Gambar kreasi dari berbagai sumber.
Pencitraan Jokowi dan peran media/lembaga Internasional.
Trend budaya membebek luar Negeri yang sudah lama dibudayakan oleh media terutama melalui Televisi suasta baik berupa acara sinetron maupun talkshow dan berbagai acara lainnya. Dimulai dari Indonesian Idol yang njiplak-plak 100 % dari American Idol dan diikuti dengan berbagai acara lainnya hampir disemua televisi, sehingga terbentuklah satu emage bahwa apa yang sudah sampai ke dunia luar, apa lagi yang diangkat oleh media atau aktivis Luar Negeriapa lagi bisa masuk dalam khasanah pemikiran orang Amerika adalah Hebat.
Image yang sudah terbentuk bahwa sesuatau yang mendunia itu adalah baik dan hebat inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk memasukkan persepsi yang sama keranah politik. Membangun ketokohan dari media luar kemudian dijadikan pintu masuk untuk mengendalikan massa menengah kebawah yang sudah kadung terbawa pada arus dunia trend. Memang sangat mengena, karena sebagian besar pemilih ada pada basis menengah kebawah.
System ekonomi yang kapitalistik yang mempergunakan SDM sebagai alat untuk kepentingan capital membawa pada satu jalan keluar bahwa untuk bisa menguasai pasar maka harus kuasai Birokrasi, untuk bisa menguasai birokrasi secara utuh maka harus kuasai puncak pimpinan pemerintahan. Maka dalam system pemerintahan yang kapitalistik, “PENGUASA YANG SEBENARNYA” tidak akan pernah duduk dalam puncak kepemimpinan Pemerintahan. Akan tetapi akan berusaha sekuat mungkin dan dengan segala cara dapat mengendalikan Pusat Pemerintahan.
Maka tidak aneh bahwa seorang James Riady bersama dengan Stanley Benhard Greenberg, teman karibnya di Arkansas Connection tidak akan pernah kesulitan untuk melambungkan nama seorang tokoh dari Indonesia yang sudah dipersiapkan dengan matang kekancah media internasional untuk diusung sebagai ” TOKOH INDONESIA YANG MENDUNIA “
Adalah bukan secara kebetulan bila kemudian James Riady memilih seorang JOKO WIDODO untuk diusung sebagai “ TOKOH INDONESIA YANG MENDUNIA” . Profil seorang Jokowi yang lugu, jujur dan merakyat tapi disatu sisi juga patuh pada seniornya mewakili budaya jawa yang santun, menjadi pilihan utama yang akan mampu membius sebagian besar rakyat Indonesia yang sudah terbawa arus budaya membebek luar negeri disatu sisi dan disisi yang lain merasa muak terhadap sosok pemimpin yang sok JAIM dan dianggap “ TIDAK MERAKYAT”
Membentuk image sosok merakyat tidaklah sulit untuk pemilik wajah dan karakter seperti Jokowi, tinggal memasukkan Jokowi langsung ketengah-tengah kehidupan Rakyat jelata melalui program “BLUSUKAN” maka jadilah seorang tokoh yang merakyat. Adalah tugas Stanley Benhard Greenberg untuk mendulang Jokowi keranah dunia. Menjadi“TOKOH YANG MENDUNIA” menjadi tokoh idola yang akan membanggakan sebagian besar Rakyat Indonesia melalui The City Mayors Foundation, Jokowi diwisuda sebgai 10 besar Walikota terbaik sedunia.
Sebagian besar orang Indonesia percaya James Riady terlibat pembiayaan kampanye Bill Clinton sampai sejumlah US$ 200 ribu karena disiarkan langsung oleh New York Times edisi 7 Oktober 1996 secara terbuka, itulah demokrasi yang sudah berjalan di Amerika. Hanya orang yang kurang pergaulan dan hidup dijaman batu yang tidak mengenal siapa James Riady dan siapa Taipan Hoakiau yang nangkring dalam urutan orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes. Tapi masih banyak juga yang tidak percaya James Riady terlibat dengan pencalonan JOKOWI dengan berbagai alasan.
Kalau untuk Bill Clinton saja James Riady mau merogoh kocek sampai sebesar US$ 200 ribu coba bayangkan sebesar apa yang akan dikeluarkan James Riady untuk Jokowi dimana ada kepentingan yang lebih besar dari James Riady terhadap Jokowi dibanding kepentingannya terhadap Bill Clinton.
Semula siapapun akan sangsi terhadap sumber media yang mengaitkan Jokowi dengan James Riady. Baru setelah melakukan Chekc and recheck atas keterlibatan James Riady di balik sukses Jokowi, tidak perlu harus ke Amerika. Cukup masuk kejajaran elit PDIP, yang kemudian sudah dilakukan recheck ulang yang juga secara kebetulan bisa masuk ke orang dekat James Riady.
(Jangan bayangkan orang dekat yang dimaksud adalah kolega James Riady, bukan samasekali tapi hanya sekelas kacung yang sering diajak James Riady.)
Dari sana bisa dikorek walaupun serba sedikit, tentang keterlibatan James Riady dalam pencalonan Jokowi. Tapi itu sudah cukup untuk membenarkan apa yang ada pada media diluar mainstream media yang selama ini diragukan kebenarannya.
Check and recheck dilakukan hanya menggunakan sumber dalam batas Elit PDIP dan karyawan rumah tangga James Riadi oleh jaringan Lembaga Independen yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan Partai Politik dan Calon Presiden manapun. Lembaga Pengkajian yang selama ini masih bernaung dibawah sebuah Badan Hukum Yayasan Sosial sebagai: Lembaga Pengkajian Paradigma Politik dan Pemberdayaan Masyarakat .
Menyimpulkan :
James Riady bersama Stanley Benhard Greenberg didukung Antoni Salim Group dkk positif ada dibalik pencalonan Joko Widodo yang beritanya tidak mungkin diperoleh dari media mainstream di Indonesia dan membenarkan beberapa berita yang dirilis oleh beberapa media yang mengangkat berita keterlibatan James Riady atas pencalonan Jokowidodo baik saat menuju Walikota solo maupun pencalonan Jokowi sebagai Presiden Republik Indonesia.
Salam kebenaran dan berita untuk rakyat Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H