Kritikus film pertama peraih Pulitzer, Roger Ebert, pernah mewanti-wanti pelaku industri perfilman agar menyelipkan sebuah teladan atau pesan pada tiap karyanya. Produk sinematik, kata dia, bukan melulu diciptakan untuk memenuhi selera pasar. Misi edukasi harus terus lestari dan terpatri di benak para pekerja industri film.
Maestro kritik film ini bahkan mengingatkan penikmat film agar tidak menyerahkan waktunya begitu saja untuk sekadar menonton film berkualitas rendah. Durasi waktu dua jam terlalu berharga untuk sebuah tayangan yang miskin pesan dan teladan.
Pesan inilah barangkali yang menginspirasi sejumlah wadah daring (dalam jaringan a.k.a online) pengulas produk sinematik. Lewat mekanisme nilai, situs internet pengulas film menyampaikan pendapat kritisnya atas produk sinematik.
Ada yang memunculkan penilaian dalam rupa bintang, tomat busuk, skala angka atau bahkan aneka warna. Semua itu ditayangkan agar calon penonton mendapatkan bayangan mula tentang film yang bakal disaksikan.
Berikut ini empat situs internet pengulas film yang sering jadi acuan penikmat sinema:
Ini situs internet yang dianggap paling banyak dirujuk oleh penikmat film. Aneka kritik, komentar, dan ulasan seputar karya sinematik tersaji di sini.
Catatan kritis yang tayang pun bukan produk asal kritik. Semua ulasan merupakan produk serius dari juru ulas film profesional.
Selain memuat semua kritik hasil guratan mendiang Roger Ebert, situs internet ini juga menayangkan tulisan dari sejumlah kontributor.
Tercatat ada sejumlah nama kritikus beken seperti Nick Allen (anggota Asosiasi Kritikus Film Chicago); Lisa Nesselson (kritikus film Majalah Variety) dan Angelica Jade Bastien (kritikus film New York Times).
RogerEbert.com memberikan penilaian dalam bentuk bintang (paling tinggi empat dan paling rendah setengah atau malah tidak dapat bintang).