Mohon tunggu...
Bani Ratmilia
Bani Ratmilia Mohon Tunggu... -

Professional Trainer & Coach, penulis & aktifis Gerakan Nasional Anti Narkotika (GRANAT). Dari perjalanan yg mengasyikkan sbg Pramugari Garuda Indonesia, Penyiar TVRI & Corporate PR McDonalds Indonesia.\r\n~~Im a dancer in my life time

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cobalah lebih peduli

21 Juli 2013   07:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:15 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malu daku melihat sampah dipintu air manggarai karena petugas kebersihan di pintu air manggarai mogok kerja selama beberapa hari, sehingga sampah menggunung disitu. Aku malu bukan karena pemkot dibilang gagal, karena aku paham pemkot DKI Jakarta dibawah komando pak Jokowi serius mengatasi masalah sanpah. Tapi sebaliknya: Aku malu atas perilaku sebagian warga Jakarta yang masih saja 'konsisten' membuang sampah ke sungai atau saluran air. Di era global seperti kini dimana ilmu dan informasi begitu mudah didapat, masih saja ada orang-orang yang berperilaku begitu insensitive, masa bodoh dan egois dengan membuang sampahnya ke sungai! Sampah salah satu masalah kota Jakarta sepanjang masa.. Ada sekitar 40 ton sampah yg harus diangkat dr pintu air manggarai setiap harinya. Sungguh keterlaluan sikap masa bodoh mereka yang 'memproduksi' sampah akibat kegiatan mereka sehari-hari, bahkan untuk keuntungan mereka sendiri. Lalu setiap hari, ketika selesai, setiap saat... Wezz.. Byur.. Mereka melemparkan, membuang sampah2nya ke sungai! Sungguh itu perilaku yg pongah. Padahal adab air dan sungai sangatlah mulia. Semua tempat yang dilalui air dari sumbernya sampai kelaut, air selalu memberi manfaat. Air untuk makan dan minum, untuk membersihkan tubuh dan membersihkan apapun, mengairi sawah & kebun, membangun rumah dan membuat apapun. Air memberi kehidupan.. Sungai-sungai besar menjadi jalur transportasi & pengiriman berbagai hasil bumi dan kayu. Menjadi tempat tinggal ikan2, udang, kepiting bahkan binatang2 buas yg semuanya dimanfaatkan oleh manusia. Selama ekosistem di sungai2 itu terjaga kestabilannya, manusia bisa terus dan selalu mengambil manfaat di sepanjang aliran sungai2 diseluruh dunia. Dinegara-negara maju sungai sangat diperhatikan. Sungai dimanfaatkan tapi juga dipelihara, dieksploitasi tapi juga dijaga eksistensinya. Demikian itulah seharusnya orang berilmu memperlakukan alam. Manusia dan alam ditakdirkan untuk saling memberi & saling menghargai. Bahkan pohon pun tak mau mengotori bumi. Ketika daun2 telah selesai bertugas memproduksi O2 (oksigen) bagi manusia & mahluk hidup lainnya. Daun2 tua itu mengering dan gugur ke tanah, daun2 kering bersama buah2an yg jatuh krn busuk (yang diangggap sampah oleh manusia) semua berproses menjadi pupuk yg makin menyuburkan tanah. Milyaran bakteri dan serangga 'menikmati' apa2 yg terlepas dari pohon2 itu. Alam telah mengajari kita untuk hidup dan memberi manfaat bagi sekitarnya. Tapi banyak manusia suka melecehkan alam. Pohon2 yang mempersembahkan oksigen agar kita bisa hidup di bumi ini, ditebangi dgn se-mena2, tanpa melakukan tebang tanam & reboisasi. Membangun rumah2 dan gedung2 dan terus menyisihkan pepohonan dari halaman rumahnya. Kembali kepembahasan sampah disungai, itu salah satu tanda keegoisan manusia yang suka memanfaatkan sesuai kebutuhannya, mengambil untuk kepentingannya dan tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Membuang sampah kesungai adalah gambaran bahwa system kemasyarakatan ada yang