Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Presiden Jokowi dan Bahaya Adanya Peran CSIS.

13 Desember 2014   00:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:25 1129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar kreasi dari sumber yang jelas.

Apa dan siapa Centre for Strategic and Internationl Studies (CSIS)

Dengan Visi-Misi CSIS Anti-communist; Anti-Islamic, Pater Beek mengembangkan Pola jaringan Leadership training KASEBUL (Kaderisasi Satu bulan). yang merupkan satu methode cuci otak jaringan intelijen (CIA) yang dimasukkan melalui pendekatan ajaran Katolik..

Berdasarkan temuan berbagai Dokumen CSIS, yang berkaitan dengan de Islamisasi oleh berbagai kelompok aktivis HMI dan ex orang-orang Masyumi yang masih ada di Pemerintahan baik sipil maupun Militer yang berhasil dirangkum sejak tahun 1973 sampai dengan1983 )*  Ada beberapa point temuan penting tentang Agenda Utama CSIS yang dapat diangkat ke permukaan diantaranya:

Perang terhadap Komunis dan kebenciannya terhadap Islam melalui de Islamisasi ternyata bukan monopoli dan ide brilian dari Pater Beek, yang hanya diberlakukan di Indonesia, tapi merupakan gerakan Internasional yang dilakukan oleh Kalangan Yesuit Katolik Romawi bersama dengan CIA. Yang untuk Indonesia dilaksanakan melalui CSIS Indonesia.

Berdasarkan Visi-Misi CSIS yang Anti-communist; Anti-Islamic dengan menanamkan bahaya latent komunis dan menjalankan de Islamisasi di Indonesia, dengan langlah-langkah kegiatan :


  1. Untuk mencegah bahaya latent Komunis ( Extreem kiri )Komunis harus tetap menjadi Partai Terlarang di Indonesia.
  2. Surat Keterangan tidak terlibat G 30 S PKI merupakan pengendalian bahaya sampai lima generasi.
  3. Pemberlakuan skrining (screening) dikalangan PNS dan ABRI dari lingkungan PKI.

Untuk pelaksanaan de Islamisasi. ( Extreem Kanan )

De Islamisasi harus dilakukan karena Umat Islam tidak mungkin ditumpas dengan kekerasan secara langsung dan umum, akan tetapi harus dikendalikan dengan cara memecah belah umat Islam, kemudian membenturkan sesama umat Islam sendiri.

Langkah-langkah Praktis yang harus diambil :

Melalui pendekatan simpatik.


  1. Dekati dua Organisasi terbesar umat Islam yaitu NU dan Muhammadiyah
  2. Galang kerja sama dengan NU dan Muhamammadiyahdan fasilitasi dengan berbagai bantuan yang memungkinkan.
  3. Jadikan NU dan Muhammadiyah sebagai Organisasi Islam yang sangat Moderat
  4. Dekati Pusat Pendidikan Islam ( IAIN ) jaring para dosen dan mahasiswa berprestasi, berikan beasiswa Keluar Negeri
  5. Kuasai Kurikulum Pendidikan Nasional, masukkan nilai-nilai Demokrasi dan DUHAM
  6. Ciptakan madzhab Islam baru sebagai bentuk Islam Moderat Intelektual.

Melalui pendekatan systematic.


  1. Pisahkan Islam Moderat ( NU dan Muhammadiyah ) dan lainnya yang sudah dikuasai, dengan kalangan Islam Puritan, terutama adalah ex orang-orang Masyumi
  2. Jadikan kalangan Islam Puritan menjadi musuh bersama
  3. Bentuk Opini dan persepsi bahwa Islam Puritan sebagai bahaya latent yang mengancam Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Bentuk-bentuk Operasional :


  1. Jadikan TNI Angkatan Darat sebagai Pusat Pengendalian.
  2. Ciptakan gerakan Islam Radikal dikalangan Islam Puritan sebagai alasan untuk menjadikan Islam Puritan merupakan bahaya latent dan musuh bersama.
  3. Tumbuh kembangkan organisasi-organisasi Islam yang menyimpang dari ajaran Islam dan amankan mereka.

)* Setelah tahun 1983, penulis kehilangan akses untuk mendapatkan berbagai Dokumen dari sumber yang dapat dipercaya.

Temuan Dokumen CSIS secara terpisah yaitu pada kisaran tahun 1995-1996 yang isinya kurang lebih:


  • Pernyataan tentang : Rezim Soeharto bersama ICMI telah menjadi penghalang bagi pelaksanaan de Islamisasi di Indonesia.

  • Pernyataan bahwa : Rezim Soeharto harus segera diganti dengan rezim baru yang lebih Demokratis.

