Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jokowi dan Megawati Tidak Akan Pernah Berfikir Gang Dolly Harus Ditutup! Mengapa ?

15 Mei 2014   16:53 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:30 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14001222531934443931

Gambar kreasi dari sumber yang jelas

Jokowi dan Megawati tidak akan pernah berfikir Gang Dolly harus ditutup! Mengapa ?

Melindungi Profesi sampah untuk tetap manjajah wong cilik justru yang dilakukan dengan dalih manusiawi. Tidak mampu membedakan antara pengertian Wong Cilik dengan Profesi Sampah Masyarakat itulah penyebab utamanya.

Dalam budaya Jawa ada pepatah Ma lima atau m 5 . yaitu : Maling , Main, Madon, Minum, Madad kita mulai dari :

Maling atau mencuri :

Devinisi maling /mencuri adalah mengambil yang bukan hak miliknya untuk diakui sebagai hak miliknya tanpa sepengetahuan pemilik aslinya. Termasuk perbuatan maling adalah menggelapkan atau Korupsi atas hak seseorang atau lembaga tanpa sepengetahuan dan seijin si pemilik.

Maling adalah merupakan perbuatan yang sangat merugikan orang lain Badan Hukum atau lembaga /institusi karena sifatnya yang sangat merugikan dan mengancam hak orang lain secara nyata, maka untuk mencuri masyarakat sudah memasukkan dalam satu tindak kejahatan yang dikenakan pidana.

Main atau berjudi :

Main atau berjudi sebenarnya juga adalah satu upaya untuk merampas hak orang lain melalui satu tipu muslihat. Berjudi yang dilakukan sebagai mata pencaharian dan tidak akan pernah ada kejujuran disana. Dalam berjudi sebenarnya adalah arena adu kekuatan untuk saling rampas melalui adu kepintaran menipu.

Minum atau mabuk-mabukan :

Minum dan mabuk-mabukan adalah satu arena untuk menonjolkan keberanian dan superioritas untuk menerobos tatanan peradaban. Mengaburkan peranan otak dan mengubur hati nurani untuk satu pernyataan superioritas diri.

Minum dan mabuk-mabukan adalah satu bentuk pengingkaran terhadap tatanan kehidupan dan peradaban manusia sebagai makhluk social yang saling membutuhkan.

Madon atau bermain perempuan:

Bermain perempuan dimulai dari munculnya kebutuhan biologis yang tidak terbendung dari sepasang anak manusia. Pemuasan kebutuhan biologis melalui hubungan sex yang menentang peradaban dan merupakan pengkhianatan terhadap adanya ikatan keluarga dan kekerabatan manusia.

Pemanfaatan hubungan sex dengan imbalan materi sekaligus sebagai sarana memenuhi kebutuhan hidup dengan mengexploitir sex sebagai sumber daya manusia. Merupakan jalan pintas untuk memperoleh satu nilai yang bersifat materi dengan mengorbankan tata nilai manusia dalam ikatan keluarga dan melepaskan manusia dari harkat dan martabatnya sebagai manusia.

Memperjual belikan manusia sebagai barang dagangan untuk pemuasan nafsu adalah bagian dari perbudakan manusia inilah yang sebenarnya bisnis mucikari.

Madad atau sakau

Madad, sakau merupakan satu pelarian terhadap kenyataan hidup membawa manusia hidup dialam mimpi mengaburkan antara tidur dan terjaga. Satu perbuatan yang sangat merusak seorang manusia sebagai individu yang akan berakhir pada ketergantungan terhadap kebahagiaan impian.

Kebahagiaan semu yang ditawarkan, menjadikan anak manusia terjajah dalam peradaban semu. Penggunaan NARKOBA sebagai alat untuk menjajah manusia dan jati diri manusia , menjadikan manusia tidak mengenal dirinya sendiri.

Ada apa dengan Gang Dolly ?

Gang Dolly adalah pusat prostitusi, menjadi pusat pertemuan ma lima ( M 5 ) dan merupakan pusat penyakit masyarakat. Karakter Maling ditambah Karakter Main ditambah karakter Minum merupakan bentuk yang menyatu dalam karakter premanisme Gang Dolly yang menjual satu karakter Madon dan melindungi pusat penyimpangan peradaban manusia dari jangkauan hukum pusat peradaban manusia. Gang Dolly adalah bentuk nyata sebuah transaksi perdagangan manusia.

