Jangan lupa, Jackie Chan kini sudah seusia eyang-eyang, 63 tahun. Tapi sederet aksinya di Bleeding Steel seperti menarik kembali kenangan kita pada masa muda pria kelahiran Hong Kong ini.
Larinya tetap terlihat kencang. Lompatannya masih tampak berstamina. Bahkan, aksi jumpalitannya bikin kita bergidik. Khawatir bila ia terserang encok dan malah batal tampil di film terbarunya itu.
Sebagai catatan, dalam melancarkan aksinya, Jackie sekarang tidak jauh berbeda dengan Jackie dulu. Bedanya kini, dalam pengambilan gambar aksi baku hantam, ia lebih selektif memilih gerakan yang nyaman dan aman untuk dirinya. Setidaknya, itu yang dikatakannya kepada jurnalis di sela-sela penayangan perdana Bleeding Steel di Tiongkok pada akhir Desember 2017.
Dalam Bleeding Steel, Jackie berperan sebagai Lin Dong, seorang polisi sekaligus ayah bagi anak perempuan yang sedang menjalani perawatan medis akibat penyakit Leukimia. Di tengah perjalanannya menuju rumah sakit, Lin mendapatkan kabar, via ponsel, ihwal kondisi kesehatan anaknya yang tengah kritis.
Setiba di muka gedung rumah sakit, Lin tetiba mendapatkan tugas dari atasannya untuk mengawal seorang saksi kunci yang akan dipindahkan ke tempat aman. Ini merupakan tugas wajib dan tanpa kehadiran Lin, misi pengawalan, kemungkinan besar, takkan berhasil.
Alih-alih menemui anaknya yang tengah berada di tubir kematian, Lin malah bergegas menjalani misi pengamanan dan memimpin pasukan untuk penyelamatan seorang ahli bioteknologi.
Di tengah suasana mencekam karena adanya ancaman penggagalan misi, sesosok makhluk sejenis mutan berperawakan manusia wajar muncul. Bersama dengan anggotanya yang berwujud robot mirip stormtroopers dalam Star Wars, hanya saja kostumnya berwarna hitam, makhluk mutan itu menyerang pasukan Lin.
Adu tembak disertai serangkaian ledakan tak terhindarkan. Lin siap mati dalam pertempuran ini. Apalagi setelah muncul firasat: anaknya telah meninggal di tengah perawatan medis. Aksi nekat menyerang makhluk mutan pun, tak ragu, ia lancarkan. Hingga akhirnya makhluk itu berhasil dilumpuhkan.
Lin sendiri mengalami luka parah dan pingsan. Sementara anaknya, meninggal dunia, setidaknya berdasarkan sinyal mesin pendeteksi detak jantung di rumah sakit.
Latar waktu film terseret ke masa 13 tahun setelah peristiwa penyelamatan ahli bioteknologi. Lin kini menjadi seorang pramusaji di kantin sebuah lembaga pendidikan tempat seorang pelajar, Nancy (Ouyang Nana), mengenyam pengajaran.