BrantasMedia .ID _ Puisi_aal Binno_ -ddf- Tuhan...tulisan kali ini ditujukan bagi umat yang berkepentingan saja.Saya menyadari pembaca saya berasal dari berbagai latar belakang kepercayaan dan konten dari tulisan saya can be trigerring, namun saya meminta mari membaca dengan  penuh  pikiran terbuka.Bila  engkau  merasa dan menganggap aku  tidak memiliki pengetahuan apa-apa berkenaan dengan tulisan ini,
 mohon pembaca yang budiman tidak memberikan komentar. Ikut membaca boleh-boleh  saja.mencela dan menghina jangan.., karena setiap orang punya kehidupan dan sudut pandang masing masing.
Saya sendiri menuliskan ini berdasarkan pengalaman nyata dan fenomena real yang terjadi di sekitar saya.
Saya  menulis ini terinspirasi oleh perkataan  inspirasi Meghan Markle,  Duchess of Sussex, Borrat effect  "The only wrong thing to say is to say nothing."
Yang mau saya katakan adalah bahwa di masa pandemi ini, dimana gereja-gereja tidak dibuka untuk umum demi keselamatan jemaat nya, saya pikir inilah saatnya bagi semua gereja untuk mengoreksi diri dan berbenah.
Saat waktu terbaik datang untuk gereja membuka pintu nya kembali bagi jemaat nya, gereja sudah memiliki visi, misi, cara melayani yang lebih murni dan lebih baik.
Mungkin selama ini memang sudah baik... tapi apakah sudah murni
Tiga puluh sembilan tahun menjadi orang Kristen, saya sudah berpindah gereja sebanyak 4 kali dengan berbagai alasan.
Dan selama itu pulalah saya mengamati bahwa gereja selalu memberi prioritas, penghargaan lebih sedikit (kalau tidak mau disebut lebih banyak) kepada jemaat yang sukses dalam usaha, karir, dan pekerjaan.
Successful business people atau kaum muda yang sukses di bidangnya, selalu menjadi tolok ukur teladan di dalam gereja.
Bahkan ada gereja yang anggota majelis nya hanya terdiri dari pengusaha sukses, banker, dan manager.
Ada gereja yang kalau ibadah, kursi-kursi paling depan disediakan khusus untuk para pengusaha sukses ini. Jemaat-jemaat yang miskin atau kurang mampu saya perhatikan selalu duduk di deretan belakang atau di kursi-kursi yang paling pinggir.
Sang gembala menyalami "jemaat pengusaha" dengan senyum ramah, giliran menyalami "jemaat yang biasa saja" salaman nya setengah hati.
Jangan dipikir saya tidak memperhatikan.
Whats't on t..Whats Happening
Apakah memang betul tolok ukur keberhasilan anak Tuhan itu selalu yang seperti itu
Pengusaha, sukses, berhasil, kaya. berkarya kreatiuvitas
Bagaimana kalau ada anak-anak Tuhan yang berangkat ke Afrika untuk menyelamatkan gajah-gajah demi kemanusiaan atau seorang unpaid internship di sebuah LSM atau LBH , di pelosok .
Apakah gereja akan menganggap  para  jemaat seperti ini sama pentingnya dengan yang businessman-businessman
yang berdagang dan mengembangkan Kehidupannya . Cuplikan hartini Wiropajar : pegiat Feminisme dan  Kampanya penggalakan promosi Asli di pati ( Hartini yusuf ananta _ bibarat )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H