Membaca buku atau media tulisan lainnya perlu kecermatan dan kejelian. Salah membaca buku maka rentan salah berpandangan atau beropini. Salah membaca maka rentan pula salah mengomentari. Sebagai hobiis buku, berikut ini tips membaca buku atau media tulisan lainnya agar tidak tersesat atau tidak asal bunyi. Walaupun ketersesatan dalam beropini atau asal bunyi dalam komentar sering kali memicu perdebatan sekaligus keingintahuan secara lebih mendalam. Semuanya yang pasti ada hikmahnya. 1)Kenalilah sang penulis. Bagi penerbit yang bermutu tidak "takut" untuk memprofilkan penulis, biasanya di bagian akhir buku. Dengan adanya profil penulis, kita jadi tahu siapakah dia. Profil yang baik berisikan tempat tanggal lahir, meskipun ada yang tidak secara lengkap menuliskannya, kalee aje...malu ketahuan kalau sudah tua, atau masih muda, atau sudah tua tapi masih single, haha... atau karena alasan lainnya. Kemudian berikutnya riwayat pendidikan dan organisasi. Hal ini sangat penting karena kita jadi tahu sekualitas apa sekolahannya, sekualitas apa organisasinya, selama apa dia berada di suatu tempat, entah kota kecil atau besar, untuk menempuh pendidikan dan berorganisasi. Kesemuanya itu harus "terangkum" sebagai curriculum vittae, meskipun di buku tidaklah panjang lebar sebagaimana ketika kita melamar pekerjaan atau melamar jodoh, hehehe.... 2) Kenalilah sang penerbit. Penulis yang bermutu "hanya" mau dengan penerbit yang bermutu pula. Itulah hukum alam. Penerbit yang sudah lama berdirinya dan eksis hingga detik ini tentu setelah melewatiu perjuangan panjang dan lama. Ada pula penerbit yang sudah lama berdirinya, tetapi tidak eksis hingga detik ini, meskipun pernah menelurkan karya yang monumental. Ideologi penulis dan penerbit pun sebenarnya nyambung. Ideologi mungkin saja berdasarkan primordialisme atau SARA. Namun sepanjang berkualitas dan bersahaja dalam menulis dan menerbitkannya, tentu no problemo. Justru bila memang bagus dan best seller tentu win-win solution bagi keduanya. Semuanya tercerahkan. Best seller atau worst seller. Sebenarnya  buku dikatakan best seller itu karena penulis, penerbit, dan marketing (distribusi, dll) saling bahu-membahu bekerja sama. Momentum menerbitkan buku juga sangat berperan dalam poin ini. Momentum ini adalah momentum "perang" Foke-Nara vs Jokowi-Basuki, maka buku yang mengenai mereka tentu diprediksi lebih best seller ketimbang misalnya buku mengenai SBY. Meskipun bisa saja buku best seller itu sebenarnya biasa-biasa saja, tetapi karena momentumnya yang tepat atau karen aalasan lain. Tentu itu diluar kewajaran umum. 3) Telitilah daftar pustaka. Seberapa banyak dan berkualitas daftar pustakanya harus jadi poin selanjutnya dalam menilai sebuah  buku. Kecuali buku-buku fiksi, seperti antologi cerpen, antologi puisi, novel, dan sejenisnya tentu tak ada daftar pustakanya, haha.... Saya akan mencontohkan buku-buku yang memenuhi kriteria di atas berikut kronologis membacanya. Maksudnya, bagi yang ingin mengetahui sejarah seputar keterkaitan Majapahit dan Demak atau istilahnya konversi agama dari Hindu-Buddha ke Islam secara besar-besaran yang terjadi pada masyarakat Jawa, maka urutan membacanya sebagai berikut. Walaupun kedua buku ini bisa saja buku no. 1 dibaca belakangan ketimbang buku no. 2, karena saling mendukung. 1) Judul: Misteri Syekh Siti Jenar Peran Wali Songo dalam Mengislamkan Tanah Jawa (dok. http://sangpenangsang.wordpress.com/2012/04/22/buka-buku-12-sunan-gresik-guru-ngaji-yang-juga-ahli-irigasi/) Penulis: Prof. Dr. Hasanu Simon Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta Edisi: cet. V, 2008 2) Judul: Genealogi Keruntuhan Majapahit, Islamisasi, Toleransi, dan Pemertahanan Agama Hindu di Bali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H