Carut Marut Hukum di Indonesia

Bila kita simak carut marut penegakan Hukum di Indonesaiini , maka tampak sekali bahwa pada hakekatnya memang sudah tidak  ada lagi kepastian hukum diIndonesia ini.

Hukum hanya ditentukan dengan kepintaran ber dalih,kita lihat saja :

Kasus Anggodo, Antasari,Susno Duaji,Century,Gayus, Cirus....etc-etc.

Haruskah rakyat masih percaya kepada para penegaknya ?

Ina lillahi wa ina illaihi roji’un.

Akhirnya ketidak percayaan rakyat sampai pada ujungnya, Puncak pimpinan Negeri ini.

Pantaskah Para wakil rakyat dengan segala cara dan usahanya meningkatkan kesejahteraan diri dan lingkungannya ditengah penderitaan rakyat yang melanda?

Lalu kemanakah kekuasaan yang memegang amanah, bagi keadilan dan kesejahteraan rakyatnya berada ?

Mengapa?

Karenamayoritas Pimpinan Negeri ini beragama Islam, karena mayoritas penduduk negeri ini beragama Islam, karena pemegang otoritas keadailan dinegeri ini mayoritas beragama Islam, maka penulis coba menguraikan masalahnya menurut prospektif Islam.

Jawab dari pertanyaan mengapa? adalah tegas sekali. “ Karena umat Islam dinegeri ini sudah lupa akan Islamnya.”

Pembaca akan membantah, bukankah selama iniIslam berkembang pesat di Indonesai, bahkanIndonesia merupakanmodel Negara Islam yang maju dengan Demokrasinya.

Bahwa Umat Islam dengan bebasnya melaksankan ibadah sesuai kepercayaannyayang dilindungi oleh undang-undang?

Bahwa banyak sekali produk Undang-undang di Indonesia ini yang diadopsi dari hukum Islam?

Tapi ingatkah pembaca yang muslim, bahwa HARAM hukumnya bagi seorang Muslim membuat, melaksanakan, meyakini kebenaran hukum yang dibuatnya sendiri bila Allah telah jelas-jelas menetapkan hukumnya ?

Marilah kita simak cukilan pertanyaan Rosulullah terhadap sahabat beliau , yang beliau utus menjadi pemegang kekuasaan khilafah ......yang intinya....

Dengan apa engkau memutus satu perkara .......Dengan Al Qur’an

Kalau tidak engkau temukan disana ..................Dengan sunah mu

Kalau tidak engkau temukan juga......................Dengan ra’yu

Memang terbuka ra’yu ( akal ) untuk memutus perkara tapi itu bila Al Qur’an dan Sunah Rasul belum secara jelas menentukan hukumnya.

Sedangkan apa yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia ?mereka ketakutan pada syari’at yang diwahyukan Allah. Mereka ketakutan padahukum Al Qur’an dan sunah Rosul. Walaupun mereka mengaku sebagai pemimpin yang muslim. Bahkan lebih parah lagi Pimpinan organisasi Islam yang dengan penuh semangatmencampur adukkan ajaran Islam dengan memproklamirkan agama baru, Agama Pluralisme.Pluralitas adalah satu realitas dan Islam sebagai agama yang Rohmatan lil ‘Alamin menjadi wadah dari pluralitas itu. Tapi bukan Pluralisme.

Pembaca yang budiman , silahkan menyanggah: “ Ibnu Dawam! Al Qur’an diturunkkan di Arab, Rosulullahhidup di Arab dengan latar belakang kebudayaan arab. Sedang disini , disisni Indonesia dengan latar belakang Indonesia yang majemuk, yangplural yang telah sepakat menetapkan Panca Sila sebagai satu-satunya sumber dari segala sumber hukum. Sebagai satu-satunya azas ideologi . Hanya penghianat bangsa yang menawarkan khilafah di negeri ini.”

Islam memang diturunkan ditanah Arab, tapi tidak berarti untuk menjadi muslim yang kaffah harus jadi orang arab, Tidak berarti Khilafah Islam hanya bisa berlaku bagi dunia Arab.

Pembaca yang budiman , Halal, Haram , pahala dan dosa itu tidak berlaku untukKelompok, Partai, maupun Negaratapi berlaku untuk Manusia selaku individu,Kalau seorang Pemimpin Islam melakukan yang haram, itu berlaku dimanapun, baik dinegra Islam ataupun dinegara kafir, baik memimpin orang Islam maupun memimpin orang kafir. Orang Islam harus memimpin sebagaimana orang Islam harus memimpin yaitu dengan hukum-hukum Allah.

Bagaimanaseorang Islam harus memimpin di Negara Panca Sila Ini ?

Mungkinkah khilafah Islamiyah berjalan di negara yang falsafahnya bukan Islam ?

Penjabaran dari semua yang kami utarakan ini, bila di butuhkan akan penulis sampaikan pada tulisan berikut.

Wassalam.