Katanya Perbedaan itu indah bagi beberapa orang yang membenarkannya, kenyataan Perbedaan seringkali dijadikan alasan untuk munculnya perselisihan bahkan tak jarang menjadikan perpecahan. Kerana perbedaan juga menjadikan beberapa kompasianer saling menyerang melalui tulisan. Memang perbedaan itu wajar namun kewajaran itu ada batas dan ukuran.
Bagaimana menyikapi perbedaan yang ada di tengah-tengah lingkunga masyarakat kita? Tentu kita harus bijak dalam menghadapinya. Karena lingkungan manapun akan kita temui perbedaan baik itu cara pandang, pola piker, idealisme dan masih banyak sekali jenis perbedaan diantara manusia. Namun sadarkah kalau dari perbedaan itu ada yang menyatukan kita, yaitu sama-sama manusia yang diberi kelebihan dan kekurangan oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Setuju dalam perbedaan dalam pengertian mampu minimal mengamini kebenaran-kebenaran lain asal demi kebaikan semua, jadi kita harus toleran, tapi bukan berarti secara prinsip pribadi itu kita korbankan, jadi kita harus membedakan di kala sendiri kita punya prinsip namun di kala bersama ya bareng. Inilah solusi untuk menyikapi berbagai perbedaan yang ada ditengah-tengah masyarakat. Jangan hanya memakai keinginan atau kemauan sendiri dalam bahasa jawa “aja mung nganggo karepe inyong tok” inilah yang namanya setuju dalam perbedaan yaitu untuk kebaikan semua.
Perbedaan ituindah tatkala bisa merangkai dan mengarunginya dengan seni kehidupan, namun tatkala perbedaan itu dimunculkan karena hanya ingin dianggap paling benar inilah yang akan menjadi awal permasalahan ataupun perpecahan.
Pemahaman benar itu juga perlu diperjelas, benar menurut diri sendiri, benar menurut anda atau benar menurut Tuhan yang Maha Esa. Kenyataan kebanyakan orang “nganggo benere dewek” menggunakan kebenarannya sendiri, tidak mau melihat dari sisi yang berbeda.
Sebenarnya tujuannya untuk apa dengan adanya setuju dalam perbedaan? Tidak lain adalah kemakmuran. apa cukup sebatas itu? Ya tentu tidak. Kemakmuran seperti apa? Disini kemakmuran tapi yang berkeadilan. Kalo sebatas itu maka bisa di sebut komunis, sehingga harus di lengkapi dalam kerangka religius dalam masing-masing rasa keimanannya. Karena kita tahu semua kalo di Negara kita bukan hanya satu warna saja. Berbagai macam perbedaan yang tersebar di seluruh nusantara. Secara sederhana dengan pemahaman setuju dalam perbedaan kita tidak akan jadi komunis ataupun jadi kapitalis murni yaitu yang ada di Negeri kita adalah Demokrasi dengan Pancasila yang telah menyatukan Nusantara. Jadilah Kapitulis liberal yang baik dan komunis yang tetap beragama.
Selamat beraktifitas sobat kompasiana. Tetap semangat dalam bekerja dan berkarya. Salam hangat dari desa untuk anda semua.
Purwokerto – Banyumas, 10 Juni 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H