Kereta api adalah salah satu moda transportasi umum yang banyak dipercaya oleh masyarakat karena kedisiplinan dan keefektifan waktunya. Transportasi darat yang melaju di atas rel ini juga menjadi andalan masyarakat karena kenyamanannya. Di Indonesia, jalur kereta api aktif hanya ada di Jawa, sebagian Sumatera, dan sebagian Sulawesi. Dari seluruh jalur kereta api yang ada, hampir 100% dimiliki dan dioperasikan oleh perusahaan kereta api negara secara tunggal, yaitu PT. KAI.
Di Indonesia banyak sekali jenis moda transportasi yang dapat dipilih, salah satunya adalah pilihan kelas kereta. Penumpang dapat memilih kelas kereta mulai dari Ekonomi, Bisnis, Premium, Eksekutif, Priority, Luxury, Sleeper, hingga kelas terbaru yang diperkenalkan oleh PT. KAI saat musim mudik Nataru 2022-2023, yaitu Panoramic. Kereta api Panoramic adalah jenis kelas kereta dengan konfigurasi eksekutif dengan fasilitas kaca tambahan nan lebar untuk memaksimalkan pemandangan penumpang dalam menikmati perjalanannya. Lantas, apakah jenis kereta api kelas Panoramic ini efektif untuk digunakan sebagai kereta api dengan perjalanan reguler?
Dalam perjalanannya kereta Panoramic disambungkan pada rangkaian KA Taksaka Tambahan rute Gambir - Yogyakarta PP yang melaju di siang hari. Tarif yang dipasang pada kereta Panoramic ini sekitar Rp. 750.000 dengan harga promo. Tarif ini tak beda jauh atau bahkan sama dengan kereta api dengan kelas yang lebih tinggi di atasnya, seperti Priority, Luxury, dan Sleeper yang memiliki konfigurasi tempat duduk yang jauh lebih nyaman dibandingkan dengan kereta Panoramic yang hanya ditambahkan pandangan luas dengan kualitas kereta eksekutif saja.Â
Selain itu, beberapa kursi tidak mendapatkan fasilitas dan keuntungan sebagaimana layaknya kursi kereta Panoramic yang lain karena terbatasnya pandangan penumpang sementara tarif yang dipasang masih tetap sama. Hal ini tentu merugikan penumpang dan tidak baik jika terus dilanjutkan karena dapat memberikan umpan balik yang buruk bagi PT. KAI.Â
Perjalanan KA Taksaka yang singkat, yaitu selama kurang lebih 6 sampai 7 jam perjalanan dengan pemandangan yang lebih monoton karena melewati daratan yang datar juga dinilai kurang tepat untuk kereta Panoramic yang tujuan pembuatannya ditujukan guna memaksimalkan pandangan penumpang dari pemandangan perjalanan kereta api. Penumpang berharap kereta Panoramic disambungkan dengan kereta api Argo Wilis dengan rute Bandung - Surabaya Gubeng yang memiliki waktu tempuh sekitar 11 sampai 12 jam perjalanan di siang hari dan menyuguhkan pemandangan yang lebih bervariatif, khususnya di jalur Selatan Jawa.
Dari sekian banyaknya penilaian positif dan negatif terhadap kereta Panoramic ini, pastinya menjadi bahan evaluasi bagi PT. KAI kedepannya dalam mengoperasikan kereta dengan inovasi terbaru ini. Perjalanan yang disambungkan dengan kereta api reguler masih kurang efektif penempatannya karena perbandingan yang dinilai kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan kereta api kelas lain di perjalanan reguler. Kereta Panoramic dapat lebih efektif untuk kereta di perjalanan wisata yang pangsa pasarnya terfokus untuk berwisata, bukan sekadar efektivitas harga dan fungsi berkala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H