Sabar jadi kata kunci saat menikmati narasi "O" karangan Eka Kurniawan. Sebab pembaca yang sabar takkan kesasar. Setidaknya terhindar dari kemungkinan tersesat saat menapaki alur cerita yang penuh percabangan.
"O" bukan novel biasa yang hanya punya alur utama cerita dan alur tambahan yang kadang berakhir menggantung. Meskipun blurb di sampul belakang buku hanya tertulis tentang seekor monyet yang ingin menikah dengan kaisar dangdut, tapi novel ini jauh dari bunyi yang terdengar sederhana itu.
Tapi agar lebih mudah mengikuti alur cerita "O", bolehlah kita menjadikan blurb itu sebagai alur utama cerita di tengah segerembolan alur tambahan yang berkelok. Mengapa berkelok? Sebab novel ini punya lebih dari 30 tokoh dengan riwayatnya masing-masing yang, ajaibnya, diceritakan secara tuntas oleh Eka Kurniawan.
Secara perlahan, kita akan bertemu dengan tokoh bernama Toni Bagong dan Sobar yang memperebutkan perempuan bernama Dara. Kemudian muncul Jarwo Edan dan sahabatnya Rudi Gudel yang memelihara anjing bernama Wulandari dan salah satu anaknya Kirik. Ada juga pasangan tunawisma, Mat Angin dan Ma Kungkung yang bertemu dengan pawang topeng monyet, Betalumur.
Ada juga seorang waria bernama Mimi Jamilah yang jatuh cinta setengah mati dengan Bruno. Kemudian hadir pasangan Rini Juwita-Marko dan anjing rahasianya, Kirik juga pasangan Todak Merah dan tikus betina Manimaya.
Di bagian akhir cerita, kita juga akan bertemu dengan Rohmat Nurjaman yang sangat membenci babi karena mengingatkannya pada kekasihnya yang direnggut pemuda tampan nan kaya.
Dan tentu saja masih banyak tokoh lain yang bakal bermunculan dan boleh dikatakan sebagian besar adalah hewan. Tetapi tenang, hewan-hewan itu punya nama yang memungkinkan kita mudah mengidentifikasi identitasnya dan mengingat-ingat karakteristiknya.
Beberapa tokoh hewan yang harus disebut, dan memang wajib dibahas, adalah monyet lelaki Entang Kosasih yang menjalin kasih dengan monyet betina bernama O.
Ya, O adalah tokoh kunci sekaligus sendi pada struktur cerita. Sendi yang akan menghubungkan puluhan tokoh dengan alur ceritanya sendiri-sendiri. Tokoh cerita yang akan menyaksikan dan menerima pengalaman hidup serta cerita cinta yang tragis.
Sebuah tragedi yang bermula dari keinginan kuat Entang Kosasih untuk menjadi manusia lantaran terinspirasi oleh kisah Armo Gundul, seekor monyet yang bersalin wujud menjadi manusia, berdasarkan cerita dari para tetua monyet di Rawa Kalong.
Untuk memenuhi ambisinya menjadi manusia, Entang Kosasih meyakini, dirinya harus berlagak seperti manusia.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!