Mohon tunggu...
Arif Tirtana
Arif Tirtana Mohon Tunggu... -

Hari ini memang saya harus banyak belajar, tetapi esok.. akan banyak orang yang belajar dari saya....!!!!

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[eskrim] Sebuah Ungkapan Untuk Mu, Mah

21 Desember 2011   11:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:56 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lekang waktu tak dapat menhapus sayangmu padaku..
sebagai anakmu yang kau cinta..
dan sebagai putramu yang kau damba...
segalanya kau serahkan dengan peluh yang membasahi dan air mata yang mengiringi tangis usahamu..

rela mencari apapun demi membuatku tersenyum..
Bunda, menjadikanku anak yang kuat dalam setiap cobaan hidup..
mengajariku segala bentuk kesederhanaan kehidupan,
mengajariku makna cinta yang begitu dalam.
Sesaat semuanya perih dan terluka hati karena hdup yang tidak bersahabat,
kau mencoba kuat sekuat karang di lautan,
walaupun kadang kau menangis dalam hatimu merasakan dan menjerit karena memang kau adalah seorang wanita.

Bersinarlah dalam setiap kumpulan mutiara yang bersinar,
kau tampil dengan sosok bersahajamu menjadikan sebuah kekuatan hdupku untuk selalu membuatmu tersenyum walaupun dengan raga yang tak berdaya,
langakh tertatih dan langkah yang penuh tanda tanya akan ku usahakan dengan taruhan nyawa,
kelak kau tersenyum dan menangis karena bahagia..
Bunda, Kekuatanku hanya berasal dari bagaimana kau berbicara,
dengan segala dan ucap kata kata,
kau membuatku kuat dalam jiwa dan raga yang penuh akan problematika,
menunjukan sosok terbaik untuk putramu,
menyayangi dengan tidak mengharapkan akan adanya pembalasan,
tulus ikhlas mencari kebahagiaan,
kadang kau berlinang air mata,
bibir manismu seraya tersenyum dan menguatkan diri,
namun ku pahami segala bentuk suasana hatimu bunda,
Namun apa daya Tanganku belum dapat melakukan apa apa....

Sebuah kata tak bermakna,
kucoba torehkan dalam relung hati yang tanpa suasana,
dengan mengingat sosok wajahmu,
menguraikan sedikit kata demi kata yang mampu membuktikan adanya kasih sayangmu yang begitu besar pada putramu yang nakal.

Aku telah menjadi dewasa..
saat semuanya telah masuk dalam hidup yang penuh liku-liku..
aku masih mengingat segala bentuk kata-kata yang kau ucapkan,
jelas terdengar dan pasti ku amalkan.
Dengan makna hdup yang kau ajarkan padaku Bunda..
Semua ini akan kujalankan..
Maafkan jika Putramu Nakal dalam menjalankan nasihatmu...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun