Mohon tunggu...
Banyumas Maya
Banyumas Maya Mohon Tunggu... Administrasi - Karena Berbagi Tak Pernah Rugi, Teruslah Berkarya

Anak desa yang bersahaja mencoba Belajar Menulis Menjadi Pewarta Warga [Citizen Journalism]

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sedekah Bumi Pertahankan Tradisi dan Eksistensi

13 November 2013   06:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:14 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sebagian besar desa-desa wilayah kabupaten Banyumas pada bulan sura mengadakan kegiatan sedekah bumi. Dengan ragam acara yang berbeda-beda, di antaranya ada ritual wayang yang dijadikan ruwat bumi, ada yang menyelenggarakan larungan di bantaran sungai serayu, grebeg pasar serta ada juga yang menggelar syukuran sedekah bumi di lapangan, balai desa ataupun di tempat yang di anggap strategis bagi para warga. Pagelaran wayang kulit semalam suntuk juga seringkali digelar setelah prosesi rangkaian sedekah bumi sebagai hiburan yang di dalamnya terdapat kultur edukatif yaitu unsur budaya dan nilai-nilai pelajaran yang dapat diambil dalam kehidupan manusia.

Waktu pelaksanaan sedekah bumi tidak ada aturan yang baku, tergantung dari kesepakatan warga dan kepercayaan yang turun menurun dari para leluhur. Sepanjang bulan sura bisa di selenggarakan acara sedekah bumi yang merupakan ungkapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada warga dan kesuburan tanah bagi desa. Namun umumnya akan memilih hari di awal bulan syura yaitu tanggal 1 Muharram dalam kalender Hijriyah dan tanggal 10 Muharram yang disebut hari asyura oleh orang islam. Khusus untuk masyarakat jawa tepatnya di wilayah kabupaten banyumas akan menyelenggarakan sedekah bumi pada hari selasa kliwon atau jumat kliwon pada bulan yang sura tahun jawa.

[caption id="attachment_277694" align="aligncenter" width="500" caption="ilustrasi sedekah bumi / dok. desa melung"][/caption]

Pemilihan hari anggoro kasih (selasa kliwon) dan sukro kasih (jumat kliwon) tentu memiliki faktor historis dan pengaruh terhadap energi alam. Bagi masyarakat jawa yang masih percaya dengan perputaran hari pasaran yang berulang selama 35 hari atau selapanan pasti bisa membedakan diantara hari-hari tersebut, dan dua hari tersebut diatas merupakan hari yang memiliki energi cukup besar pengaruhnya.

Mengenai ritual sedekah bumi tentu ada yang pro dan kontra, dan merupakan suatu kewajaran apabila diantara manusia itu terdapat perpedaan pendapat ataupun penafsiran. Barangkali ada yang mengatakan musrik ataupun bidah, namun sejatinya penilaian itu bukanlah dinilai hanya dari mata telanjang belaka. Musrik dan tidaknya seseorang itu ada di dalam hatinya, hanya dirinya sendiri dan Tuhan lah yang lebih mengetahuinya. Dan sebagai seorang muslim tidak dibenarkan untuk memusrikan orang lain, bukankah begitu?

Silih bergantinya waktu dan pemahaman manusia serta toleransi diantara warga masyarakat menjadikan sedekah bumi tetap eksis menjaga tradisi. Sedekah bumi yang merupakan wujud syukur kepada Tuhan mempunyai banyak manfaat, diantaranya adalah :

1.Sebagai tempat silaturahmi dan berkumpul warga, tidak setiap waktu bahkan diri kita mampu untuk berinteraksi terhadap seluruh warga desa. Baik karena kesibukan ataupun karena keterbatasan waktu dan tempat. Melalui acara sedekah bumi ini menjadi ajang silaturahmi, berbagi cerita dan pengalaman serta dapat menambah harmonisasi tatanan kehidupan warga.

2.Berbagi Rejeki melalui Makanan, setiap warga tentu tidak sama baik tingkat ekonomi maupun gaya hidupnya. Disinilah terjadi peleburan karena tidak membedakan status dan tinggi rendahnya ekonomi seseorang. setiap warga membawa makanan dan dapat bertukar dengan makanan lainnya. Dan tidak ada makanan yang mubah atau sia-sia karena makanan-makanan itu di bagikan kepada warga.

3.Mengenal budaya dan Kecerdasan para Leluhur, tidak di pungkiri bahwa jangkauan kecerdasan leluhur nusantara sangatlah luar biasa. bukan hanya di zamannya saja tapi hingga sekarang banyak tradisi yang dapat diterapkan dan mempunyai nilai manfaat. Dalam memberikan pesan para leluhur tidak dalam wujud tulisan atau ucapan secara langsung, melainkan justru dalam simbol-simbol yang memiliki makna dan nilai-nilai kearifan lokal. Banyak pelajaran yang dapat kita ambil melalui simbol tumpeng, gunungan, cabai, kedelai, sega kuning dan berbagai macam jenis hasil bumi yang mempunyai arti tersendiri.

4.Menghargai leluhur, inilah yang seringkali lupa. Dengan mengenal tradisi sedekah bumi maka kita secara tidak langsung berupaya untuk menghargai ide dan gagasan para leluhur. Nabi Muhammad adalah orang arab dan diapun juga menghargai leluhurnya bangsa arab, walaupun tentu pada saat itu belum beragama islam. Barangkali itu yang bisa diterapkan juga di nusantara kita ini. Leluhur kita adalah mereka yang telah melahirkan dan membesarkan kita dengan penuh pengorbanan. Tanpa leluhur tentu kita takkan pernah ada,hingga suatu kewajiban kita untuk tetap menghargai para luluhur. Bagi Muslim Indonesia, Kita adalah orang Indonesia yang beragama Islam, bukanlah orang islam yang hanya numpang di Indonesia. Dan saya kira Islam itu agama yang sangat Universal dan membawa rahmatan lil ngalamin, bukannya sebaliknya yang mengajar kemungkaran, kerusakan ataupun ketidak tenangan di bumi nusantara.

Sedekah bumi ada dan akan tetap di jaga dari generasi tua hingga muda. Keberadaanya mampu menjadi spirit warga untuk tetap bekerja dan berkarya. Melalui tanda syukur menjadikan manusia ingat atas keterbatan kemampuannya serta makin taat kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Met Beraktifitas sobat kompasianer, tetap semangat dan teruslah berkarya. Salam hangat dari desa di lereng gunung slamet.

Purwokerto, Selasa Kliwon 12 November 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun