Ada banyak sebutan bagi Kota Yogyakarta. Ada sebutan yang unik dan nyleneh kebarat-baratan. Ada pula yang bersejarah. *) Ayodhya atau Ngayodhya. Inilah sebutan yang diyakini sebagai asal-usul nama Ngayogyakarta. Ngayogyakarta tentu lanjutannya adalah Ngayogyakarta Hadiningrat, sebuah kesultanan penerus Kesultanan Mataram. Arti per kata dari Ayodhya adalah A = tidak, yodhya = terkalahkan dalam peperangan. Jadi, Ayodhya artinya yang tidak terkalahkan dalam peperangan. Secara singkat dapat disebut merdeka. Memang daerah Yogyakarta merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang masih merdeka pada saat Agresi Militer Belanda. Oleh karenanya, pada 4 Januari 1946 sampai dengan 27 Desember 1949 Yogyakarta dijadikan ibukota Republik Indonesia. *) Jogjacartoon. Inilah sebutan Yogya versi pegiat kartun atau kartunis. Sebutan ini bisa kita lihat pada momentum pameran seni yang bejibun di Kota Yogya. *) Jogjakarta. Nama ini diduga berasal dari celetukan orang-orang di sebelah timur Yogya yang terbiasa naik kereta api menuju Jakarta. Ketika kereta api berhenti di stasiun, orang-orang mengira bahwa mereka sudah sampai tujuan, yakni Jakarta sehingga mereka berteriak, "Wis anjog Jakarta iki." Artinya, "Sudah sampai Jakarta ini." Anjog atau jog artinya sampai. Oleh karenanya, Yogya dikenal sebagai Jogjakarta. (dok. http://kangrahmat.blogdetik.com/index.php/2010/12/19/jogja-never-ending-istimewa/) Jogjakarta juga merupakan nama yang sudah familiar karena menyebutkannya juga lebih mudah dan terkesan tegas dan gagah, Jogjakarta, ketimbang Yogyakarta yang terkesan lemah, loyo. Yogyakarta pun bisa dimaknai sebagai perubahan ejaan dari ejaan lama Jogjakarta berubah mengikuti ejaan baru Yogyakarta. Walaupun tetap saja banyak orang dan penempelan papan Jogja ketimbang Yogya. *) Newyorkarto (New Yorkarto) = Ngayogyakarta (dibaca: Ngayogyokarto). Penyematan nama ini memang dimulai oleh seniman, terutama para pembuat stiker. Nama ini mengingatkan kita pada nama kota New York di USA sana. Banyak sekali dahulu pada tahun 2000-an stiker bertuliskan Newyorkarto. *) Yogyes. Yes adalah kata dalam bahasa Inggris yang berarti ya. Oleh karenanya, Yogyes = Yogya. Bisa juga Yogyeskarta (baca: Yogyeskarto). Pantas diingat, bahwa penulisan Djogdjakarta sebenarnya keliru, meskipun ada beberapa pihak yang menuliskannya Djogdjakarta atau Djogdja. Sebabnya, asalnya dari ejaan lama Jogjakarta, kemudian berubah mengikuti ejaan baru Yogyakarta. Bila memakai Djogdja maka artinya pun jadi berubah, tidak sebagaimana asalnya. Jogja pun mengalami perubahan slogan, di antaranya Yogyakarta Bertaman Budi, Yogyakarta Berhati Nyaman, Jogja Never Ending Asia, Jogja Slowly Asia, Jogja Istimewa, dan Jogja Never Ending Istimewa. Slogan Yogyakarta Bertaman Budi sepertinya merupakan slogan untuk provinsi. Pasalnya, slogan itu masih saya lihat di sebuah kantor kepala desa di Kecamatan Godean, Sleman. Menurut saya pribadi, Jogja pun bisa disebut dengan Jogja Trully Universa. Sebabnya, menurut Prof. Damardjati Supadjar, Indonesia layak menyandang predikat sebagai taman sari-nya alam semesta (universa). Jawa sebagai taman sari-nya Indonesia. Jogja sebagai taman sari-nya Jawa. Oleh karenanya Jogja Trully Universa atau Java Trully Universa. Solo dan kota lain pun tak ketinggalan, meskipun sebutannya lebih sedikit. *) Oslo = Solo. Nama ini mengingatkan kita pada ibukota Norwegia. Nama asli Solo adalah Sala. Bahasa Jawa wetanan menyebutnya Solo. Akhirnya jadi beneran namanya Solo. Bagi masyarakat Ngapak alias Banyumasan dan Sunda, maka penulisan yang benar adalah Sala, bukan Solo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H