Mohon tunggu...
banyu bening
banyu bening Mohon Tunggu... wiraswasta -

saya hanya ingin menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Saksi Rasa Sang Pendosa

31 Januari 2014   22:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAKSI RASA SANG PENDOSA

Oleh: Banyu Bening

Malam belum cukup kelam untuk merayu agar lelap tak hanya lewat

Karena ingatanku tentangmu teramat kuat

Seperti helai-helai akasia di tepi Bengawan Solo yang selalu semi setelah meranggas

Abadi terikat siklus hadapi musim yang rakus

Taukah kau

Bahwa sekedar bayang dan melodimu sudah cukup mampu merubah mawar jadi melati

Dari batang berduri yang melukai, menjadi batang merunduk yang mengasihi

Mulanya rasa yang ada pada kita seperti mulanya saksi yang kita punya

Semua terasa tiba-tiba seperti empat juta tahun yang lalu, kala lempeng Australia menghujam ke jantung Pulau Jawa

Membentuk indahnya liukan tarian sang Bengawan Solo

Dahsyatnya disamai dentuman timah panas yang berhasil menembus bahumu

Di tepian inilah kita bersua dalam rasa yang kehilangan bahasa

Suara arus tepian inilah yang menelan tanya di balik nafas yang memburu

Dingin hawa tepian inilah yang membelai kulitmu waktu menggenggam tanganku

Magnit aroma semak tepian inilah yang menarikmu mengganti waktuku

Dua puluh lima tahu  lalu kita bertemu

Dua puluh lima tahun lalu aku mengenalmu

Dua puluh lima tahun lalu kau tebus dosaku

Dua puluh lima tahun lalu dunia hitam kau lepas dari tubuhku

Kini di tepian ini pula selalu kunanti lelakiku

Ini pelacurmu, menanti sepanjang waktu

Pelacurmu yang bersimbah darah membela sisa harga diri yang masih tersimpan

Pelacurmu yang belatinya kau ambil dan  kau genggam

Mungkin kau masih membeku di ujung jeruji bisu

Akan kutebus di dinginnya saksi kita yang bertahan

Memandang indahya bukit-bukit kapur yang membayang

Mengenang caramu menyampaikan rasa

Malam belum cukup kelam untuk dapat merayu agar lelap tak hanya lewat

Tidak.....

Tidak tanpa membawamu hingga ke mimpiku yang selalu terasa nyata

Mimpi yang mungkin kan segera terbayar di sini, saksi kita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun