Mohon tunggu...
Asep Wijaya
Asep Wijaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Pengajar bahasa

Penikmat buku, film, dan perjalanan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Edge of Tomorrow (2014): Kala Masa Depan di Tubir Kehancuran

2 Juli 2014   16:16 Diperbarui: 29 Februari 2016   14:19 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Eropa terkoyak. Gempa bumi, ledakan, huru-hara dan keributan tak terhindarkan. Siaran televisi pun sontak rusak. Singkat berselang, sesosok pria berseragam militer muncul di televisi. Dia Mayor William Cage (Tom Cruise), seorang Perwira Hubungan Masyarakat untuk Militer Amerika. Dengan perawakannya yang tegap, dia tampak tengah memperkenalkan perangkat militer teranyar: aneka baju baja serupa robot yang dapat dikenakan manusia. Inilah alat penghancur alien yang sedang mengerubungi bumi. Alien itu bernama Mimic.

Lepas perkenalan alat militer itu, sebuah panggilan mendarat di telinga Cage. Cage diminta datang ke markas pusat militer menghadap Jenderal Brigham (Brendan Gleeson) yang tak lain adalah orang nomor satu di angkatan militer. Brigham, tanpa basa-basi, menjatuhkan instruksi kepada Cage untuk turut terjun ke medan perang melawan Mimic. Cage terperangah. Bagaimana bisa seorang perwira Humas yang biasa cuap-cuap di hadapan media massa ikut bertempur? Apalagi Cage belum memiliki latar belakang pelatihan militer. Dia hanya seorang mantan pemilik sebuah firma iklan yang pailit. Kemudian masuk militer untuk menyambung nasib.

Latar belakang itu yang membuat Cage enggan ikut berperang. Bahkan dia berani mengancam akan mengungkap kesalahan Brigham di depan awak media bilamana sang jenderal berkeras mendesaknya pergi bertempur. Dengan gaya diplomatis, Brigham mengamini pinta Cage. Sambil bertingkah gugup, Cage pun keluar ruangan sang jenderal. Belum juga lima langkah beranjak, Brigham memerintahkan anak buahnya untuk meringkus Cage. Cage yang terkejut sontak melipat jarak dengan berlari. Namun malang, tersebab alat kejut yang mengenai lehernya, Cage roboh. Dia ditangkap.

Dari sini alur cerita sebenarnya bermula. Sersan Farell (Bill Paxton) membangunkan Cage yang pingsan tersebab alat kejut. Cage terkejut. Dia baru sadar ternyata dirinya berada di Bandar Udara Heathrow yang sudah disulap menjadi pangkalan militer. Dengan tegas ala militer, sersan meminta Cage untuk bangun dan membawanya ke barak pasukan. Di sana, Cage ditempatkan bersama dengan sekelompok prajurit yang berlabel Pasukan J. Pasukan ini akan turun ke medan perang melawan Mimic besok. Cage kembali terhenyak. Namun kini, dia tidak bisa berbuat banyak lantaran dirinya dianggap sebagai seorang desertir, bukan perwira militer.

Di hari laga, Cage dipaksa mengenakan sebuah baju baja serupa robot yang belum lama dia perkenalkan. Nada protes keras keluar dari mulutnya. Bagaimana bisa Cage mengoperasikan baju itu sementara dia belum pernah sekalipun memakainya. Tapi, perang tak mengenal alasan, Cage tetap harus mengenakannya meski tergopoh-gopoh saat berjalan. Dengan mengendarai pesawat tempur berawak, Cage bersama Pasukan J menuju Perancis tempat Mimic berada. Namun, sebelum pesawat berhasil menurunkan awaknya, serangan alien menghantam ekor pesawat hingga pecah. Pasukan serta-merta terjun dan mendarat darurat di tepi pantai.

Sang alien tampaknya telah mengetahui jalan pikiran manusia yang hendak melepaskan serbuan. Pasukan yang telah terjun langsung mendapati tembakan dari Mimic yang ternyata mirip gurita yang dapat bergerak cepat dan membaca pikiran orang. Di sana, Cage bertemu Rita Vrataski (Emily Blunt) yang berjuluk wanita baja. Rita adalah pemimpin pasukan militer yang tangguh. Dia lah yang meluluh-lantakkan ras alien di Verdun sehingga julukan wanita baja pun melekat padanya. Namun pertemuan itu tak berlangsung lama, gerombolan Mimic tetiba melemparkan tembakan yang menewaskan Rita. Alien itu pun tak berhenti sampai situ. Sasaran berikutnya adalah Cage.

Waktu yang Berulang

Sadar akan menjadi bulan-bulanan, Cage bersiap melemparkan bom ke arah Mimic yang memandang sangar kepadanya. Nahas, selain membunuh Mimic berjenis Alpha, Cage pun terkena paparan ledakan itu. Cage terbunuh. Tapi peristiwa aneh terjadi. Cage merasa berada di tempat yang tidak asing baginya. Bendara Udara Heathrow!!! Dia mengulang lagi kejadian sebelumnya. Cage siuman setelah Sersan Farell membangunkannya. Dia kembali diajak ke barak tempat Pasukan J berkumpul. Dia ikut berperang, bertemua Rita dan tewas. Begitu terus sampai akhirnya dia menyatakan pengalaman yang dirasakan kepada Rita. Rita meminta Cage untuk mencarinya selepas dia terbunuh. Cage terbunuh, namun dia bangkit lagi di Bandar Udara Heathrow. Waktu berulang baginya.

Ingat pada ucapan Rita, Cage berusaha menemui sang wanita baja itu setelah "bangkit" dari kematiannya. Meski awalnya merasa heran, Rita akhirnya mengajak Cage menemui Dr. Carter (Noah Taylor). Carter adalah seorang ilmuwan yang tahu banyak mengenai Mimic. Menurutnya, ada tiga jenis Mimic: prajurit, Alpha (perwira) dan Omega (pemimpin). Ternyata, Cage berhasil membunuh alien berjenis Alpha. Bila darah seorang manusia bercampur dengan darah Alpha, maka tiada mati bagi si manusia. Waktu terasa berulang terus-menerus. Itu juga yang pernah dialami Rita saat pertarungan di Verdun. Dia berhasil menaklukan Alpha. Namun kekuatannya yang tak bisa tewas akhirnya lenyap usai sebuah operasi yang dia jalani. Darah manusia masuk lagi ke dalam dirinya sehingga menghapus darah Alpha dalam tubuhnya.

Melihat ada orang lain yang memiliki anugerah serupa, Rita melatih Cage bertempur agar bisa mengantarkan pasukan militer ke tempat Omega berada. Karena hanya dengan mematikan Omega, ras alien yang mengepung bumi akan musnah, lenyap. Latihan dilakukan terus menerus. Berulang kali Cage mati dalam latihan yang mengakibatkan dirinya mengulang lagi hari yang telah lalu. Di sini kelucuan adegan menginterupsi aksi perang yang menegangkan. Setiap kali ada cedera yang dialami Cage saat latihan, Rita langsung membunuhnya untuk menghindarkan Cage dari perwatan di rumah sakit. Hingga Cage merasa lelah untuk mengulang waktunya lagi dan lagi. Namun pengulangan waktu itu juga yang kemudian mengantarkan Cage dan Rita mulai mendekati titik tempat Omega berada.

Asmara Cage pada Rita

Nuansa cinta mulai muncul pada titik ini. Cage yang berulang kali mengalami kejadian yang sama akhirnya sadar, ada batas perjuangan bagi Rita. Cage merasa, Rita tidak bisa bersamanya terus karena dia akan mati di suatu tempat dan tak ada lagi opsi penyelematan. Mendengar penjelasan Cage, Rita murka lantaran dia ingin menumpas ras alien dengan tangannya. Namun Cage berusaha menyelematkan Rita agar terhindar dari kematian dengan membujuknya tetap berada di satu tempat dan membiarkan Cage melanjutkan perjuangannya sendiri. Cage menyayangi Rita. Tapi dasar keras kepala, Rita tetap melaju dan mati. Cage pun melanjutkan perjalanan menuju tempat Omega berada. Namun Cage kembali gagal.

Dalam pengulangan hidupnya yang ke sekian kali, Cage akhirnya menemukan keberadaan Omega di Museum Louvre, Paris, Perancis. Temuan ini diperoleh setelah Cage, Rita (yang hidup kembali karena pengulangan hidup Cage), dan Dr. Carter menyelinap ke markas militer Amerika tempat Jenderal Brigham bekerja. Tujuannya untuk membujuk sang jenderal menyerahkan sebuah alat ciptaan Dr. Carter yang dapat menemukan lokasi Omega. Meski tak mudah, alat itu akhirnya berhasil didapat. Sang jenderal rupanya tidak benar-benar terbujuk. Ia kerahkan seluruh pasukan untuk mengejar Cage dkk yang melarikan diri dengan mobil curian. Namun di tengah perjalanan, alat itu berhasil menemukan lokasi Omega setelah ditusukkan ke paha Cage (karena alat itu harus menyatu dengan darah Alpha yang kebetulan terkandung dalam darah Cage.

Kematian Omega

Rupanya upaya menemukan Omega tak berjalan dengan mulus. Cage dkk tertangkap setelah mobil yang dikendarai mengalami kecelakaan. Cage dirawat dan ada darah donor yang masuk ke dalam tubuhnya. Darah Alpha melarut. Kekuatan untuk mengulang waktu pun sirna. Cage kembali menjadi manusia biasa. Pada upaya terakhirnya dalam menemukan Omega, Cage bersama dengan Rita menyusun rencana pamungkas. Mereka pergi ke barak untuk menemui Pasukan J. Cage membujuk skuad itu untuk bertempur melawan Omega di Museum Louvre, Perancis. Meski sulit, namun akhirnya Pasukan J turut bergabung. Singkat cerita, seluruh personel Pasukan J tewas dibunuh ras alien dalam pencarian Omega. Begitu juga Rita. Tapi Cage berhasil menghancurkan Omega dengan cara meledakkan dirinya sendiri di dekat lokasi Omega.

Namun ajaib, Cage kembali terbangun tapi tidak di Bandar Udara Heathrow, melainkan di sebuah helikopter. Ternyata Cage berada pada situasi kehancuran ras alien. Cage, selaku Humas Militer, akan mengumumkan kepada khalayak ihwal kondisi aman dunia. Cage yang berada di tubir masa depan berhasil menyelematkan hari esok. Film ini berakhir saat Cage mengunjungi barak militer tempat Rita berada. Rita yang tengah berlatih seketika terkejut melihat sosok perwira di hadapannya. Sambil menatap kosong, Rita menyapa Cage yang juga tetiba terharu melihat orang yang dicintai juga masih hidup.

Film besutan Doug Liman ini diadaptasi dari sebuah novel berjudul All You Need is Kill karya pengarang Jepang, Hiroshi Sakurazaka. Meski banyak adegan yang terus-menerus berulang, film berdurasi 113 menit ini jauh dari kata membosankan. Ini terbukti saat banyak gelak tawa dari penonton yang tengah menyaksikan film ini. Memang bumbu humor terselip dalam beberapa adegan film. Misalnya saat Cage menebak semua gerak dan ucapan personel Pasukan J di barak militer. Bujet sebesar $178 juta rasanya tak percuma mengucur untuk produksi film ini. Tapi, bagi penonton yang pernah menyaksikan film dengan tema serupa, time loop, tentu akan merasakan suasana serupa dengan film-film bertema sama.

Sebut saja: Source Code, Looper, dan The Butterfly Effect. Ketiga alur film ini relatif persis dengan film Edge of Tomorrow. Misalnya Source Code. Film yang rilis pada 2011 ini juga menceritakan upaya menghentikan bahaya dalam bentuk serangan teroris yang akan meledakkan suatu kota. Sang pemeran utama juga harus mati berulang kali untuk kemudian hidup lagi dalam upaya mencari sang penjahat. Looper juga demikian, sang pemeran harus mati berulang kali untuk mengetahui jati diri yang sebenarnya. Tapi secara keseluruhan, film Edge of Tomorrow sangat menghibur dan cocok untuk menjadi teman santai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun