Mohon tunggu...
Banu Zahid
Banu Zahid Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pikiran adalah kekuatan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manusia Modern, Dua Identitas, Dua Dimensi, Satu Tempat

16 Juni 2020   14:03 Diperbarui: 16 Juni 2020   14:02 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
  Foto oleh @man_praha

Lebih buruknya ketika sebut saja oknum-oknum yang haus akan kekuasaan ikut mencemarkan lingkungan baru. Bermodal kemampuan komunikasinya memamfaatkan psikologi masyarakat digital terjadilah kerusakan lingkungan dalam dunia baru. 

Ironis memang ketamakan manusia modern, bertujuan mulia untuk bertahan hidup akan tetapi acuh terhadap dampak lingkungannya. Polusi virtual itu berdampak pada kehidupan lama manusia, tak sedikit orang hanya berwujud namun jiwanya masih terikat dalam dunia baru. Cukup menakutkan juga kehidupan dalam dunia baru, dunia fana kedua manusia modern.

Dunia baru memang menyenangkan untuk beraktivitas, mudah untuk menjelajah dan begitu praktis untuk digunakan. Tawaran ini menjadi budaya baru manusia dalam memanfaatkan waktunya, mengutip Nicholas Carr dalam buku (Revolusi Industri 4.0) karya Klaus Schwab, "semakin banyak waktu yang kita luangkan untuk tenggelam diperairan digital, semakin dangkal pula kemampuan kognitif kita". 

Lebih lanjutnya Klaus Schwab "faktanya kita semakin menurunkan kemampuan kita untuk mengontrol perhatian kita, Net didesain sebagai suatu sistem interupsi, sebuah mesin yang difungsikan untuk membelah perhatian kita. 

Frekuensi interupsinya terserak-serak, melemahkan daya ingatan dan membuat kita tegang dan cemas". Menjadi refleksi diri didalam mengatur dan mengontrol waktu 24 jam kita, dampak bermain di dunia baru lebih berpotensi kehilangan kecerdasan kita jika salah dan gagal dalam memanfaatkan.

Bukan hanya kecerdasan kita yang hilang, emosional kita turut berkurang, mengkutip lagi dalam bukunya Klaus Schwab "studi pada 2010 yang dilakukan oleh tim riset University Michigan menemukan terjadi penurunan 40% terhadap rasa empati dikalangan mahasiswa kampus (disbanding 20 hingga 30 tahun lalu), penurunan ini muncul setelah tahun 2000. 

Lebih lanjut lagi "menurut ilmuan dari MIT, Sherry Turkle, 44% remaja tidak pernah mencabut headset-nya, bahkan ketika sedang melakukan olahraga dan makan bersama keluarganya". 

Budaya dalam dunia baru tak sedikit berdampak nyata dalam dunia nyatanya, hilangnya kemampuan membaca tubuh, tatapan mata anak terhadap orang tua berkurang dan miskinnya perhatian dalam lingkungan nyata. 

Faktanya dunia baru kita ikut menambah persoalan baru juga, begitu kompleks ternyata konsekuensi kita hidup menjadi manusia modern. Manusia yang memiliki dua identitas, dua dimensi namun berdiam ditempat yang sama yaitu bumi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun