"Siput !" potongku. Aji melongo, senyam-senyum, garuk-garuk kepala, tanda penasaran.
Pada saat pelaksanaan lomba, kelinci mempersilahkan kakek siput berlari duluan. Dia yakin, perjalanan kakek siput selama 5 jam, dapat dia kejar dalam waktu 5 menit saja. Karena itu, kelinci tidur-tiduran, sampai akhirnya tertidur sungguhan.
Sengatan matahari membangunkan kelinci. Hups, dia tergopoh-gopoh bangun. Dia berlari sampai akhirnya, di finish, dia melihat kakek siput sudah menunggunya. Kelinci menyerah kalah, dia akhirnya sadar dan tidak sombong lagi.
"Kok bisa pa ?", sanggah Aji, "Kelinci kan larinya lebih cepat ?".
"Penyebabnya dua hal, anakku sayang :
Yang pertama, kelinci terlalu sombong dan meremehkan, hingga dia tertidur dan tidak teliti. Orang yang sombong, biasanya malu jika mendapat musibah atau kekalahan. Akhirnya dia jauh dari kebenaran. Sampai sekarang, dia tidak tahu penyebab kekalahannya itu.
Penyebab kedua, kakek siput. Beliau bijak, beliau paham sampai kapan pun siput tidak akan bisa mengalahkan kelinci. Namun, berkat pemahamannya terhadap kelemahan orang sombong, maka beliau merencanakan kemenangan itu dengan cermat. Kakek siput saudaranya banyak. Jadi, selama semalam keluarga siput sudah melakukan persiapan. Di start, ada Kakek Siji, 100 meter kemudian ada lagi Kakek Loro, Kakek Telu dan saudara-saudaranya. Kakek siput yang awal, yakni Kakek Awal, menunggu dititik finish.
Kesombongan dan kesewang-wenangnya, bisa dikalahkan dengan Gotong Royong.".
Aji manggut-manggut tersenyum, dan katanya :
"Lagi pa !"
Kuulangi, sampai matanya terpejam dan dibibirnya tersungging senyum.