Mohon tunggu...
Ibnu Dawam Aziz
Ibnu Dawam Aziz Mohon Tunggu... lainnya -

pensiunsn PNS hanya ingin selalu dapat berbuat yang dipandang ada manfaatnya , untuk diri,keluarga dan semua

Selanjutnya

Tutup

Politik

Blunder terbesar JOKOWI menjelang seratus hari memerintah.

15 Januari 2015   20:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:04 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar kreasi dari sumber yang jelas.

Blunder terbesar JOKOWImenjelang seratus hari memerintah.

Blunder terbesar Jokowi menjelang 100 hari pemerintahannya telah terjadi. Yang menjadi pertanyaan mengapa Presiden Jokowi sangat antusias menunjuk Budi Gunawan sebagai KAPOLRIpadahal Jokowi sudah tahu jauh-jauh hari, bahwa Budi Gunawan mendapat WARNA MERAH dari KPK. Penunjukkan Budi Gunawan sebagai calon tunggal untuk mengikuti fit and proper test di Lembaga Legislatif, membuktikan bagaimana kesungguhan Jokowi untuk memilih Budi Gunawan dengan menyingkirkan kemungkinan calon lain.

Apakah karena selain Budi Gunawan yang ada dalam TIM SES tidak resmi Jokowi, dalam posisinya yang masih sebagai Jenderal aktif, juga kabarnya melalui Budi Gunawan pula yang pernah menjadi ajudan Megawati, maka pendekatan yang dilakukan oleh Surya Paloh bersama Jusuf Kalla kepada Megawati yang kemudian berbuah dipasangkannyaJK sebagai Wakil Jokowi.

Jokowi yang mencapai keberhasilan lewat perjalanan panjang yang dirancang melalui sebuah scenario yang dilakukan oleh sebuah KONSPIRASI DUNIA, tidak akan pernah bisa melepaskan diri dari semua akibat yang terjadi, apa bila para perancang karena kepentingannya sendiri-sendiri akhirnya pecah kongsi.

Begitu banyak kepentingan dibelakang kekuatan Jokowi, akan tetapi hanya ada dua kekuatan yang bersentuhan secara langsung dengan Jokowi, yaitu Megawati sebagai Ketua Umum PDIP dimana karier Politik Jokowi bernaung sedangkan orang kedua adalah Luhut Binsar Panjaitan yang merupakan Mentor yang membawa Jokowi pada garis koneksi Politik yang tepat.

Paling tidak ada tiga kekuatan Dunia yang berkepantingan terhadap posisi Jokowi sebagai Presiden Rapublik Indonesia.

Yang pertama adalah kekuatan Loby Yahudi, yang selama ini selalu membonceng pada kepentingan Amerika Serikat, akan tetapi untuk kepemimpinan NKRI kali ini sejak jauh-jauh hari Melalui Lions Club dan Rotary Club sudah dipersiapkan dengan baik, bahkan untuk tahap-tahap terakhir hampir semua Calon Presiden yang mengorbit ternyata ada kaitannya dengan kekuatan Loby Yahudi.

Nama-nama seperti : Dahlan Iskan, Chairul Tanjung, Hary Tanoe terlebih Joko Widodo bahkan Prabowo Subiyantopun tidak lepas dari koneksi kekuatan Loby Yahudi. Apakah itu Lions Club, George Sorros, Rotary Club maupun langsung berhubungan dengan Dinasty Rotchild, seperti apa yang dilakukan oleh Hasyim.

Kekuatan kedua adalah Dominasi Amerika Serikat. Hanya calon yang mendapat restu dari Amerika Serikat yang akan mampu menerobos blockade marginalisasi oleh Mainstream Media yang dikuasai Loby Yahudi.

Yang ketiga adalah kekuatan Naga Kuning yang keluar dari Tirai Bambu kemudian melalui James Riady berhasil menggalang kesepahaman dengan Arkansas Connection maka secara otomatis NKRI menjadi titik temu antara Arkansas Connection dengan China Connection. Dan melahirkanlah hubungan yang sangat rumit seperti yang akan digambarkan berikut ini.

1421302278343500945
1421302278343500945
Dok.Pribadi.

Dari berbagai sumber yang dapat diperoleh ( desk audit ) terangkailah berbagai asumsi yang berakhir pada sebuah hipotesa yang menggambarkan skema Koneksi Politik Jokowi seperti tersebut diatas, dimana semua yang terlibat tak ada satupun yang menunjukkan adanya keinginan untuk memijakkan kedua kakinya hanya pada satu pijakkan yang sama.

Dimana posisi KPK?

KPK bersama dengan dua lembaga “Extraordinary” lainnya yaitu BNN dan DENSUS 88 akan tetap dan senantiasa ada dalam control “KEDUBES AMERIKA SERIKAT” dimana Kongres Amerika Serikat bersama dengan Gedung Putih dan Pentagon memanfaatkan Duta Besar dan Corp Diplomatik yang ada di Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk “mengendalikan” apa yang sedang terjadi di Indonesia.

Apa yang dilakukan KPK, terhadap tersangka Budi Gunawan, tidak beda jauh dengan apa yang dilakukan terhadap LHI dan Andi Malarangeng.

Salam prihatin untuk Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun