Jika kau ingin memahami manusia. Jika kau ingin menjadi manusia. Kau harus tahu bagaimana mereka membunuh. Sebab dengan cara itu kau mengerti bagaimana mereka bertahan hidup (hal. 233)
Suatu pandangan yang akhirnya membawa O untuk ikut yakin bahwa kekasihnya itu telah menjadi manusia dalam wujud kaisar dangdut dan berusaha untuk bisa mengikuti jejaknya berubah wujud menjadi manusia.
Keputusan yang kemudian membawa O bertemu dengan Betalumur dan Kirik serta tokoh lain. Pertemuan yang menyeret kita mengenali ungkapan satire tentang hidup. Seperti yang disampaikan Kirik kepada O:
Hidup hanya perkara siapa memakan siapa. Jika ia ingin hidup, jangan biarkan makhluk lain memakan dirinya (hal. 120)
Atau ungkapan tentang cinta yang diterima O saat bertemu dengan Manikmaya yang dipercaya memiliki indera keenam karena bisa meramal kejadian di masa depan termasuk takdir dan nasib O.
Cinta tak ada hubungannya dengan kebahagiaan, meskipun cinta bisa memberimu hal itu (hal. 251)
Atau ungkapan O sendiri saat dirinya sering kena hukuman cambuk atau cacian dari Betalumur ketika sedang marah, entah kesal dengan O atau dengan dirinya sendiri:
Makian merupakan hiburan bagi jiwa yang marah (hal. 43)
Atas beberapa ungkapan tentang hidup dan cinta yang melingkupi isi cerita, kita akan diajak untuk melakukan refleksi perihal relasi sifat manusia dan hewan. Apakah ada sifat hewan dalam diri manusia dan sebaliknya? Seperti kata Toni Bagong yang kecewa karena kehilangan Dara yang kabur bersama Sobar:
Dunia yang membuatku jahat. Dunia yang membuat manusia menjadi binatang (hal. 376)
Benar, novel "O" terkesan memuat cerita yang berantakan dengan banyak tokoh, yang terdiri atas hewan dan manusia, dan alur tambahan cerita yang banyak. Ditambah alur waktu cerita yang disusun maju-mundur. Di sini kesabaran untuk membaca secara perlahan sangat diperlukan.