Gambar kreasi dari berbagai sumber.
Islamic State of Iraq & Syriabukan sebuah bentuk Daulah Islamiyah.
Perang di Timur Tengah yang tidak pernah selesai, Suriah, Yaman dan ISIS, bila sedikit saja umat Islam mau berfikir jernih, sebenarnya bukan dipicu oleh perbedaan faham Sunni dan Syi’ah akan tetapi lebih disebabkan karena keberadaan sumur minyak berkaitan dengan kebutuhan pembiayaan untuk perawatan dan produksi senjata di Dunia. Negara Adi kuasa di dunia hanya akan bisa bertahan sebagai Negara adi kuasa bila mempunyai persenjataan yang terkuat. Untuk mempunyai persenjataan yang kuat, maka berapa anggaran yang harus dikeluarkan?
Amerika Serikat akan bangkrut bila semua pembiayaan atas persenjataan yang diproduksi, dimiliki dan kebutuhan perawatan semua hanya dibebankan pada pajak dan pendapatan lain dalam APBN nya.
Persenjataan adalah sebuah pemenuhan kebutuhan yang sebenarnya tidak dibutuhkan, akan tetapi kebutuhannya menjadi vital saat kekuasaan membutuhkan keberadaannya. Persenjataan bukan barang ekonomi, tanpa perang persenjataan akan menjadi beban berkepanjangan. Maka persenjataan hanya bisa dibiayai dengan sumber dana extra ordinary yang berasal dari Sumber Daya Alam yang paling dibutuhkan peradaban dan Sumber daya Manusia, dengan menjadikan manusia sebagai Sumber Daya Alam.
Dari sumber Daya Alam yang paling dibutuhkan peradaban adalah “ladang minyak” sedangkan menjadikan manusia sebagai “Sumber daya alam” jawabnya adalah Narkoba. Dari dua sumber inilah sebenarnya persenjataan dunia dibiayai.
Kata kunci pertama adalah “ketergantungan”. Ketergantungan manusia sebagai individu, ketergantungan manusia terhadap lingkungan dan ketergantungan sebuah kekuasaan terhadap kekuasaan yang lain. Itulah pokok masalah yang sebenarnya.
Marilah kita kembali kepada kelompok ISIS, sebuah kelompok tanpa pengakuan Internasional sebagai sebuah Negara, mampu bertahan dalam sebuah pertempuran yang panjang dengan menggunakan persenjataan standar memadai dan modern yang layak dimiliki oleh sebuah kekuasaan Negara yang berdaulat. Pertanyaannya, dari mana kelompok ISIS membiayai perangnya ? Maka akan dijawab kelompk ISIS, mempunyai ratusan ladang minyak. Siapa yang membeli minyaknya ? siapa yang memasok senjata ? Maka jawabnya akan segera ditemukan.
Hanya sebuah pesta kebun dengan mengundang 1000 orang pun, orang akan dengan cepat menelesuri dari mana biaya untuk pesta kebun itu. Adalah sangat lucu bila sebuah perang dalam jangka panjang yang dilakukan hanya oleh sekelompok orang tidak bisa ditelusuri sumber pembiayaannya, tidak bisa ditelusuri siapa pemasok senjatanya ? Apakah ISIS masih bisa eksis bila sumber dananya ditutup ?
Dibawah ini sebuah analisa kecil penyebab masalah yang sebenarnya. Dengan mengedepankan factor-faktor pendukung yang ditemukan dan tidak bisa dihindari, yaitu :
1.Ladang minyak dibutuhkan untuk membiayai persenjataan “Polisi Dunia”
2.Ladang minyak yang dikuasai sebuah Negara berdaulat tidak akan bisa direbut melalui sebuah tindakan Agresi militer oleh Negara berdaulat yang lain.
3.Dibutuhkan kekuatan illegal yang mampu merebut ladang minyak dari kekuasan sebuah Negara berdaulat.
4.Dibutuhkan sebuah pemicu munculnya kekuatan Illegal yang dibutuhkan.
5.HARUS ADA SEBUAH KONSPIRASIyang mampu memunculkan “ketergantungan” terhadap senjata dan biaya perang bagi semua yang terlibat perang dengan menggadaikan “ladang minyaknya”
Itulah mengapa di Timur Tengah yang kaya ladang minyak harus ada perang berkepanjangan. Karena ladang minyak yang ada di Timur Tengah sangat dibutuhkan untuk membiayai semua persenjataan yang diproduksi selain dari Narkoba.
Bila kemudian dikaitkan dengan pernyataan Hillary Clinton tentang ISIS, maka apa yang di ungkap oleh Hilarry, hanya dari satu sisi sudut pandang politik semata. Sedangkan kepentingan terselubung yang sebenarnya bisa diuraikan dari 5 point tersebut sebagai berikut :
1.Harus ada perang dari dua pihak untuk dipertentangkan yang masing-masing pihak yang berperang harus mengausai ladang minyak yang dituju, perang harus memunculkan ”ketergantungan” akan senjata dan biaya perang yang akan dibiayai dan dibayar dengan menggadaikan ladang minyak yang dikuasai masing-masing pihak.
2.Pemicu yang dibutuhkan memang tumbuh subur di Timur Tengah salah satunya adalah Perselisihan antara Sunni dengan Syi’ah.
3.Untuk merebut ladang minyak dari kekuasaan Negara Berdaulat itulah “TUGAS ISIS “ dengan menggunakan alasan Radikalisme.
4.Ladang minyak yang dikuasai ISIS sebenarnya adalah ada dalam kekuasaan penyusun agenda Konspirasi.
5.Ladang minyak yang dituju akan mampu membiayai semua kebutuhan produksi senjata dan biaya perawatan yang dibutuhkan
Tanda-tanda itu mulai nampak dengan naiknya harga minyak dan menguatnya dollar bersama menguatnya ekonomi Amerika serikat,
Indikasi lain tentang ISIS.
Kekuatan dalam bentuk personil ISIS yang berasal dari wilayah setempat sebenarnya sangat kecil, itulah mengapa harus ada propaganda untuk mendatangkan relawan sebagai operator senjata yang dikirim ke ISIS. Maka operator akan diambil dari Negara-negara yang Mayoritas Muslim atau dari Negara yang Muslim tertindas disana. Indonesia memang merupakan salah satu Negara sasaran paling empuk untuk mendapatkan operator senjata yang dikirim ke ISIS.
Memanfaatkan ciri-ciri Bendera Hitam dari Khurasan yang dengan sengaja dikedepankan merupakan sebuah motivasi yang sengaja dibangun seakan-akan ISIS adalah kelompok yang dijanjikan Rasulullah SAW., yang banyak ditunggu-tunggu penuh kerinduan sebagai tanda-tanda kembalinya kejayaan Islam oleh sebagian besar umat Islam.
Bila dari sebuah sumber diberitakan bahwa, bagi relawan yang berangkat dijanjikan masa depan bagi anak-anaknya dengan imbalan sampai satu milyar rupiah tiap bulan dan semua kehidupannya ditanggung oleh ISIS, sesungguhnya itu sebuah pola perekrutan tentara bayaran. Keinginan syahid ternyata sudah dikotori dengan imbalan uang, itulah kesesatan yang nyata. Maka sungguh tidak mengagetkan bahwa aliran dana yang dipergunakan untuk recruitment dan pengiriman “calon operator senjata “ dari Indonesia untuk dipekerjakan sebagai “tentara bayaran ISIS”ditengarai berasal dari Australia.
Perang di Timur Tengah sebenarnya adalah sebuah program “ CUCI GUDANG” Produsen senjata untuk diganti dengan senjata yang lebih baru. Yang pembayarannya dibebankan kepada “LADANG MINYAK’yang ada di Timur Tengah.
Kekhawatiran bahwa “ISIS” akan menular dan bergerak di Indonesiaadalah salah satu hal yang dibesar-besarkan karena “Ladang minyak” di Indonesia tidak akan mampu membiayai perang versi “ISIS” selain “ISIS ala Indonesia ” tidak akan pernah efektif untuk merebut ladang minyak sebagai biaya perang. Akan tetapi “ ISIS effect “ akan mampu membuat “Ketergantungan” Pemerintah Indonesia untuk dapat didektemelalui isu Islam Radikal yang “HARUS MAMPUMENAKUT-NAKUTI“ Pemerintah Indonesia sehingga Pemerintah Indonesia merelakan “Kedaulatan” Pertahanan Keamanan NKRI bergantung pada kebijakan “DUNIA”.
Bila Timur Tengah dijadikan sapi perah untuk membiayai persenjataan/produsen senjata melalui ladang minyak, maka Indonesia dengan 250 juta penduduk, merupakan sumber daya manusia yang dapat dijadikan sumber dana dengan mengubah manusia Indonesia menjadi “Sumber Daya Alam Jadian” melalui ketergantungan terhadap NARKOBA. Bagi produsen senjata, ketika melihat peta penduduk di Indonesia, system hukum dan tingkat korupsi di Indonesia, maka rakyat Indonesia itu tampak seperti ladang minyak yang melimpah, sebuah pasar narkoba yang sangat baik.
Pengendali Narkoba di Indonesia tidak akan pernah takut pada hukuman seumur hidup, karena mereka selalu berhasil menjadikan Lembaga Pemasyarakatan dari sebuah sel penjara menjadi “sebuah Istana“ tempat berlindung yang aman, menjadikan sel tahanannya bak hotel bintang lima, lengkap dengan Sipir Penjara sebagai Centeng yang sangat setia, dan dari istana itulah peredaran Narkoba dikendalikan.
Salam Prihatin Islam itu bukan ISIS.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H