Menutup Gang Dollyadalah perbuatan yang sangat manusiawi, yaitu mengembalikan manusia kedalam harkat dan martabatnya sebagai manusia. Menutup Gang Dolly tidak berarti melanggar HAM karena Gang Dolly merupakan pusat pelanggaran HAM itu sendiri.

Tidak seperti apa yang dikatakan Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana bahwa mempertahankan Gang Dolly dianggap manusiawi .

"Kami tidak pernah memiliki rencana menutup Dolly, yang ada hanya pembatasan PSK dan pembatasan aktivitas prostitusi," katanya, Selasa (13/5/2014) sore.

Wisnu mengatakan, PDI-P sebagai partai yang berbasis "wong cilik" sangat sadar, secara ekonomi puluhan ribu warga sudah sangat bergantung pada aktivitas lokalisasi di Dolly. Fakta itu sudah berlangsung puluhan tahun sejak Dolly ada sekitar tahun 1966.

Karena itu, pihaknya atas nama partai menolak penutupan Dolly sampai ada konsep paling baik bagi warga sekitar dan para PSK sekaligus mucikarinya. Dia mengapresiasi upaya Pemkot Surabaya memberikan pelatihan dan pesangon bagi PSK dan mucikari.

"Tapi, itu hanya solusi sementara, siapa yang menjamin jika usaha mereka akan berkembang dan mereka bisa terus hidup," ujarnya.

SURABAYA, KOMPAS.com

Bila pernyataan Wisnu itu adalah benar sikap PDIP, maka PDIP justru tidak layak lagi mengaku sebagai Partainya Wong Cilik yang menjerumuskan Wong Cilik kedalam lembah kenistaan. Menempatkan Wong Cilik sebagai basis pengembangan ma lima dan mengeksploitir Wong Cilak sebagai Obyek bisnis Ma lima.

Pernyataan Wisnu mewakili PDIP adalah bukti ketidak mengertian wong cilik sebagai pribadi, sebagai sosok individu yang perlu dilindungi dari ma lima dan diangkat martabat nya sebagai, manusia individu yang bertanggung jawab yang mampu melepaskan diri dari penjajahan kehinaan sebuah profesi.

Wong cilik memang harus dilindungi dan diangkat martabatnya dikembalikan haknya sebagai manusia dilepaskan dari stigma sebagai sampah masyarakat.

Adalah kewajiban seorang Pejabat Negara atau Organisasi Masyarakat, apalagi Organisasi Politik dan LSM untuk melindungi Wong Cilik dari penjajahan ma lima.

Manusia yang berprofesi MALING harus dilepaskan dari Profesi maling dan sikap maling, Manusia yang berprofesi maling harus dibantu untuk kembali sebagai manusia itu baru namanya manusiawi.

Mucikari, Pelacur dan Preman Pelindung Prostitusi harus dilepaskan dari profesi Mucikari, Profesi Prlacur dan Profesi Preman dan mengembalikan mereka ketempat yang terhormat, sebagai manusia yang sebenarnya lepas dari porsinya sebagai manusia sampah, itu baru yang namanya Manusiawi

Itu yang seharusnya dilakukan oleh Wisnu sebagai pejabat Negara ataupun sebagai Petinggi Partai Politik yang berani menempatkan dirinya sebagai Partainya Wong Cilik.

Akan tetapi apa yang dilakukan oleh Wisnu Sakti Buana yang adalah sebagai Wakil Wali Kota dan sebagai Petinggi Partainya Wong Cilik justru menjerumuskan Wong Cilik kedalam cengkeraman profesi sampah masyarakat. Yang dilindungi Wisnu Sakti Buana bukan wong cilik akan tetapi Profesi sampah yang menjajah wong cilik dalam ketidak berdayaan.

Yang dilakukan Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Wali Kota maupun sebagai Petinggi PDI-Perjuangan adalah justru memeras, menjajah dan mengeksploitir Wong Cilik melalui profesi sampah. Bersama LSM pelindung Profesi sampah Wisnu Sakti Buana berani berlindung dibalik kata “ MANUSIAWI “ yang sama sekali tidak tahu dan tidak mengenal arti kata manusiawi itu apa.

Manusiawi itu artinya memperlakukan manusia sebagai manusia, sedangkan mempertahankan Gang Dolly adalah perwujudan dari memperlakukan manusia bukan sebagai manusia akan tetapi menjerumuskan manusia dalam nafsu kebinatangan.

Salam Prihatin untuk PDIP dan Surabaya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun