Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kompas TV dengan Kompasiana Live, Tayangan Abal-abal?

12 Agustus 2015   17:45 Diperbarui: 12 Agustus 2015   19:38 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tanggal, 10 Agustus 2015 sekitar jam 14.25 ada nada panggilan di HP saya, ternyata ada seorang “kenalan baik”, termasuk salah seorang yang ikut andil besar dalam dinamika Politik dan Kekuasaan di Negeri ini. Pembicaraan memang singkat, tapi cukup mengesankan. Beliau salah seorang dari sangat sedikit orang, yang mengenal Nomor Telepon Ibnu Dawam Aziz.

Pada jam 16.29 saat saya ada dalam perjalanan sekitar rumah, kembali ada panggilan di HP saya. Dari nomor yang sama sekali belum pernah saya kenal : 021xxxxxx dari Jakarta. Dari balik sana ada suara merdu yang akan membawa pada sebuah imaginasi bahwa pemiliknya adalah seorang gadis cantik. Aneh, ingin bicara dengan Pak Ibnu Dawam.

Singkat saya jawab: -“ bukan anda salah sambung” . Dan teleponpun diputus.

Rasa penasaran menghantui pikiran saya. Siapa dia ? Dari mana tahu Nomor telepon Ibnu Dawam Aziz? Semua yang tahu nomor telepon Ibnu Dawam Azis, tersimpan rapi dan khusus dalam memori HP. Saya.  Pikiran saya segera melayang, apakah dia sekretaris “Kenalan baik” saya yang telepon ? mengapa harus melalui skretarisnya dan tidak langsung panggil sendiri ?

Dari pada repot kutanyakan langsung ke beliau nomor 021xxxxxx apakah ada hubungannya ? ternyata jawabnya “Tidak”  sebelum ketemu jawabnya, ada panggilan lagi masuk 021xxxxxx tapi dari nomor yang berbeda dari wilayah area yang sama. Maka kubalas panggil dua nomor itu berganti-ganti, yang terdengan nada sambung tapi tak diangkat atau nada sibuk.

Pada jam 18.12 menit  ada SMS masuk dengan kalimat : “ Selamat sore, apa benar ini Pak Ibnu Dawam Aziz? Saya W dari Kompasiana, ingin mengundang Bpk. Untuk berpartisipasi dalam Kompasiana TV bsk, Boleh saya telepon Bpk. Untuk menjelaskan lebih lanjut ?

Kompasiana? Setelah sekian lama saya tidak menulis di Kompasiana, sejak Media Warga ini berubah bentuk dari sebuah Media Warga, menjadi bagian dari Mainstream Media yang mengusung Visi dan Misi  sesuai pemesannya. Setelah akun saya sempat diblokir secara illegal berkali - kali karena berseberangan Ideologi? Terus terang saya pendukung setia Janji Kesepakatan Luhur Bangsa Indonesia untuk Merdeka Berdaulat dan bebas dari tekanan asing yang manapun Menempatkan Pancasila yang ASLI sebagai landasan Fundamental Ideologi Bangsa. dan anti Liberalisme Sekuler.

Bahasanya yang santun, tertata dengan suara merdunya membuat saya tertarik untuk memenuhi permintaanya. Saya datang tepat waktu, di Gedung Kompas Gramedia sesuai permintaanya. Tapi karena saya mendapatkan Maghrib diperjalanan, maka saya mendahulukan Sholat Maghrib terlebih dahulu di Mushola yang terletak da basemant Gedung, ditempat parkir yang disediakan untuk para pengemudi. Setelah saya sampaikan bahwa saya telah sampai, sayapun dijemput. Seorang gadis sederhana, lincah cantik dan kelihatan cerdas. Dia mengenalkan namanya sesuai dengan yang disebut di telepon.

Topik yang dibicarakanpun menarik, tentang Pernikahan Dini, mengingatkan saya pada saat saya meniti karier saya pertama kali. Sayang partisipasi saya ternyata dibuat seolah saya menanggapi pokok pembicaraan dari Depok. Model Hangout ternyata menyimpan maksud tertentu dari sebuah diskusi yang tidak sehat.

Pengarahan yang diberikan, acara dimulai jam 20.00 tepat. Ternyata baru pada jam 20.20 kami tersambung dengan stodio pusat penayangan. Presenter cantik barsama  Ketua MK. Arif Hidayat, Dian Kartikasari dari Koalisi 18+ dan Ryan dari Unicef. Bersama saya, peserta hangout ada seorang dari Aceh dan dari ruangan lain di gedung yang sama dengan saya, seorang ibu yang mewakili pelaku pernikahan dini.

Selama perbincangan, yang saya lihat dan dengar, ternyata hanya perbincangan konyol dengan tujuan untuk memojokkan Putusan MK tentang Batasan Usia pernikahan. Pembicaraan monopoli, penyampaian materi  Koalisi 18+ bersama Wakil Unicef dengan menempatkan masyarakat sebagai contoh dan bukti kebenaran argumentasi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun