Gambar kreasi dari sumber yang jelas.
Herbertus Handoko Joko Widodo bin Oey Hong Liong alias Noto Mihardjo ?
Herbertus Handoko Joko Widodo bin Oey Hong Liong, nama yang sekarang melambung dan menjadi bahan pembicaraan. Benarkah Jokowi itu keturunan Cina ?
Lepas dari benar dan tidaknyabahwa Jokowi Keturunan Cina dan bernama Wi Joh Ko atau Oey Joh Ko atau Herbertus Handoko Joko Widodo atau siapapun namanya dan apapun keturunannya sebenarnya tidak begitu penting. Menjadi penting saat nama itu dikaitkan dengan pencalonannya sebagai bakal Presiden Republik Indonesia.
Menjadi aneh bahwa berita itu begitu gencarnya tanpa adanya satu klarifikasi yang berarti dari pihak yang bersangkutan. Selain kata- kata aku ora papa, seakan berita itu memang dirangkai dengan kata-kata aku ora popo. Seakan sebuah rangkaian hinaan dalam kampanye hitam yang ditanggapi dengan satu kebesaran hati “ Aku ora papa “
Ternyata para penyerang Jokowi telah kecolongan dan dimanfaatkan dengan baik sebagai pemeran kampanye hitam yang menjijikkan. Hasilnya akan 180 derajat berbalik arah, justru kampanye hitam itu akan melonjakkan nama Joko Widodo sebagai orang yang didzalimi. PENYERANG Jokowi justru menjadi pemeran antagonis.
Begitu rapinya, Tim sukses Joko Widodo merancang satu pencitraan dengan gaya paradox bahkan rela mencerca dirinya sendiri dengan kampanye hitam untuk dirangkai dengan pencitraan diri sebagai Tokoh yang sangat santun dan penuh lapang dada “ aku ora papa “ Kalau Joko Widodo mau, kampanye hitam itu akan dengan mudah dapat dipatahkan cukup hanya memaparkan ke Massmedia tentang kebenaran jati dirinya, kemudian menuntut para pihak yang mencemarkan namanya. Akan tetapi selesai pula perannya sebagai orang yang didzalimi.
Masa lalu Joko Widodo memang tidak transparant, termasuk terlalu pagi pembuatan film tentang dirinya yang tampak disengaja untuk menutupi kebenaran biografinya. Walaupun demikian semua yang dituduhkan kepada Joko Widodo dalam kampanye hitam tentang nama-namanya baik itu keterkaitannyadengan nama Oey Hong Liong, Wi Jo Koh, Oey Jo Koh maupun Herbertus Handoko Joko Widodo dapat dipastikan bahwa semuanya adalah tidak benar yang baru akan dilakukan klarifikasi secara serius setelah tujuannya sebagai orang terdzalimi tercapai.
Inilah satu teori paradox kampanye hitam. Benarkah demikian ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H