Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Presiden Jokowi, Presiden dari “Negeri Para Bedebah”?

15 November 2014   23:36 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:43 2172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1416043662733514331


Meminjam judul novel Karya Tere Liye “Negeri Para Bedebah" yang menggambarkan carut-marutnya peradaban manusia yang sebenarnya sebuah kritik atas Indonesia negara tercinta yang nyaris tergerus Peradaban Barbar, peradaban para bedebah.



Walaupun harus diakui bahwa masih jauh lebih banyak orang baik di negeri ini, akan tetapi dalam praktik kehidupan sehari-hari, satu orang bedebah di lingkungannya akan mengalahkan sembilan orang yang bukan bedebah yang tiga di antaranya masih orang baik.



Mengapa Para Bedebah? Karena bedebah itu ada di mana-mana.

Bapak yang bedebah, ibu yang bedebah, anak yang bedebah, murid yang bedebah, guru yang bedebah, mahasiswa yang bedebah, dosen yang bedebah, buruh yang bedebah, majikan yang bedebah, security yang bedebah, pengusaha yang bedebah, tentara yang bedebah, polisi yang bedebah, jaksa yang bedebah, pengacara yang bedebah, hakim yang bedebah, birokrat yang bedebah, bahkan wartawan dan LSM yang bedebah. Lebih parah lagi adalah politisi yang bedebah, kepala daerah yang bedebah dan menteri yang bedebah.

Saat bedebah bertemu dengan bedebah terjadilah mafia bedebah. Di mana tiga orang bedebah berkumpul akan mengalahkan seratus orang yang bukan bedebah. Mengapa para bedebah merajalela? Karena mereka saling menjaga, karena mereka saling melindungi.

Terlalu banyak kalau semua bedebah dibicarakan. Tapi bedebah yang mampu membuat negara ini hancur adalah: bila birokrat yang bedebah, polisi, jaksa, pengacara, dan hakim yang bedebah dibiarkan merajalela. Bila politisi, kepala daerah dan menteri yang bedebah dibiarkan berkuasa.

Yang tidak disadari keberadaannya adalah media massa dan wartawan yang bedebah yang bangsa ini bisa hancur di tangan mereka.

Bedebah dan bukan bedebah akan nyata sekali dilihat dari tindakannya. Dari sepuluh birokrat, maka satu di antaranya bedebah, di antara sepuluh polisi, satu di antaranya bedebah dan dan seterusnya.


Birokrat bedebah mulai dari pesuruh yang belanja dengan kwitansi kosong, pemungut retribusi tanpa karcis, sampai kongkalikong dengan pengusaha bedebah menggelapkan pajak, pungutan liar bea cukai dan melakukan mark up belanja negara.

Adalah tentara bedebah sejak kelakuan prajurit tamtama yang menjadi backing judi sabung ayam, sampai jenderal yang menjadi pelindung pengusaha bedebah dengan menggunakan kedok sebagai komisaris perusahaan.

Polisi bedebah yang melakukan pungutan liar di jalanan sampai para jenderal polisi yang bermain dalam mafia hukum bersama para jaksa bedebah, pengacara bedebah dan hakim bedebah, melakukan rekayasa hukum mengingkari sumpah jabatan.

Menteri bedebah yang ke sana kemari diliput wartawan bedebah. Membangun pencitraan diri sebagai penutup tindakan bedebah agar kelihatan sebagai yang paling mulia, yang membayar wartawan dengan uang hasil tindakan bedebah.

Politisi bedebah!

Rakyat negeri ini sebenarnya telah sangat muak melihat perilaku para politisi bedebah yang tanpa malu-malu melakukan perilaku bedebah yang menabuh gendang menyatu dengan tarian seronok para kepala daerah yang bugil dan bedebah, dipertontonkan di depan khalayak tanpa malu.

Dasar para BEDEBAH!

Harapan rakyat pada Presiden Jokowi, selamatkan negeri ini dari para bedebah, jangan justru ikut-ikutan jadi bedebah.

Salam Prihatin untuk rakyat yang dijajah para bedebah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun