Hujan dengan intensitas lebat merupakan penyebab terjadinya bencana banjir dan tanah longsor dan akses jalan putus beberapa hari kemarin, yakni Tanah longsor di Kampung Apui, bulan April lalu menghambat aktivitas Pemerintahan, Tahapan KPU dan aktivitas warga masyarakat ditingkat 10 Distrik dan 166 Kampung se Kabupaten Pegaf.
Karena jalan Trans Provinsi Papua Barat sebagai penghubung Kabupaten  Pegaf aktivitas macet total sampai saat ini jalan belum biasa dilewati.
Akibat saat musim hujan, wilayah di Papua Barat memiliki ancaman yang tinggi terhadap banjir dan longsor. Tak lama pada Bulan Mei baru ini, jalan trans Papua Barat penghubung Kabupaten Manokwari Selatan dan Pegaf kali susum banjir mengakibatkan akses jalan menuju Pegaf putus, kemudian bersamaan dengan jalan penghubung Manokwari Selatan dan Kabupaten Teluk Bintuni jalan putus di Kampung Momi Waren Ransiki.
Kemarin itensitas hujan deras disertai angin kencang mengakibatkan jembatan kali Waryori SP 10 Putus, jalan trans Papua Barat merupakan jalan darat penghubung beberapa Kabupaten di Provinsi Papua Barat Daya yakni. Kabupaten Tambrauw, Kabupaten Maybrat, Kabupaten Sorong dan Kota Sorong.
Penyebab banjir biasanya disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi, dan angin kencang yang mengakibatkan kerugian material serta korban jiwa.
Perempuan 1 orang, Laki-laki 1 orang belum ditemukan karena tertimbun longsor dan  laki-laki 1 orang hidup akibat kaki patah. Mereka menjadi korban risiko bencana alam yang tertimbun Banjir dan longsor tersebut.
Musim Hujan di bulan Mei memberikan dampak buruk bagi warga masyarakat di Manokwari Raya khususnya masyarakat di Kabupaten Pegunungan Arfak.
Kami berharap BPBD Kabupaten Pegaf dan BPBD Provinsi Papua Barat  perlunya mitigasi bencana untuk mengurangi risiko bencana sejak dini, agar mengantisipasi pada musim hujan yang sering terjadi supaya dinas terkait persiapan diri untuk menangani bencana alam banjir dan longsor secara serius dan mengingatkan warga masyarakat setempat untuk mencegah sebelum musibah datang menerang material dan korban jiwa manusia.
Warga masyarakat di Kabupaten Pegunungan Arfak pada tahun 2016, mengalami bencana alam banjir dan longsor menerang korban 3 orang dan musibah ini, sering terjadi bencana alam sudah berulang setiap tahunnya.
Maka diperlukan edukasi dan pengelolaan risiko bencana jauh lebihpenting, supaya kerugian material dan korban jiwa bisa diminimalisir dengan baik.
Memang Kabupaten Pegaf membutuhkan anggaran lebih besar untuk dari pemerintah pusat maupun provinsi untuk menangani masalah seperti ini, karena Kabupaten Pegaf merupakan daerah otonomi baru (DOB) yang semua pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, jembatan dan fasilitas pendukung lainnya dimulai dari nol. Sehingga membutuhkan perhatian serius dari seluruh stakholder yang berkepanjangan agar daerah ini maju bersaing dengan daerah lain di seluruh Indonesia.