bang Zul.
Mungkin karena usianya masih terbilang muda, Mas Eddy luwes dalam berkomunikasi baik secara personal maupun formal. Sebagai orang yang lama berkarir dalam dunia korporasi yang kaku, dan birokratis, ia bisa dibilang berhasil mengomandani manajerial partai.
Mas Sekjen mengakui, bahwa partai sebagai organisasi berbasis sosial itu punya dinamika yang berbeda dari korporasi. Pernah dia katakan, “Kalau partai, dinamikanya lebih tinggi, seolah tak baku-kaku.”
Dunia Perbankan adalah rumah lama Mas Eddy dalam berkarir. “Umumnya korporasi memiliki ‘rules & regulation’ dan ‘business process’ yang jelas, rinci dan baku, sehingga pengelolaan korporasi dilakukan secara efisien, terencana dan terukur, sejalan dengan sektor usaha yang digelutinya.”
Bagaimana dengan kehidupan kepartaian? Bisakah ia mengatasi dinamika Partai yang kerap memilih ‘jalan tol’ baik dalam urusan keuangan maupun kebijakan pimpinan.
Pemikiran Mas Eddy terhadap isu keuangan partai bisa menggambarkan bagaimana karakter kepemimpinannya. Salah satunya adalah jika ada kader yang tiba-tiba minta ongkos jalan kepada pengurus.
Perencanaan dan kontrol
Perubahan yang sejatinya akan dilakukan di PAN diawali dari penerapan sistem dan prosedur untuk sejumlah hal yang relatif kecil, namun berdampak signifikan.
Misalnya manajemen kantor dengan administrasi yang rapi dan tertata, lingkungan kantor yang bersih dan tertib, serta disiplin terhadap waktu. Mau bukti? Coba mampir ke Rumah PAN—Sekretariat DPP PAN—di Jalan Senopati, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Para Kader bisa menghabiskan waktu berjam-jam di sana. Suasananya seperti di rumah.
Selain itu juga berfungsinya seluruh organ partai, dimulai dari badan-badan di DPP, Mahkamah Partai, Dewan Kehormatan dan Penasehat, dan lainnya. Terbukti dari ramainya aktifitas Partai di DPP maupun Daerah. Semuah elemen partai berakselerasi melakukan peran dan fungsinya. Perkaderan jalan. Roda organisasi yang baru setahun berjalan ini sudah menemukan bentuknya, dan PAN akan terus berbenah untuk menjadi salah satu partai modern di Indonesia.
“Intinya sederhana: seluruh elemen partai harus mampu bergerak secara proaktif dan cepat.”
Sebagai Sekjen, Mas Eddy sangat cakap dalam menyediakan “manualnya” agar seluruhnya bergerak secara tepat sasaran dan tidak melanggar ketentuan organisasi.
Pernak-pernik keuangan
Khusus permintaan kader untuk “ongkos pulang atau ongkos jalan”, hal itu merupakan tradisi yang berlaku di seluruh organisasi partai politik maupun organisasi kemasyarakatan lainnya.
“Sepanjang hal tersebut tidak mengganggu, dan sifatnya personal (dari individu satu kepada individu lainnya, atau dengan kelompok kecil lainnya), saya anggap hal tersebut masih dalam konteks “saling membantu” di antara para kader,” kata Mas Eddy.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H