Mohon tunggu...
Banyu Wijaya
Banyu Wijaya Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

#nusantaraindonesiatrulyuniversa

Selanjutnya

Tutup

Money

Balitbang Harus Introspeksi Diri

16 Februari 2013   05:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:15 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X membuka Seminar Nasional bertema Pemberdayaan Petani Melalui Teknologi Spesifik Lokasi di Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Yogyakarta (25/10/2011) setelah sebelumnya menjadi pembicara kunci. Selain seminar nasional yang diikuti oleh ratusan penyuluh dan peneliti itu digelar pula pasar tani (24-26/10/2011).

Sultan memprihatinkan fakta di lapangan bahwa strategi pasca pengkajian yang dilakukan oleh badan-badan penelitian dan pengembangan tidak dilakukan dengan tegas dan tidak menghendaki adanya umpan balik dari petani atau pemakai hasil kaji tersebut. Bahkan ironisnya, banyak dari hasil penelitian tidak sesuai kebutuhan petani.

Oleh karena itu, "Kita (sebagai bangsa) harus introspeksi (dengan kondisi seperti ini)," tegas Sultan.

Selain Sultan, narasumber yang hadir di antaranya Kepala Bappeda DIY Drs. Tavip Agus Rayanto, M.Si., Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Ir. Haryono, M.Sc., Dr. Ir. Kusuma Dwiyanto (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan), dan wakil dari Kementerian Pertanian.Tavip memaparkan penduduk DIY sekitar 3,5 juta jiwa dengan jumlah petani (termasuk peternak) lebih dari 50%. Dari jumlah tersebut, 80,29% petani DIY adalah petani gurem, yakni petani dengan kepemilikan lahan seluas 0,3-0,5 ha.  Petani tersebut sebanyak 71% hanya maksimal lulusan Sekolah Dasar.

Laju konversi lahan sekitar 200-250 ha per tahun dengan trend mengarah di Bantul, padahal sebelumnya di Sleman. Ancaman erupsi Merapi diduga menjadi pergeseran trend tersebut.Kusuma menyitir data populasi dari hasil Sensus Ternak 2011 sejumlah 16,8 juta ekor (sapi dan kerbau). Hal itu mengindikasikan Indonesia sudah swasembada daging. Hanya saja diperlukan terobosan agar swasembada daging dapat berkesinambungan, di antaranya yaitu tunda potong, larangan pemotongan betina produktif, meningkatkan calf croping atau perbaikan genetik, penurunan angka mortalitas, dan teknologi pakan ternak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun