Tawaran itu sontak bikin bingung Minke. Ia pun mencurahkan isi hatinya kepada teman dekatnya dan mendapati petunjuk untuk menerima tawaran tinggal di rumah Nyai sekaligus menelusuri hikayat keluarga aneh itu.Â
"Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan," (halaman 77)Â
Lima hari tinggal di rumah mewah Nyai, Minke beroleh banyak cerita dari Annelies. Mulai dari kisah kelam Nyai saat "dijual" oleh ayahnya senilai 25 gulden kepada Tuan Herman untuk menjadi selirnya hingga perubahan sikap Tuan Herman ke arah gila setelah kedatangan anak kandungnya yang sah, Ir. Maurits, dari negeri Belanda. Â
Sejak saat itu, Nyai ogah mengakui ayah dan ibunya sebagai leluhurnya yang sah. Meskipun Tuan Herman mengajarinya adab orang Eropa hingga Nyai bisa menjadi seperti saat ini, perasaan dendam ditelantarkan orang tua masih terpatri dalam hati.Â
Dan dengan cerita itu, tersingkaplah rahasia dapur Nyai. Setelah itu, Minke bukannya merasa tenang melainkan kudu menjalani hidup susah. Terlebih setelah Robert Suurhof, kakak Annelies, mengancam untuk membunuhnya, secara tidak langsung.Â
Jadilah ia sempat memutuskan untuk berhenti berhubungan dengan Annelies sebelum Darsam, penjaga rumah Nyai, datang menemuinya. Pendekar Madura itu mengabarkan Annelies sakit keras dan obat satu-satunya hanya kehadiran Minke.Â
Dan akhirnya hati Minke luluh. Ia kembali lagi datang ke kediaman Nyai dan menjadi dokter bagi penyakit aneh yang diderita Annelies. Memang kemudian Annelies sembuh tetapi rahasia yang lebih besar terungkap setelah Minke menyerahkan dirinya ke pelukan Annelies, tidur berduaan.Â
Ternyata rahasia itu bukan satu-satunya kejutan. Minke mendapati kejutan lain berupa pemecatannya dari sekolah karena dianggap telah dewasa, penilaian yang datang dari keputusannya menginap di rumah Nyai.Â
Tetapi keputusan sekolah rupanya belum bulat. Manajemen sekolah memintanya kembali belajar di H.B.S Surabaya hingga lulus. Momen setelah kelulusan sekolah itu menjadi awal manis bagi Minke meskipun ia gagal untuk bisa melanjutkan pendidikan ke negeri Belanda.Â
Minke dan Annelies pun akhirnya menikah dan dirayakan dengan pesta yang megah di Wonokromo. Sepanjang enam bulan setelah hajatan itu merupakan saat-saat yang membahagiakan bagi keduanya, termasuk Nyai, hingga sepucuk surat dari Pengadilan Putih memanggil Nyai dan Annelies.
Ir. Maurits, anak kandung sah Tuan Herman, rupanya menuntut kekayaan mendiang ayahnya di Wonokromo dan pengadilan memutuskan Maurits menjadi wali bagi Annelies. Artinya, Annelies harus pergi ke negeri Belanda.