  • Pernyataan bahwa : MPR telah menjadi alat kekuasaan Rezim Soeharto.

  • Bab I pasal 1 ayat (2) UUD 45 merupakan penghalang bagi tumbuhnya Demokrasi di Indonesia.

  • Merekomendasikan masuknya DUHAM dalamUUD di Indonesia.

Metamorphose CSIS dan perannya terhadap Kekuasaan di Indonesia

CSIS sebagai lembaga thing-tank, melakukan berbagai bentuk perubahan dalam standar operasionalnya sesuai dengan kondisi Indonesia pada masanya.:

Pola intervensi Militeristik. Periode 1971 - 1998

Berbagai intervensi Militeristik, dilakukan CSIS melalui Kekuatan Militer dimana CSIS sebagai lembaga penelitian yang identik dengan Lembaga think-tank TNI Angkatan Darat dengan leluasa mampu merancang berbagai manuver Politik, sekaligus menyelesaikannya dengan kekuatan senjata.

Pola Transisi berbasis Massa dan LSM Pegiat Demokrasi Periode 1998 – 2004

Memanfaatkan kekalahan rezim Soeharto, maka CSIS melakukan banyak perubahan mendasar setelah pendekatan militeristik tidak dimungkinkan lagi, Pada periode ini intervensi banyak dilakukan melalui kekuatan sipil berbasis akademis. Masa transisi politik ini, kemudian CSIS secara nyata bekerja sama dengan berbagai LSM Dalam dan Luar Negeri, berkolaborasi dengan beberapa elit Politik untuk mengubah Indonesia dari azaz tunggal menuju Negara Demokrasi.

Hasil kajian CSIS yang dipromosikan tentang: keberadaan pasal-pasal UUD 45 yang dianggap menghambat Demokrasi dan tentang Hak Azazi Manusia yang dukumennya terbaca pada kisaran tahun 1995 -1996 ternyata menjadi prioritas pada periode ini.

Pola intervensi Politik berbasis Akademis dan Partai Politik Periode 2004

Keberhasilan CSIS bersama berbagai LSM termasuk TIFA yang dibiayai dari luar negeri untuk mengawal Demokrasi di Indonesia .

Pada periode ini CSIS lebih banyak berperan dalam melakukan berbagai kajian Politik dan Ekonomi untuk menjembatani hubungan kekuatan Politik di Indonesia dengan berbagai kepentingan berskala Internasional maupun Nasional untuk tetap terpeliharanya misi utama CSIS yaitu de Islamisasi di Indonesia.

Kilas balik peran CSIS dalam berbagai tragedi di Indonesia.

Antara CSIS dengan Komunis:

1.Peritiwa G 30 S PKI,

2.Aneksasi Timor Timur.

CSIS dalam De Islamisasi

1.Melalui pendekatan kooperatif :


  • Terciptanya Intelektual Muslim Moderat dan Liberal

  • Mengubah N U dari pembawa syariah menjadi pembawa kemajemukan.

  • Berhasil memunculkan Organisasi Islam menyimpang seperti LEMKARI yang akhirnya menjadi LDII, mengangkat ke permukaan Ahmadiyah kedalam prospektif Islam. Membangun kembali NII wadah baru dalam NII KW 9 dan Ma’had Al Zaitun.

  • Terciptanya Jaringan Islam Liberal.


2.Melalui pendekatan Represif didahului berbagai rekayasa.


  • Peristiwa Malari ; sasarannya Islam Puritan

  • Kasus Woyla ; sasarannya Islam Puritan

  • Tragedi Tanjung Priok ; sasarannya Islam Puritan

  • Tragedi Talangsari ; sasarannya Islam Puritan

  • Kasus Kuda tuli ; Sasarannya Rezim Orde Baru

  • Kasus Tanah Tinggi Sasarannya Rezim Orde Baru

  • Tragedi Mei 1998 Sasarannya Rezim Orde Baru


3.Melalui Produk perundang-undangan.


  • Liberalisasi system Keuangan

  • LiberalisasiEkonomi dan kebijakan Pasar Global ( Mafia berkeley )

  • Amandemen UUD’45 Bab I pasal 1 ayat (2) yang dianggap menghambat perkembangan Demokrasi.

  • Amandemen UUD’45 tentang DUHAM .

Kesimpulan tentang CSIS.

1.Bahwa Visi-Misi CSIS sejak didirikan sampai saat ini tetap tidak berubah yaitu Anti-communist; Anti-Islamic dengan melakukan de Islamisasi melalui berbagai aspek kehidupan.

2.Bahwa semua kasus kekerasan Militer dalam pelanggaran HAM Berat dirancang oleh CSIS/CIA.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun