Hatiku tersentak, hening…. Akalku terasa terpause.. tak berkutik..., ku tau ini tak mungkin dan jauh dari kemungkinan kecil sekalipun...
Didepanku berdiri sosok yang selama ini selalu ada dihatiku, dihari-hariku, disetiap pikirku bahkan... aku tak percaya ini semua terjadi.. disini.. saat ini... Sinar memandangku begitu dekat didepanku..
”Benarkah kau mencintaiku indah” sebuah kalimat padat tanpa basa-basi, kalimat pertama yang terucap dari lisannya, kalimat yang merobohkan benteng pertahanan terakhirku untuk menjaga citra diriku sebagai wanita tangguh.
”a...a....aku..” tertelan rasanya semua suara ini, aku tak sanggup menjawab pertanyaanya, ingin rasanya aku tak sadarkan diri, tak perpijak dilantai ini...
”jawablah... apakah benar kau mencintaiku” mas sinar memojokkanku dengan pertanyaannya...
kukuatkan hatiku untuk mengakhiri semua ini, kutangguhkan hatiku untuk siap kecewa dan manangis histeris seperti hari-hari yang lalu...
”i..i..iya..”
”benar aku mencintai Mas..” hancur sudah harga diriku didepan laki-laki ini, ruang kecil inipun telah menjadi saksi pengakuanku, pengakuan rasa yang aku sendiri muak menyadarinya.. diruang kecil berantakan ini, ruang dimana karya-karyaku manari-nari dalam benak menjadi sebuah cerita, menatapku tajam... menghakimi diriku yang enggan jujur pada hati nurani..
dalam akalku segala spekulasi beterbangan, apa yang akan terjadi.. apakah mas sinar akan memperolokku.. merendahkanku dan menghinaku... dan kemudian apa lagi..?
semakin terpurukkah aku dengan kenyataan yang aku hadapi beberapa saat lagi.. kekecewaan.. kepahitan dan kegetiran...
”Kenapa...” dengan ekspresi yang sama datarnya dengan sebelumnya mas sinar kembali membombardir ku dengan pertanyaaan yang menghantam, logikaku merajuk dalam perasaan tak menentu..
Sudahlah.. sudah kepalang aku luluh lantak.. biarlah sekalian rata harga diriku dengan tanah.. aku pasrah dengan semua yang akan terjadi..
”Aku pun tak tau.....” memang itulah sejujurnya yang ada dihatiku..
dengan wajah tak percaya matanya lekat memandangku tak berkedip
”apa karena aku adalah kakak kelasmu yang memiliki intelektualitas diatas rata-rata? Apa karena aku sudah menjadi lelaki mapan dengan profesiku yang prospetkif di masa depan atau karena kau menialai fisikku yang lumayan.. tak memalukan untuk disanding atau bahkan karena mobil dan hartaku yang setiap hari kau lihat..”
kaget sekali aku dengan apa yang dikatakannya, jangankan mengiyakan... mempertimbangkan hal-hal itu saja tak pernah..
”tidak mas....”
”setiap orang memiliki kelebihan dan masih sangat banyak orang yang lebih-dan lebih darimu disegala hal..”
”mas.. terkadang manusiayang merasionalkan segala apapun tidak dapat mengantarkan rasa yang ada dihati ini dalam dimensi keilmuan, penuh perhitungan, dugaan dan kepastian... karena rasa, hati, dan nurani dikaruniai kelugasan untuk selalu mengatakan yang sesungguhnya meski terkadang tidak kan pernah didapat suatu alasan..”
”mas.. maafkan aku yang lancang mengusik akalmu, maafkan hatiku yang mengganggu pikirmu dan maafkan rasaku yang merusak citramu.... ”
”aku sadar mas... aku bukan siapa-siapa, tak pernah aku merendahkan diriku bahkan sekarangpun tidak.. apa yang kuungkapkan adalah sebenarnya yang ada saat ini”
”kalaulah engkapun menganggap cinta adalah anugerahnya.. maka izinkanlah aku sejenak mensyukuri cinta ini... meski takberujung sekalipun..”
”dan kupercaya ini adalah karunia yang Maha Kuasa, kau pun berhak untuk menampiknya.. menyisihkannya dan mebuangnnya...”
”Aku Mencintaimu karena ku mengharap RidhoNya..... yang kuinginkan hanyalah..”
”Semoga dirimu mendapatkan kebahagiaan taktertara dan bersanding dengan bidadari hatimu kelak...” leleh hati ini rasanya.... panasnya bara dalam dada seakan tersiram air dari telaga yang mulia.. dalam pasrahku terdapat senyum dalam hati.. ikhlas dan damai... ternyata rasa takterperi yang kubayangkan sebelumnya tidak ada sedikitpun... aku siap dengan apapun yang terjadi.. kan kusyukuri dengan sepenuh hati..
”Indah...” kata mas Sinar yang sedari tadi diam hingga menyentakku dalam renungan
”Indah... aku sangat marah padamu... aku kecewa dengan ucapanmu tadi..” ada guratan tegang dikeningnya...
marahlah mas.... dalam hatiku mengatakannya..
”Kenapa.. kau mengatakannya, kenapa kau berani sekali.....”
”dan kenapa Indah....! kenapa saat ini kaukatakan itu...”
”kenapa baru saat ini....!”
”tau kah engkau bahwa aku juga memendam cinta ini dalam hati.. sejak lama..!”
”aku marah..! karena akupun tak tau kenapa aku mencintaimu ”
”Indah.. maafkan aku.. yang terlalu pengecut untuk mengatakannya...., maafkan aku seorang pecundang yang mentasbitkan rasa ini dalam intelektualitas logika..”
”tak pantas hatiku tuk meminta.. namun hanya.... izinkanlah ku mengatakannya dihadapanmu..”
”Sudikah kiranya engkau menjadi bidadari dalam hidupku ini........”
Subhanallah......... kurasakan senyuman malaikat disekelilingku.. kurasakan rahmat Allah meniup keningku.... Maha besar Allah, sang penguasa Qolbu..... yang mudah dibolak balik dalam rasa... sang Maha Pecinta dan sejatinya cinta pada Hamba yang lemah sekalipun....
sujudku padaMu.. restuMu ku mohon ya Rabb..
dan hanya ini yang dapat kukatakan sebagai seorang wanita..
”Kutitipkan jawabku pada Waliku.... Bapakku... mas”
”Sami’tu wa atho’tu illa abi wa umi...” ku dengar dan ku taat pada Bapak Ibuku...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H