Media sebagian besar di kuasai para penguasa dan para hartawan, tetapi dalam perjalanan media tidak semua pemberitaan sesuai dengan harapan mereka yang menjaga dan memelihara keberadaan media. Mengingat media juga punya kepentingan selain dari para donoratur maupun kepentingan para penguasa. Sehingga terkadang media susah di kontrol para pemegang tampuk kekuasaan, malah yang terjadi media mengebiri keberadaan para penguasa negeri tersebut.
Sungguh ironis media di pelihara sang penguasa, padahal media seharusnya independen dalam memberitakan sebuah berita, sehingga menghasilkan berita yang berimbang dan objektif dalam pembirataan, tetapi yang paling unik, ternyata tidak selamanya media dapat di kontrol sesuai dengan kepentingan penguasa dan hartawan. Nah! dari sinilah media terlihat liar dan sulit di kontrol para pemegang tampuk kekuasaan, sehingga untuk mensiasati kondisi tersebut, maka Undang-undang di buat para penguasa dengan tujuan mengontrol berbagai media, agar sesuai dengan kepentingan pemegang tampuk kekuasaan.
Nah! Saat ini pemegang tampuk kekuasaan adalah partai demokrat, sehingga keberlangsungan media sebagian besar di pelihara Demokrat, tentu tidak lain dan tidak bukan semua pemberitaan demi kepentingan para pemegang tampuk kekuasaan, tetapi dalam perjalanan media dalam pembirataan tidak semua dapat di kontrol. Bahkan nyaris ada sebagian media malah menyerang Demokrat sebagai pemegang tampuk kekuasaan,
Peristiwa di atas dapat di ibaratkan, bahwa Demokrat sedang memelihara kucing, tetapi kucing yang di pelihara malah menggigit sang pemelihara. Ketika kondisi itu terjadi, maka sang pemelihara akan memberikan sangsi atau menertibkan kondisi dengan cara membuatkan kandang kucing, agar tidak menggigit lagi sang pemelihara kucing tersebut. Nah! disitulah tidak selamanya media yang di pelihara para penguasa taat kepada perintah sang juragan. Namun di saat sang peliharaan mengalami kondisi liar dan brutal, maka segala sangsi siap menjerat hewan peliharaan sang juragan.
Kalau berbicara mengenai peran media dalam menghadapi masa sulit partai Demokrat saat ini, tentu masih sangat efektif dan menguntungkan partai Demokrat, bagaimana tidak? di saat masyarakat ingin melihat permasalahan kasus suap wisma Atlet SEA Games. Mengingat kasus tersebut melibatkan para petinggi Demokrat, tetapi dengan cepat media mengalihkan isu kepermasalahan FPI di Kalteng. Sehingga sejenak masyarakat membicarakan FPI saat di usir dari tanah Kalteng. Inilah bentuk prestasi positif media terhadap Demokrat, sehingga walaupun media agak sulit di kontrol, tetapi paling tidak media dapat memberikan keuntungan yang berharga bagi partai Demokrat, agar masyarakat terpecah dengan pemberitaan konflik FPI saat di usir di Kalteng.
Keberadaan media memang sangat urgen bagi kursi kekuasaan, apalagi media dapat memberikan pencitraan positif terhadap pemegang tampuk kekuasaan, sehingga keberadaan media tentu di pelihara Demokrat sebagai alat pengalihan isu, walaupun terkadang media sulit dikendalikan, tetapi paling tidak media dapat menggiring opini masyarakat di saat Demokrat menghadapi permasalahan pelik dalam tubuh partai tersebut.
Media merupakan peliharaan Demokrat yang sulit di kontrol, sehingga terkadang sang pemelihara juga jengah melihat kelakuan media, walaupun media terkadang juga menguntungkan partai Demokrat, tetapi memang memelihara hewan atau apapun itu bentuknya tak lepas dari untung dan rugi. Nah! kalau begitu Demokrat memelihara media menghasilkan keuntungan atau kerugian? Kalau Demokrat lagi tertawa, berarti dia sedang mengalami keuntungan, tetapi kalau di saat Demokrat sedang menangis, berarti dia sedang mengalami kebangkrutan. Dan Allah maha tahu segala.
Salam dari kami Jejaring sosial kiber (www.kitaberbagi.com).............
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H