korslet. Budaya jorok yang dipertahankan (ada unsur pembiaran) dan ilmu yang tdk dibagi dan tdk diamalkan. Andai semua orang yang berwenang berfungsi sesuai wewenangnya, pasti sesuatu berubah kearah yang lebih baik. Andai setiap pelanggaran ditindak, semua aturan dijalankan dan hukum dan aparat benar diatas dan demi kebenaran, maka persoalan apapun menjadi lebih sederhana karena jelas kedudukannya. Andai semua Ketua RT membimbing warganya, andai para ketua RW mengajari RT'nya, andai para lurah, camat, walikota dst keatas semua mensosialisasikan tentang 'ilmu' melestarikan lingkungan hidup.. Andai... Jangankan soal sampah, soal korupsi'pun akan bisa diatasi. Masalahnya kini peraturan2 banyak yang genit, hanya dibuat demi kepantasan, namun mandul dalam pelaksanaannya. Mobil2 mewahpun tak sungkan2 melemparkan sampahnya keluar jendelanya. Undang2 terdiam se'akan2 memberi ijin pd siapapun boleh buang sampah sembarangan, karena undang2 lebih suka bersembunyi bersama aparat yang malu2 menerapkannya. Kemalasan memilah sampahpun menjadi kebiasaan kronis yg diwariskan turun temurun. Padahal sampah yg terpisah antara yg organik dan non organik (yg rasionya sekitar setengah2) memudahkan proses recycle pd sampah non organik, dan mengurangi nyaris 50% volume sampah krn sampah organik dijadikan kompos dirumah (ditahan dirumah). Luar biasa, andai dari sekitar 5000 ton sampah Jakarta bisa berkurang 1/2 nya bila saja semua rumah 'menahan' sampah organiknya.. Pertanyaannya apakah warga Jakarta punya cukup pengetahuan ttg Reduce. Reuse, Recycle? & bagaimana melaksanakannya sebagai kebiasaannya se'hari2? Dan pertanyaan lanjutannya: bila pun sudah tahu ttg 3R & bgmn mengelola sampah rumah tangga, apakah punya cukup kepedulian untuk melaksanakannya? Sungguh tidak pantas jika kita hanya mau 'memproduksi' sampah tapi tidak mau mengurus hasil/ produk kita, yaitu sampah. Apakah kita begitu tega membiarkan orang lain 'mengurus' sampah kita, bahkan sampai pemkot dengan dinas kebersihannya harus menurunkan ratusan pekerja mengurus sampah2 setiap orang. Dari pasar2 dimana setiap pedagang membuang sampahnya merata dimana-mana. Dari jalan2, dari pemukiman, bahkan limbah dr pabrik2 yang 'katanya' sdh lulus kelayakan amdal? "Jika kita tidak sanggup menyelamatkan bumi yang sebagiannya sudah terlanjur rusak berat dianiaya manusia. Maka lakukan saja untuk menyenangkan Tuhanmu", ini nasehat dari guruku. Lakukan mengembalikan sampah organik ke tanah (composing). Lakukan membuang sampah non organik dlm keadaan bersih (tdk tercampur dgn sampah organik yg membusuk) untuk memudahkan proses recycle. Lakukan buang sampah hanya ditempatnya. Dan jangan pernah buang sampah disungai. Sungai adalah berkah yang membawa kasih sayang dari Yang Maha Pengasih pada kita. Sungguh tak pantas kita mencemarinya (Astaghfirullah). Dan untuk warga Jakarta, bila bapak gubernur yang rajin dan amanah sudah bekerja bersungguh-sungguh membenahi Jakarta dan 'mengurusi' sampah warganya.. Apakah warga Jakarta tidak malu bila tdk membantu? Bila terus buang sampah tanpa memilah terlebih dahulu? Bila msh jg buang sampah sembarangan? Dan masih saja buang sampah disungai? Maluu tentunya.. Bila belum, mulailah melaksanakan "menahan" sampah organik dirumah (composing) segeralah browsing di internet ttg 3R atau composing organic waste sekarang dan laksanakan dirumah anda,. Kebersihan (lahir-batin) sebagian dari iman. ~think about it July 19, 2013, notes from Bani Ratmilia Site

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun