Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi versus Prabowo Subianto, Benarkah? Siapa Pemenangnya?

5 April 2014   18:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:02 2909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar kreasi dari sumber yang jelas.

Jokowi versus Prabowo Subianto, benarkah? Siapa pemenangnya ?

Jokowi, Wiranto, Prabowo Subianto, Aburizal Bakrie, Dahlan Iskan, Hatta Rajasa, Mahfud Md., Surya Paloh, Anis Mata, Hidayat Nur Wachid, Achmad Heryawan, Rhoma Irama, Megawati, Jusuf Kalla, Pramono Edie Wibowo, Harry Tanoesudibyo, Marzuki Ali, Gita Wirjawan, Anies Baswedan, Hayono Isman, Dino Patti Djalal, Ali Masykur Musa, Endriartono Sutarto, Sinyo Harry Sarundajang, Tri Risma Harini, Irman Gusman, Surya Dharma Ali serta Muhaimin Iskandar, Yusril Ihza Mahendra dan Sutiyoso.

Sederet panjang nama-nama yang dipajang dari berbagai survey ini harus diperpendek menjadi 12 orang mewakili PartaiPolitik peserta Pemilu maka akan muncul nama – nama sementara sebagai berikut :

Joko Widodo, Wiranto, Prabowo Subianto, Abu Rizal Bakrie, Dahlan Iskan, Hatta Rajasa, Machfudz MD, Surya Paloh, Anis Mata, Surya Dharma Ali, Yusril Ihza Mahendra dan Sutiyoso.

Dari sederet 12 nama itu masih ada nama-nama yang kemungkinan besar digantikan karena memang memiliki bobot yang tidak berbeda jauh dalam partai pengusungnya yaitu Dahlan Iskan dan Anis Mata. Nama Dahlan Iskan dapat digantikan oleh Pramono Edi Wibowo sedangkan Anis Mata digantikan oleh Hidayat Nur Wachid atau bahkan Achmad Heryawan.

Berdasarkan dukungan Partai Politik, maka akan muncul tiga nama yang menempati poros kekuatan Partai Politik yaitu:PDIP, GOLKAR dan GERINDRA yang dengan perhitungan pula dukungan koalisi. Maka nama-nama Joko Widodo dan Prabowo Subianto akan menempati kesempatan pertama baru kemudian diikuti oleh Abu Rizal Bakrie. Posisi yang bisa membalik keadaan adalah Wiranto dan Anis Mata sebagai Kuda Hitam.

Hitung-hitungan berdasarkan kekuatan Partai Politik pendukung pasangan Capres, maka sikap Parpol-parpol seperti PKS, Hanura dan beberapa Partai Politik lain akan menjadi penentu kekuatan. Walaupun demikian tapi dari tiga poros kekuatan ini, tidak akan ada yang mampu mendulang suara untuk menang satu putaran. Artinya Pemilu Presiden akan berjalan dua putaran dengan mempertemukan Joko Widodo versus Prabowo Subianto. Siapa pemenangnya akan ditentukan oleh GOLKAR.

Akan tetapi scenario itu sebenarnya tidak akan pernah membawa Negeri ini kedalam Kedaulatan Rakyat yang sebenarnya. Kekuatan Kapitalisme berdiri debelakang dua calon yang akan berlaga, siapapun pemenangnya, kapitalisme akan tetap berjaya. Artinya Negeri ini akan tetap dalam cengkeraman kapitalisme. Rakyat harus cerdas untuk memilih dan rakyat harus mampu membuat skenarionya sendiri.

Untuk itulah kita akan berusaha membaca rekam jejak yang akan berpengaruh pada kebijakan pengambilan keputusan seorang pemimpin.

Kita mulai dengan latar belakang Tentara :

Dari calon yang ada muncul nama-nama; Prabowo Subianto, Wiranto, Sutiyoso, Pramono Edi Wibowo dan Endriartono Sutarto

Yang kedua adalah latar belakang Pengusaha :

Muncul nama-nama ; Joko Widodo, Abu Rizal Bakrie, Dahlan Iskan, Surya Paloh, Jusuf Kalla, Harry Tanoesudibyo, Gita Wirjawan, Irman Gusman,

Yang ketiga adalah latar belakang Profesi :

Mahfud Md., Anies Baswedan, Yusril Ihza Mahendra, Sinyo Harry Sarundajang, Tri Risma Harini, Rhoma Irama,

Yang terakhir adalah basis Aktivis.

Marzuki Ali, Hayono Isman, Dino Patti Djalal, Surya Dharma Ali, Ali Masykur Musa, Muhaimin Iskandar, Megawati, Hatta Rajasa, Anis Mata, Hidayat Nur Wachid , Achmad Heryawan,

Secara umum, calon dari latar belakang Jenderal memang sudah teruji kemampuannya untuk memimpin. Akan tetapi bentuk kepemimpinannya juga sudah tampak dengan jelas seperti apa. Perbedaan pendekatan yang dimiliki oleh para jendaral tidak akan pernah mengubah pola kepemimpinannya secara umum. Seorang Jenderal yang berusaha mengubah polanya menjadi demokrat, justru akan menjadikan kepemimpinannya tanpa arti.

Jenderal itu identik dengan Kekuasaan.

Untuk latar belakang Pengusaha, sepanjang hidupnya akan selalu berkaca pada kekuasaan untuk memiliki yang terbanyak. Pengusaha adalah sosok yang akan menghalalkan segala cara untuk tercapainya satu tujuan. Pengusaha ini pula yang akan selalu menjadikan hukum sebagai pintu masuk untuk menghalalkan jalan mencapai tujuan. Pengusaha sangat mengutamakan link atau jaringan untuk menyusun satu kekuatan dalam mencapai keuntungan.

Pengusaha itu identik dengan Materi/keuntungan mengendalikan kekuasaan adalah PROSES.

Untuk latar belakang Profesi, sepanjang hidupnya akan melakukan apa yang dipahami tentang bagaimana mencari yang terbaik dan menyelesaikan pekerjaan yang ada dihadapannya. Kebahagian seorang professional adalah idealisme profesi. Sayangnya kelompok ini banyak tidak dikenal oleh rakyat, baru akan muncul bila dimanfaatkan oleh kelompok aktivis.

Untuk latar belakang aktivis sdalah perjuangan atas satu idealisme yang diperjuangkan, satu perjuangan yang akan berdampak sangat baik bagi rakyat bila tidak saling bertubrukan.akan tetapi dampak paling buruk yang akan terjadi adalah pengkotak-kotakan kepentingan. Akan memunculkan pro kontra berkepanjangan. Latar belakang aktivis mempunyai basis pendukung murni yang fanatic.

Bagaimana kita harus cerdas memilih ?

Kita mulai dari kelompok tentara. :

Lima nama yang muncul sebenarnya mempunyai nilai yang berimbang, rekam jejaknya tidak ada satupun yang lebih menonjol dari lainnya. Yang berbeda adalah ambisi dan dukungan yang ada dibelakangnya.

Pada kelompok pengusaha rekam jejaknya secara riil akan menunjukkan kapasitasnya sebagai pemimpin. Karena dalam dunia usaha keberhasilan diawali dengan persaingan yang ketat dalam dunia usaha. Maka nama-nama seperti Harry Tanoesudibyo, Abu Rizal Bakrie, Dahlan Iskan, Surya Paloh serta Jusuf Kalla merupakan nama yang sudah teruji sedangkan nama-nama seperti Joko Widodo, Gita Wirjawan, Irman Gusman masih menempati lapis kedua pada kelompok ini. Kalau kemudian nama JOKOWIDODO melejit kepermukaan, itulah justru yang harus dipertanyakan.

Pada kelompok professional, secara keseluruhan merupakan tokoh yang sudah matang dan teruji kemampuannya, bidang kemampuannya itulah yang akan mentukan pilihan. Ada tiga kelompok kecil yang terdiri dari Mahfud Md., Anies Baswedan dan Yusril Ihza Mahendra, kelompok kecil kedua adalah Sinyo Harry Sarundajang dan Tri Risma Harini sedangkanRhoma Irama telah berhasil mewujudkan keberhasilan khusus.

Pada kelompok aktivis :

Ada nama-nama Marzuki Ali, Hayono Isman, Dino Patti Djalal, Surya Dharma Ali, Ali Masykur Musa, Megawati, Muhaimin Iskandar, Hatta Rajasa, Anis Mata, Hidayat Nur Wachid, Achmad Heryawan, Kelompok ini karena sifatnya, sangat baik untuk ditempatkan pada satu majelis control, akan tetapi tidak layak diangkat sebagai Pimpinan Nasional karena Pimpinan Nasional harus berwawasan pandang lebih luas dari sekedar kepentingan kelompok yang diwakili. Biarkan mereka ada di legislative.

Melihat kondisi politik saat ini maka kita dihadapkan pada dua pilihan, yaitu Negeri ini akan kita bawa kepada Negara yang mandiri dan berdaulat penuh atau Negara yang menyerahkan kebijakannya pada kekuatan global. Kalau kita ingin Negara kita berdaulat dan MANDIRI, maka satu kelompok lagi harus kita coret dari perbendaharaan yaitu kelompok Pengusaha.

Akan tetapi kalau kita tidak peduli lagi atas kedaulatan yang mandiri dan lebih berkeinginan pada ekonomi pasar, maka pilihan juga sudah bisa ditentukan, yaitu dengan mencoret semua kelompok dan cukup kita ambil dari kelompok pengusaha. Dan kita tinggal pilih nama-nama Abu Rizal Bakrie, Dahlan Iskan, Surya Paloh, Jusuf Kalla, Harry Tanoesudibyo, Joko Widodo, Gita Wirjawan, Irman Gusman,

Maka bila kita inginkan Negara yang Berdaulat dan Mandiri masih ada dua kelompok lagi yang harus kita sandingkan. Yaitu kalangan Profesional dan TNI. Pada saat inilah ketajaman mata hati kita curahkan untuk menyaring tokoh yang masih tersisa.

Mahfud Md., Anies Baswedan, Yusril Ihza Mahendra, Sinyo Harry Sarundajang, Tri Risma Harini, Rhoma Irama, Prabowo Subianto, Wiranto, Sutiyoso, Pramono Edi Wibowo dan Endriartono Sutarto

Bahasan kita akan mulai dari Tokoh TNI, ambisi dari Prabowo Subianto, Wiranto dan Sutiyoso membawa kita berfikir ulang dan melihat rekam jejak mereka bertiga lebih dalam. Ambisi inilah yang akan kembali membawa negeri ini ada dalam masalah berkepanjangan. Maka tersisa dua nama Pramono Edi Wibowo dan Endriartono Sutarto bila kita lihat lagi rekam jejaknya maka Tokoh Pramono Edi Wibowo selama karier militernya sangat bergantung pada nama besar Jenderal Sarwo Edi Wibowo, sedangkan Endriartono Sutarto menempuh kariernya melalui jenjang yang utuh pada satuan Infantri yang akrab dengan penguasaan wilayah dan stabilitas pertahanan keamanan. Jelas dari kelompok ini yang lolos adalah nama Endriartono Sutarto.

Bagaimana denga kelompok Profesi ?

Nama Rhoma Irama yang menyandang satu profesi sangat khusus banyak dikagumi dan diikuti tapi itu bukan satu keahlian memimpin. Maka Rhoma irama terpaksa harus dicoret sehingga tinggal nama- nama Mahfud Md., Anies Baswedan, Yusril Ihza Mahendra, Sinyo Harry Sarundajang, Tri Risma Harini, Tanpa mengecilkan nama Anies Baswedan tapi kenyataannya nama lain lebih teruji dalam memimpin sebuah lembaga yang langsung bersentuhan dengan kepentingan rakyat.

Maka nama- nama Mahfud Md., Yusril Ihza Mahendra, Sinyo Harry Sarundajang serta Tri Risma Harini sampai tahap ini masih layak dipertahankan. Seleksi berikutnya adalah jangkauan pengaruh kebijakannya secara Nasional, maka akan tersisa dua nama Mahfud, MD dan Yusril Ihza Mahendra.

Kesimpulan awal adalah tiga nama: Mahfudz MD, Yusril Ihza Mahendra dan Endriartono Sutarto adalah nama- nama yang layak dipilih sebagai Pemimpin Nasional secara berpasangan. Memasangkan Mahfusz MD- Endriartono Sutarto atau Endriartono Sutarto – Yusril Ihza Mahendra adalah pilihan bijaksana. Mereka memang tampak tidak merakyat akan tetapi mereka akan berpihak kepada rakyat .

Permasalahan muncul, Partai politik mana yang mau mengusung mereka ke puncak kekuasaan?Sementara kekuatan politik hanya berpikir untuk berkuasa dan bisa membagi-bagi kueh kekuasaan sekehendak mereka.

Bila PKB yang rela menyerahkan jabatan Presiden kepada Mahfusz MD, didukung kebesaran hati dari poros tengah untuk melepaskan ambisi kelompok dan bersama PKB, kekuatannya akan mencapai kisaran 30 % cukup untuk mencalonkan nama Mahfudz MD disandingkan dengan Endriartono Sutarto, pada putaran kedua poros yang gagal akan bergabung pada kekuatan ini dan akan mampu menggeser kekuatan JOKOWI yang pasti didukung kekuatan kapitalisme internasional.

Hanya memilih dengan cara cerdas inilah Indonesia akan kembali Mandiri dan Berdaulat serta mengembalikan pasal 33 UUD 45, sedangkanbila poros tengah tidak bersatu, maka Indonesia tahun 2014-2019 pasti ada ditangan Joko Widodo siapapun pasangannya akan membawa Indonesia ada dalam cengkeraman pasar global yang lebih dalam dan hilangnya kepentingan Nasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun