Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengambil keputusan darurat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sangat ketat mulai 14 September 2020. Seperti dimuat (Tempo.co) alasan menerapkan kembali PSSB karena beberapa hal, di antaranya:
Pertama kematian dan pasien COVID-19 meningkat, kedua kapasitas tempat isolasi pasien dari 4.053 tempat tidur isolasi yang tersedia khusus pasien untuk gejala sedang, 77 persen sudah terpakai, ketiga kapasitas ruang ICU khusus COVID-19 yang semakin kritis, keempat tingkat penularan mencapai lebih dari 1.000 orang per hari, kelima penularan wabah semakin berbahaya ketimbang kondisi PSBB awal April lalu dan keenam berharap vaksin yang efektif segera ditemukan agar kehidupan bisa kembali normal. Persoalan tersebut menandakan pandemi di tanah air masih jauh dari kata berakhir.Â
Semua masyarakat khususnya yang berada di DKI hanya bisa melakukan aktifitas rutinnya secara keseluruhan di rumah. Terlepas dari semua pro dan kontra mengenai kebijakan tersebut, sebagai masyarakat kita memanfaatkan kondisi kedepan ini untuk mengevaluasi penggunaan energi rumah tangga.Â
Pandemi memberikan kita lebih banyak berdiam di dalam rumah, hanya sesekali keluar untuk membeli bahan makanan atau keperluan yang bersifat penting. Publikasi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada 05, Juni 2020 merilis kebutuhan energi dari berbagai sektor akibat pandemi.Â
Khusus untuk rumah tangga kebutuhan energi mengalami peningkatan dalam tiga skenario yang dibuat yaitu 2,3 - 6,9 juta setara barrel minyak (SBM) pada tahun 2020. Aktifitas masyarakat yang hanya dirumah menambah beban khususnya pada sektor energi, untuk itu perlu adanya manajemen energi rumah agar pemakaian tidak sia-sia dan hanya untuk keperluan yang wajar.Â
Persoalan ini juga berdampak pada biaya pengeluaran rumah tangga, dimana kita tidak bisa berjualan dan bekerja akan tetapi beban justru meningkat karena manajemen energi yang tidak tepat. Kesadaran masyarakat dalam kondisi pandemi menjadi modal utama agar keberlangsungan hidup terus berjalan dengan baik.Â
Salah satunya dengan melakukan hematisasi energi rumah, bukan hanya bermanfaat untuk biaya tagihan akan tetapi berdampak pula pada kenyamanan rumah serta mengurangi emisi gas rumah kaca dan limbah yang tidak perlu.Â
Awalnya memang susah untuk melakukan perubahan-perubahan kecil, harus diniatkan dan diprioritaskan bahwa energi adalah sumber kehidupan umat manusia modern.Â
Manusia modern selalu bergantung pada energi untuk melakukan semua aktifitasnya, bayangkan jika dalam tempo 3 hari penyediaan energi tidak terpenuhi berbagai macam kejadian mengerikan akan terjadi secara bersamaan. Untuk itu pentingnya kita mengenal kebutuhan primer sebagai penopang keberlangsungan hidup.Â
Efisiensi energi rumah menjadi salah satu peluang ditengah-tengah pandemi COVID-19 dengan mengubah kebiasaan yang lama ke yang baru, dimana memandang energi listrik sebatas tagihan perlahan diubah bahwa energi listrik adalah tabungan kehidupan generasi masa depan.Â